Biografi KH. Nur Hasyim, Pendiri Pesantren Nurul Huda Soko, Tuban

Daftar Isi:

1.         Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1       Lahir
1.2       Riwayat Keluarga
1.3       Wafat

2          Sanad Ilmu dan Pendidikan
2.1       Pendidikan
2.2       Guru-Guru

3.         Perjalanan Hidup dan Dakwah
3.1       Mendirikan Pesantren
3.2       Mendirikan Lembaga Pendidikan

4.         Karir Beliau
5.         Karya-Karya
6.         Teladan
7.         Chart Silsilah Sanad
8.         Referensi

1. Riwayat Hidup dan Keluarga

1.1  Lahir
KH. Nur Hasyim, menurut catatan silsilah yang dibuat di Soko pada September 1990, beliau merupakan anak bungsu dari sepuluh bersaudara, lahir di Desa Mojoagung, Kecamatan Soko, tanggal 24 April 1924 Masehi atau 20 Ramadan 1342 Hijriyah dari pasangan Bapak Mohammad Rowi Mojoagung, Soko dengan ibu Siti Habibah asal Lamongan yang memiliki garis keturunan sampai ke Pangeran Hadi Widjaya atau Sultan Pajang yang dikenal dengan sebutan Joko Tingkir.

1.2   Riwayat Keluarga
Setelah berupaya keras dengan memulai berjuang mendirikan MI, di tahun yang sama, KH. Nur Hasyim menikah dengan seorang gadis asal Desa Sawahan, Kecamatan Rengel bernama Nyai Siti Mu’tiah binti Ahmad Musyafak. Dari pernikahannya beliau dikaruniai delapan anak. Di antaranya:

  1. Nyai Umi Nasikhah,
  2. Nyai Luluk Muftiyah,
  3. Nyai Anisa’i Khoiriyyah,
  4. Gus M. Ali Mufthi,
  5. Gus Hadi Masruri,
  6. Nyai Rofih Kholiliyah,
  7. Nyai Asadullah Khoiri,
  8. Gus Khoirul Muttaqim.

1.3 Wafat
KH. Nur Hasyim wafat pada hari Senin, 15 Juni 1994, Jenazah beliau dimakamkam di makam umum Desa Sokosari. Setiap Muharam diadakan haul untuk memperingati jasa perjuangnnya.

2. Sanad Ilmu dan Pendidikan

2.1 Pendidikan
KH. Nur Hasyim mengenyam pendidikan formalnya di Sekolah Dasar (SD) Tanggungan, Desa Pandanwangi Soko, karena waktu itu pendidikan agama masih dibatasi. Apalagi berbasis NU masih dilarang. Tapi, hal itu tidak menyurutkan niat untuk belajar. Selain itu, beliau juga tekun mengaji kepada abahnya.

Setelah lulus SD, beliau ingin mendalami pendidikan agamanya, sehingga melanjutkan ke pondok di Pondok Pesantren Abu di Dusun Beron, Desa Punggulrejo selama 5 tahun yang di asuhan oleh KH. Musyafak. Dirasa kurang dalam mendalami ilmu agama, beliau melanjutkan di Desa Ngumpakdalem, Kendal Bojonegoro. Berbagai ilmu beliau kuasai, di antaranya: fiqih dan tasawuf. Bakat menjadi mubalig sudah terlihat sejak usia 20 tahun.

KH. Nur Hasyim tidak kenal lelah menuntut ilmu, sehingga kembali mondok. Pondok yang dituju yakni Pesantren Tebuireng Jombang, yang pengasuhnya waktu itu adalah tokoh sekaligus pelopor berdirinya NU, KH. Hasyim Asy’ari menjadi tujuannya. Kala itu jiwa mandiri KH. Nur Hasyim sudah terbentuk. Beliau membiayai dirinya sendiri selama mondok dengan mengumpulkan uang dari menjahit. Hal itulah, yang membuat beliau disegani oleh para kiai dan gurunya.    

