Daftar Isi
1 Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1 Lahir
1.2 Riwayat Keluarga
2 Sanad Ilmu dan Pendidikan Beliau
2.1 Masa Menuntut Ilmu
2.2 Guru-Guru Beliau
2.3 Mengasuh Pesantren
3 Penerus Beliau
3.1 Anak-anak Beliau
3.2 Murid-murid Beliau
4 Karier
4.1 Karier Beliau
5 Konsep Dakwah
5.1 Metode Dakwah Diri sendiri
5.2 Aktifitas Dakwah
1.1 Lahir
KH. Tubagus Abdul Hakim lahir pada tanggal 06 Juli 1947 di Desa Kananga, Kecamatan Menes, Kabupaten Pandeglang. Tubagus Abdul Hakim adalah nama yang diberikan oleh kedua orang tuanya. Nama Tubagus sendiri merupakan sapaan keturunan untuk keturunan sultan Banten. Orang-orang biasanya memanggil KH. Abdul Hakim dengan sebutan Abah Hakim. Abah merupakan sebuatan di Banten atau bahasa Sunda untuk orang yang tua atau dituakan atau juga disegani.
KH. Tubagus Abdul Hakim lahir dari pasangan KH. Abdul Mu’thi dan HJ. Ratu Halimatusa’diah. Merupakan anak ke empat dari enam bersaudara. Kakeknya bernama KH. Tubagus Abdul Hadi bin Shogiri. KH. Tubagus Abdul Hakim lahir dari keluarga sederhana ayahnya bekerja seorang guru ngaji di pondok pesantren dan merupakan salah satu tokoh agama sekaligus ulama yang menjadi panutan di kampung kelahirannya yaitu Kampung Kananga. dan ibunya pun sama seorang guru ngaji dan juga ibu rumah tangga.
1.2 Riwayat Keluarga
Pada tahun 1976KH. Tubagus Abdul Hakim menikah dengan Hj. Ratu Neneng Ulfah yang saat ini menjadi istri Abah Hakim dan menjadi ibu dari putera puterinya. KH. Tubagus Abdul Hakim dikaruniai sembilan orang anak, anak pertama bernama Ratu Iim Hikmah lahir pada tahun (1977). Yang kedua Tubagus Ahmad Ulfi lahir pada tahun (1980). Anak ketiga yaitu Ratu Iin Nikmah lahir pada tahun (1983). Yang keempat yaitu Tubagus Abdul Gofar lahir pada tahun (1985). Yang kelima yaitu Ratu Opah Musyarofah lahir pada tahun (1988). Yang keenam yaitu Ratu Iis Ismah lahir pada tahun (1991). Yang ketujuh yaitu Ratu Mumun Munawarroh lahir pada tahun (1994).
2.1 Masa Menuntut Ilmu
Semasa kecil hingga dewasa KH. Tubagus Abdul Hakim belajar ilmu agama kepada Kakeknya dan dididik langsung oleh kedua orang tuanya serta didukungan dengan lingkungan yang baik dan agamis, KH. Tubagus Abdul Hakim ini tumbuh dewasa di lingkungan pesantren, lingkungan pada saat itu masih bersifat tradisional. Dan menjadi anak yang cerdas, mempunyai kepribadian yang ramah dan santun.
Saat usianya masih di bawah tujuh tahun,KH. Tubagus Abdul Hakim mulai mendapat pendidikan untuk belajar mengaji dan menghafal ayat-ayat pendek Alquran kepada kedua orang tuanya. Pada tahun 1955 KH. Abdul Hakim masuk pendidikan formal yaitu Sekolah Rakyat (SR) di Kananga, yang sekarang bernama Sekolah Dasar Negeri (SDN) Kananga I. kemudian setelah tamat SD KH. Tubagus Abdul Hakim melanjutkan sekolah di Masrasah Tsanawiyah (MTS) Mathlaul Anwar Kananga selama 2 tahun, karena pada waktu itu pendidikan SLTP hanya ditempuh selama 2 tahun, KH. Tubagus Abdul Hakim juga merupakan murid yang berperstasi. Setelah lulus Tsanawiyah KH. Tubagus Abdul Hakim melanjutkan pendidikan Aliyah di Madrasah Aliyah Anwarul Hidayah Ciputri yang berjarak sekitar 4,3 KM dari Rumahnya.
Setelah lulus SLTA KH. Abdul Hakim sempat melanjutkan kuliah di Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) di Pandeglang, Banten. yang sekarang bernama Sekolah Tinggi Agama Islam Syekh Mansur (STAISMAN). Tetapi beliau tidak sampai tamat. Pada tahun 1969, KH. Tubagus Abdul Hakim memutuskan untuk menimba ilmu ke pesantren yang berada di Plered, Sempur, Purwakarta, Jawa Barat. KH. Tubagus Abdul Hakim belajar kepada KH. Tubagus Ahmad Bakri atau biasa di panggil Mama
Sempur. Merupakan salah satu sosok Ulama tanah Pasundan keturunan Kesultanan Banten. Beliau belajar di Plered selama empat bulan, karena pada waktu itu KH. Tubagus Abdul Hakim jatuh sakit, kemudian Mama Sempur meminta beliau untuk pulang kembali ke Banten dan belajar kepada ayahnya KH. Tubagus Abdul Mu’thi.
Pada tahun 1972, beliau pergi ke Mekkah untuk melaksanakan ibadah haji. Ketika selesai melaksanakan ibadah haji, KH. Tubagus Abdul Hakim tidak ikut pulang bersama
jamaah, beliau memutuskan untuk tinggal dan menuntut ilmu di Mekkah. Di sana KH. Tubagus Abdul Hakim belajar kepada ulama-ulama Mekkah dan juga ulama-ulama Nusantara yang menetap di Mekkah selama kurang lebih 6 bulan.
