Biografi KH. Thohir Wijaya, Masyayikh Pesantren Al-Kamal Blitar dan Jakarta Barat

Daftar Isi

1.    Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1  Lahir
1.2  Wafat
1.3  Riwayat Keluarga

2.    Sanad Ilmu dan Pendidikan
2.1  Mengembara Menuntut Ilmu
2.2  Guru-Guru

3.    Penerus
3.1  Anak-anak

4.    Perjalanan Hidup dan Dakwah
4.1  Mengasuh Pesantren
4.2  Karier

5.   Referensi

1.  Riwayat Hidup dan Keluarga

1.1 Lahir
KH. Thohir Wijaya dilahirkan di Blitar sekitar tahun 1927 M, putera ketiga dari Kyai Sarkun, seorang ahli tirakat dari kampung Bakung, di ujung barat Blitar, atau persisnya berada hampir di perbatasan antara Blitar dan Kediri, yang masuk wilayah teritorial Kecamatan Udanawu.

1.2 Wafat
Beliau berpulang ke Rahmatullahi pada tahun 1999 karena sakit yang ia dera terus menggerogoti kesehatannya, yang pada akhirnya mengharuskan dia menghadap Allah Swt dalam Usia 72 tahun.

1.3 Riwayat Keluarga
Beliau menikah dengan Hj. Munawarah dari pernikahan itu beliau dikaruniai enam anak yaitu: Hj. Astutik Hidayati, Hj. Asmawati, Hj. Nur Saida, H. Jauhar Wardani, Hj. Reni Rahmawati, Hj. Rina Laila Wati.

2. Sanad Ilmu dan Pendidikan

2.1 Mengembara Menuntut Ilmu
Cita-citanya menjadi ulama, sesuai dengan keinginan ayahnya, KH. Sarkun, yang mendidiknya dengan keras. ”Masih berusia empat tahun, saya sudah diajari salat dan mengaji,” tutur anak ketiga dari tujuh bersaudara ini. Tohir Wijaya menghabiskan masa kecilnya di pondok pesantren.

Usai lulus SD di kota kelahirannya, Blitar, Jawa Timur, beliau dikenal sebagai anak yang paling menyenangi pelajaran sejarah. Gemar membaca buku cerita kepahlawanan. Tokoh yang dikaguminya Teuku Umar. ”Pejuang yang berjiwa penuh keimanan,” komentarnya.

Beliau termasuk santri generasi pertama di Pondok Pesantren Lirboyo, di bawah bimbingan langsung Mbah Manab (KH. Abdul Karim, Muassis PP. Lirboyo). Masa nyantrinya di Lirboyo merupakan awal dedikasinya dalam berjuang menegakkan Agama Allah di muka bumi. Kembali menjadi santri, Tohir berpindah-pindah pondok pesantren. Antara lain di Tebuireng, Peterongan, Rejoso, dan Tremas, semuanya di Jawa Timur. Ia mendalami tafsir Alquran dan hadis, juga mempelajari dakwah dan sejarah perkembangan Islam.

2.2 Guru-Guru:

  1. KH. Abdul Karim
  2. KH. Hasyim Asy’ari

3. Penerus Perjuangan

3.1  Anak-anak

  1. Hj. Astutik Hidayati
  2. Hj. Asmawati
  3. Hj. Nursaidah H
  4. H. Jauhar Wardani
  5. Hj. Reni Rahmawati
  6. Hj. Rina Laila Wati

4. Perjalanan Hidup dan Dakwah

4.1 Mendirikan Pesantren

Setelah KH. Manshur wafat, Pesantren ini diasuh para menantunya, KH. Thohir Wijaya dan KH. Thobib. Pada masa inilah terdapat perubahan nama Pondok Pesantren Kunir diubah menjadi Pondok Pesantren Al-Kamal, hasil istikharah pengasuh saat itu yakni KH. Thohir Wijaya, dengan perubahan dari sistem sorogan dan bandungan menjadi klasikal. Sistem pendidikan Ponpes berubah dari salafiyah murni berubah menjadi Terpadu yakni perpaduan antara salafiyah (klasik) dan Kholafiyah Ashriyah (modern).

Mulai saat itu, wajah dan dinamika pondok pesantren menjadi dinamis, berkembang sampai sekarang dengan sistem pendidikan yang lebih relevan dan akomodatif terhadap perkembangan zaman disertai tantangan modernisasinya.

Tentang profil organisasi Pondok Pesantren Al-Kamal Kunir Wonodadi Blitar, pesantren ini menerapkan pola pengelolaan managerial dengan mengembangkan sistem kepemimpinan semi demokrasi. Dan Jika dijelaskan secara periodik, pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan Pon. Pes. Terpadu Al-Kamal telah mengalami tiga masa kepemimpinan.