2.2   Guru-Guru

  1. KH. Muhammad Rowi (ayah),
  2. KH. Musyafak,
  3. KH. Hasyim Asy’ari. Pesantren Tebuireng Jombang

3. Perjalanan Hidup dan Dakwah

3.1  Mendirikan Pesantren
KH. Nur Hasyim merupakan pendiri Pesantren Nurul Huda Soko, Tuban, Madrasah Aliyah (MA), Tarbiyatul Islam pada 1979 dan satu Yayasan Pendidikan Islam Nurul Huda (YAPISNU).

3.2 Mendirikan Lembaga Pendidikan

  1. Pelopor berdirinya Lembaga pendidikan Ma`arif (MI, MTs, MA) se Kecamatan Soko (1951-1990),
  2. Mengajarkan Manajemen Keuangan dengan mendirikan Badan Usaha (Koperasi) Niaga,
  3. Mendirikan Media komunikatif antar Santri dan Kyai serta Masyarakat ((KKM) di Soko (1989),
  4. Mendirikan YAPISNU (Yayasan Pendidikan Islam Nurul Huda) Soko Tuban (1990),
  5. Perintis berdirinya MWC NU Kecamatan Soko (1990),
  6. Pengajian Rutin Ahad Kliwonan, Pelestarian Kajian Aswaja yang dilestarikan di seluruh desa di Soko,
  7. Komandan Laskar Jihad saat memerangi PKI di Goa Tluwe Soko.

4. Karir Beliau
Menjadi anggota DPRD Tuban tiga periode berturut-turut mulai tahun 1971, 1982, dan 1990

5. Karya-Karya
Karya-karya yang masih ada dan pernah di terbitkan adalah:

  1. Pedoman Tashrifan (Ilmu Sharaf)
  2. Syarah Ta’lim Al-Muta’allim
  3. Hidayatus Shibyan dan masih banyak yang sebagian besar adalah terjemah dalam arti pegon.

6. Teladan
Sikap yang santun, sederhana dan penuh wibawa tetap menjadi adalah ciri khas KH. Nur Hasyim. KH Fauzan Umar Menilo mengatakan, bahwa KH. Nur Hasyim selalu mengajarkan sifat yang tawaduk pada rakyat. “Beliau sejak dulu selalu keliling kampung mengunjungi umat sehingga kedekatan beliau tak diragukan lagi, siapa yang tidak kenal beliau dalam keliling yang kala itu harus beliau tempuh dengan jalan kaki atau pakai sepeda onthel,’’ ujarnya.

Gus Asadullah Khoiri, anak ketujuh KH. Nur Hasyim menambahkan, bahwa abahnya tipe pekerja keras memperjungakan agama tanpa pamrih, pantang menyerah. Kesulitan apapun tidak menyurutkan niat untuk berjuang, bahkan akan menjadi kekuatan untuk menggapai hari esok lebih baik. ‘’Abah itu orangnya kalem tapi serius dalam berprinsip, salah satu yang pernah dikatakan kalau berjuang jangan setengah-setengah tapi niat hati harus ditata dan sepenuhnya agar bisa runtut,’’ terangnya.

Hal senada disampaikan satu murid MTs Tarbiyatul Islam Soko (1976-1979) M. Sufaat yang menjabat kepala UPTD Disdikpora Soko. Dia mengatakan, sifat kesabaran, keberanian dan konsisten selalu mewarnai sosok KH. Nur Hasyim. Demi kemaslahatan umat, tak pernah mengeluh, semangat dan keikhlasannya luar biasa. “Yang masih teringat, ketika Kyai mau mengajar, mendengar suara sandal kletek (sandal dari kayu) yang dipakai Mbah Yai saja, anak-anak sudah pada takut, karena wibawa dan karomahnya itu,’’ ungkap Ketua Tanfidziyah MWC NU Soko itu.

7. Chart Silsilah Sanad
Berikut ini chart silsilah sanad guru KH. Nur Hasyim dapat dilihat DI SINIdan chart silsilah sanad murid beliau dapat dilihat DI SINI.

8. Referensi
Diolah dan dikembangkan dari data-data yang dimuat di situs: tabloidnusa-tuban.blogspot.com


Artikel ini sebelumnya diedit tanggal 16 April 2022 dan kembali diedit dengan penyelarasan bahasa pada tanggal  24 April 2024.

https://www.laduni.id/post/read/74842/biografi-kh-nur-hasyim-pendiri-pesantren-nurul-huda-soko-tuban.html