Daftar Isi:
1. Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1 Lahir
1.2 Wafat
2. Sanad Ilmu dan Pendidikan
2.1 Pendidikan
2.2 Guru Beliau
3. Perjalanan Hidup dan Dakwah
3.1 Mendirikan Pesantren
1. Riwayat Hidup dan Keluarga
Kyai Imam Puro merupakan salah satu ulama penting dalam jaringan ulama Nusantara di wilayah selatan. Kyai Imam Puro hidup pada zaman Perang Diponegoro dan dimakamkan di lereng Bukit Geger Menjangan Desa Candi Baledono Purworejo, Jawa Tengah.
1.1 Lahir
Tanggal kelahiran beliau diperkirakan awal abad 18 M. Nama asli Kyai Imam Puro adalah Khasan Benawi, seorang keturunan ke-8 dari Joko Umbaran yang merupakan kerabat dekat Sultan Agung Hanyokrokusumo, Raja Mataram Islam. Setelah belajar agama Islam, Khasan Benawi hijrah ke Purworejo dan menetap di sana. Beliau kemudian dikenal sebagai Kyai Raden Imam Puro.
1.2 Wafat
KH. Imam Puro wafat pada tahun 1880 M. Sebelum meninggal, beliau berpesan kepada muridnya untuk dimakamkan di Geger Menjangan, Kelurahan Baledono, Purworejo. Tempat ini banyak dikunjungi murid dan anak cucu santri yang tersebar tidak hanya di Purworejo, tetapi sampai keluar Jawa.
2. Sanad Ilmu dan Pendidikan
2.1 Pendidikan
Kyai Imam Puro juga dikenal sebagai pembawa pertama Tarekat Syatariyah di Purworejo. Beliau memperoleh tarekat ini dari Kyai Guru Loning atau Syekh Mansyur Rofi’i, adik dari Kyai Taftazani (Guru utama Pangeran Diponegoro).
2.2 Guru Beliau
Kyai Guru Loning atau Syekh Mansyur Rofi’i
3. Perjalanan Hidup dan Dakwa
Gus Milal menceritakan, Kyai Imam Puro adalah orang yang memiliki wawasan ilmu keagamaan yang luas. Beliau menyebarkan Islam di wilayah selatan Jawa pada masa kolonialisme. Sehingga tidak jarang bersinggungan langsung dengan para penjajah Belanda karena mereka tidak ingin Islam dan Nusantara maju. “Kesewenang-wenangan Belanda itu dilawan. Selain ilmu agama yang tinggi, Kyai Imam Puro juga digdaya, punya kesaktian lebih dari manusia lainnya,” tuturnya.
3.1 Mendirikan Pesantren
Setelah selesai belajar agama, beliau kemudian hijrah ke Purworejo dan menyebarkan Islam di sana. Kyai Imam Puro gigih dalam menyebarkan Islam. Beliau mendirikan Pondok Pesantren Sidomulyo, sekarang beralih nama menjadi Pesantren Al-Islah. Di sini, beliau mengajarkan ilmu-ilmu Islam kepada para muridnya yang datang dari luar daerah, bahkan ada yang dari luar Jawa.
Suatu ketika, Kyai Imam Puro pernah ditahan kolonial karena pondok Pesantrennya dicurigai melakukan kegiatan keagamaan yang memusuhi Belanda. Namun, beberapa hari kemudian Kyai Imam Puro dibebaskan lagi.
4. Karomah
Gus Milal menuturkan, Kyai Imam Puro merupakan ulama yang memiliki banyak kelebihan. Semasa hidupnya Kyai Imam Puro senantiasa Shalat Jumat di Makkah, sedangkan jasadnya berada di Purworejo. Saat itu, ada salah satu jamaah haji asal Kebumen yang ketinggalan kapal saat hendak pulang. Jamaah haji yang ketinggalan kapal ini akhirnya bisa kembali pulang ke Kebumen dengan hanya digandeng tanganya (seperti terbang) Kyai Imam Puro yang ditemuinya saat Shalat Jumat di Makkah.
5. Referensi
NU Online / nu.or.id