Masa kepemimpinan pertama adalah pendiri KH. Manshur pada tahun 1940 – 1960 M, pada masa ini Pon. Pes. dikelola secara mutlak oleh pendirinya dengan dibantu oleh beberapa orangasatidz (para guru yang mumpuni dalam bidang agama, terutama mereka-mereka yang telah tamat dari pesantren-pesantren sekitar Blitar.

Masa kepemimpinan generasi kedua, pada tahun 1960 – 1998 masa ini penyelenggaraan dan pengelolaan Pon. Pes. ditangani oleh para menantu dari KH. Manshur yakni KH. Thohir Wijaya dan KH. Thobib. Yang kemudian membentuk sebuah organisasi yayasan sebagai pengembangan dari para anggota keluarga yang memang berkompeten dalam memperjuangkan dunia pendidikan Agama Islam dan kepesantrenan. Ini terinspirasikan pada tahun 1977, ketika Bapak KH. Ahmad Thohir Wijaya diangkat menjadi anggota DPR / MPR RI, sehingga membuka akses (Network) pesantren Al-Kamal di lembaga birokrasi pemerintahan. Yang pada akhirnya Al-Kamal berkembang baik dalam pendidikan formal maupun non formal. Sejak itu Al-Kamal sudah menjadi sebuah lembaga pendidikan pesantren yang didatangi oleh para santri dari berbagai penjuru tanah air.

Perkembangan berikutnya tahun 1981 jajaran pengasuh Pon. Pes. Terpadu Al-Kamal semakin kokoh dengan hadirnya Bapak Drs. KH. Mahmud Hamzah (menantu ke–1 dari KH. Ahmad Thohir Wijaya), yang secara langsung menangani pendidikan baik formal maupun non formal, khususnya menangani kajian kitab – kitab kuning dan pendalaman bahasa Arab baik pasif maupun aktif untuk sehari-hari.

Bersamaan dengan itu (Th. 1981) organisasi penyelenggara Pon. Pes. Al-Kamal secara resmi didirikan dengan bentuk yayasan yang didirikan dan diprakarsai oleh KH. Ahmad Thohir Wijaya (Suami dari Hj. Siti Munawaroh, Putra ke tiga dari KH Manshur). Saat itu Ketua I dijabat oleh Bapak KH. Zen Masrur , BA, Ketua II. Bapak Drs. KH. Mahmud Hamzah, Ketua III oleh Bapak Masyhudi Yusuf, BA, Bapak H. Syaiful Habib, SH. M.Hum sebagai sekretaris dan Ibu Hj. Astutik Hidayati, BA. sebagai bendahara Yayasan Pondok Pesantren Al-Kamal.

Nampaknya perkembangan Al-Kamal tidak berhenti di situ, tahun 1986, Bapak KH. Ahmad Thohir wijaya yang pada waktu itu sebagai Anggota DPR/MPR RI melebarkan sayap perjuangannya bersama – sama kabinet Pembangunan Indonesia mendirikan cabang di Kebon Jeruk Jakarta dengan nama yang sama, yaitu Pondok Pesantren Al-Kamal. Selanjutnya pada tahun 1989 kepengurusan yayasan diubah dengan masuknya Drs. H.M. Sunandari Jauhari dan H. Ibrahim Indragiri di jajaran Ketua Yayasan dan Johar Wardani, ST sebagai bendahara.

Demikianlah perjuangan Bapak KH. Thohir Wijaya dalam membesarkan dan menciptakan beberapa pondasi Pon. Pes Al-Kamal Kunir Wonodadi Blitar yang pada akhirnya pada tahun 1999, karena menderita penyakit yang sangat parah beliau menghadap Allah Swt. dan dimakamkan di maqbaroh keluarga besar Pon. Pes Al-Kamal.

4.2 Karier

  1.  Pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren al-Kamal Blitar dan Jakarta (1982-1999)
  2. Anggota DPRD Masyumi di Blitar (1946-1949)
  3. Dosen IAIN, Yogyakarta (1969)
  4. Ketua GUPPI (Gabungan Usaha Perbaikan Pendidikan Islam)
  5. Anggota DPRD Pusat Fraksi Golkar (1977-1999)
  6.  Ketua Umum MDI (Majelis Dakwah Islam) (1978-1999)
  7.  Ketua Yayasan Amal Bakti Muslim Pancasila (1983-1999)
  8.  Anggota Dewan Pembina Golkar Pusat

5. Referensi
Diolah dan dikembangkan dari data-data yang dimuat di situs:

Beranda

https://www.laduni.id/post/read/525804/biografi-kh-thohir-wijaya-masyayikh-pesantren-al-kamal-blitar-dan-jakarta-barat.html