Biografi KH. Nurcholis Misbah, Muasis Pesantren Modern al-Amanah Sidoarjo

Daftar Isi

1.    Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1  Lahir
1.2  Riwayat Keluarga

2.    Sanad Ilmu dan Pendidikan
2.1  Mengembara Menuntut Ilmu
2.2  Guru-Guru

3.    Penerus
3.1  Anak-anak

4.    Perjalanan Hidup dan Dakwah
4.1  Mendirikan Pesantren
4.2  Karier

5.   Referensi

1.  Riwayat Hidup dan Keluarga

1.1 Lahir
KH. Nurcholis Misbah atau lebih dikenal dengan panggilan “Cak Nur” lahir pada tanggal 15 Agustus 1959 di Sumbersari, Kediri. Ayahnya bernama Misbah. Awalnya nama beliau hanya Nurcholis yang artinya cahaya yang bersih. Namun karena banyaknya orang yang juga menggunakan nama itu, akhirnya untuk membedakannya beliau mencantumkan nama ayahnya dibelakang namanya.

1.2 Riwayat Keluarga
KH. Nurcholis Misbah menikah dengan seorang wanita sholehah bernama Rif‟atul Mahmudah, dari pernikahan itu dikaruniai beberapa anak.

2. Sanad Ilmu dan Pendidikan
2.1 Mengembara Menuntut Ilmu

Masa keciln beliau habiskan di Kediri, selama disana beliau menempuh pendidikan di Sekolah Dasar Kedungsari. Kemudian saat malam hari, beliau belajar mengaji disebuah masjid dekat rumahnya, yaitu masjid milik Kyai Mughni. Disana beliau belajar mengenai huruf-huruf arab, cara membaca dan menulis al-Qur‟an dengan benar, tajwid dan bacaan-bacaan shalat.

Semua pelajaran beliau ikuti dengan baik, tetapi hanya satu pelajaran yang sulit beliau ikuti yaitu hafalan. Karena tidak bisa menghafal doa qunut, beliau harus turun tingkat, kembali mengikuti ngaji dari awal lagi. Lalu beliau pindah ngaji ke masjid gupit, tempatnya lumayan jauh dari rumah, letaknya di ujung desa.

Kemudian setelah lulus dari SD, beliau pindah ke Jombang. Disana beliau tinggal disebuah desa yang dikelilingi dengan pesantren, di sebelah timur ada Darul Ulum Rejoso, di sebelah barat ada Mambaul Ulum Den Anyar, di sebelah utara ada Tambak Beras dan di selatan ada Tebuireng. Selama empat tahun tinggal di Jombang, beliau bersekolah di Pendidikan Guru Agama (PGA) Kauman Utara dan ketika sore hari pergi menimba ilmu di Madrasah Diniyah Tambak Beras. Disana beliau mempelajari Fiqh (Fathul Qorib), Nahwu (Imrithi) dan Sejarah (Khulasoh Nurul Yaqin).

Kemudian beliau masuk ke sebuah pesantren di Kediri, yaitu Pesantren al-Hikmah, Purwoasri. Pada awalnya beliau tidak terbiasa dengan hidup seorang santri. Saat menjadi santri beliau termasuk anak yang nakal, jarang mengikuti ngaji, sering dimarahi kyai, dan suka berkelahi. Selama dua setengah tahun beliau menghabiskan waktunya untuk nyantri disana. Kemudian setelah lulus, beliau melanjutkan kuliah ke Yogyakarta. Kurang lebih sekitar 5 tahun beliau tinggal di Yogyakarta.

2.2 Guru-Guru:

  1. Kyai Mughni
  2. KH. Badrus Sholih Arief

3. Penerus Perjuangan

3.1  Anak

  1. Ustadzah Zanuba (Anak)
  2. Ustad Fahrizal Ishaq (Anak Menantu)

4. Perjalanan Hidup dan Dakwah

4.1 Mendirikan Pesantren
KH. Nurcholis Misbah hijrah ke Desa Junwangi dan mulai merintis lagi dengan mendirikan TPQ kecil-kecilan dirumah kontrakan yang beliau tempati. Dengan dukungan dan bantuan dari istrinya Hj. Rif’atul Mahmudah dan salah satu santrinya bernama Nur Rohim, lalu mulai ada titik terang dengan bertambahnya jumlah santri yang mengaji danmulai ada santri yang mukim.

Sehingga diresmikanlah sebuah pondok pesantren yang diberi nama pondok pesantren modern al-Amanah pada tahun 1992.Alasan yang melatar belakangi KH. Nurcholis Misbah mendirikan pondok pesantren adalah faktor keluarga. Kakek beliau yang memiliki pondok pesantren memacu semangat beliau untuk juga mendirikan pondok pesantren yang lebih terbuka dan menerima hal-hal baru seperti integrasinya pendidikan formal didalam lingkungan pondok pesantren.

Dalam masa perkembangan, pondok pesantren modern al-Amanah cukup mengalami perkembangan yang pesat. Dalam bidang lembaga pendidikan formal, pondok pesantren memiliki 3 jenjang pendidikan formal yang berada dibawah naungan pondok, diantaranya yaitu, Madrasah Aliyah Bilingual yang dibangun pada tahun 2002, SMP Bilingual Terpada yang didirikan pada tahun 2007, dan SD Antawirya yang baru berjalan satu tahun ini.

Sedangkan perkembangan dalam bidang Sarana dan Prasarana bisa dilihat dari sejarahnya, yang awalnya hanya dari sebuah rumah kontrakan kini bisa memiliki lahan seluas enam (6) hektar, dengan berbagai sarana dan prasarana yang cukup lengkap. Lalu untuk perkembangan kuantitas santri, juga mengalami peningkatan yang cukup signifikan, hingga sekarang mencapai ±1.500 santri. Begitu pula dengan jumlah ustadz dan ustadzahnya yang semakin bertambah tahun bertambah pula kuantitasnya.

4.2 Karier
Pengasuh pesantren Modern al-Amanah

5. Referensi
Diolah dan dikembangkan dari data-data yang dimuat di situs:
https://digilib.uinsa.ac.id

https://www.laduni.id/post/read/525771/biografi-kh-nurcholis-misbah-muasis-pesantren-modern-al-amanah-sidoarjo.html