2.2 Guru-Guru Beliau
- KH. Tubagus Abdul Mu’thi
- KH. Tubagus Ahmad Bakri (Mama Sempur)
2.3 Mengasuh Pesantren
Sejak tahun 1991, setelah ayahanda wafat, KH. Tubagus Abdul Hakim yang menggantikan posisi ayahnya KH. Tubagus Abdul Mu’thi sebagai pengasuh Pondok Pesantren Kananga dan juga mempimpin Majlis Taklim Kananga.
3.1 Anak-anak Beliau
- Ratu Iim Hikmah
- Tubagus Ahmad Ulfi
- Ratu Iin Nikmah
- Tubagus Abdul Gofar
- Ratu Opah Musyarofah
- Ratu Iis Ismah
- Ratu Mumun Munawarroh
3.2 Murid-murid Beliau
Murid-murid beliau adalah para santri pesantren Kananga
4.1 Karier Beliau
- Pada tahun 2002-2009 KH. Tubagus Abdul Hakim diminta untuk menjadi Rois Syuriah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) kabupaten Pandeglang selama dua periode.
- Pada tahun 2013-2016 KH. Tubagus Abdul Hakim menjabat sebagai Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) kabupaten Pandenglang. KH. Tubagus Abdul Hakim menggantikan posisi KH. Tubagus Rafei Ali yang sebelumnya tutup usia pada 28 september 2012 lalu, karena sakit
- Pada tahun 2012-2018 KH. Tubagus Abdul Hakim menjabat sebagai Rois Syuriah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) setelah diadakan konferensi wilayah KH. Tubagus Abdul Hakim, (konferwil) ke-3 di gedung PWNU.
- Kemudian KH. Tubagus Abdul Hakim terpilih kembali sebagai Rois Syuriah PWNU Provinsi Banten untuk masa jabatan 2018-2023 dalam konferensi wilayah (Konferwil) IV PWNU Provinsi Banten
- Pada 2015-2020 menjabat sebagai Pengurus Harian Syuriah atau Rois di Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).
5.1 Metode Dakwah Diri sendiri
Aktifitas Dakwah KH. Tubagus Abdul Hakim Awal mula Abah Hakim berdakwah yaitu ketika ayahanda diundang untuk ceramah disuatu kampung, tetapi pada saat itu
ayahanda sedang sakit. Kemudian Ayahanda meminta agar KH.Tubagus Abdul Hakim menggantikannya untuk berceramah. KH. Tubagus Abdul Hakim sempat menolak permintaan ayahnya,karena menurutnya beliau belum mampu untuk berceramah dimasyarakat. “Berangkatlah, walaupun dengan sedikit ilmu yang Kau miliki saat ini,” ungkap ayahnya. Kemudian beliau pun pergi untuk berceramah atas permintaan ayahnya.
Seiring berjalannya waktu, KH. Tubagus Abdul Hakim pun sering diminta Ayah dan gurunya untuk menggantikannya berceramah. Walaupun tanpa adanya program sebelumnya dari sini, undangan untuk berceramah mulai menghampirinya. Pada tahun 1991, setelah ayahanda KH. Tubagus Abdul Mu’thi wafat, KH. Tubagus Abdul Hakim menggantikan sebagai pengasuh pondok Pesantren Kananga, dan meneruskan pengajian-pengajianyang dirintis oleh ayahnya.
K.H. Tubagus Abdul Hakim memulai dakwah terlebih dahulu kepada diri sendiri, sebelum berdakwah kepada orang lain menurutnya, kita harus memberikan contoh yang baik terlebih dahulu. Setelah kita melakukan dakwah kepada diri sendiri, tingkat selanjutnya kita harus berdakwah kepada orang terdekat kita yaitu keluarga. Kemudian kewajiban selanjutnya berdakwah kepada masyarakat.
5.2 Aktifitas Dakwah
- Pengajian rutin setiap harinya yaitu, pada pagi hari setelah melaksanakan shalat subuh sampai matahari terbit yaitu kajian kitab Tafsir Jalalein yang diikuti oleh para santri dan sebagian masyarakat Kananga. Kemudian pada malam harinya kajian kitab Alfiyah Ibnu Malik dan beberapa kitab lainnya mulai pukul 21.00-22.00.
- Pada setiap minggunya, diadakan pengajian keluarga pada rabu malam. Dan setiap hari kamis pengajian bapak-bapak mulai pukul 08.00 sampai dengan pukul 12.00 siang di majlis pesantren Kananga.
- Selain pengajian harian dan mingguan di Kananga, beliau juga mengisi pengajian di tempat-tempat lain yaitu di Ciekek Pandeglang pada setiap hari jum’at, pada jum’at malam mengisi kajian dialog interaktif di acara Mimbar Krakatau di Radio Krakatau FM.
- Pada sabtu pagi mengisi pengajian sabtuan PCNU Pandeglang, dan siangnya mengisi pengajian sabtuan PWNU Banten. kemudian pada setiap selasa malam di awal bulan KH. Tubagus Abdul Hakim mengisi pengajian di Masjid Agung Arrahman Kabupaten Pandeglang. Pengajian-pengajian KH. Tubagus Abdul Hakim ini tidak hanya di satu daerah, melainkan beberapa daerah di Indonesia pada setiap bulannya seperti di Bogor, Tangerang, Jakarta, Bandung, Lampung, Bangka, sampai Sumatera.
Walaupun dengan jadwal yang padat, beliau selalu meluangkan waktu untuk belajar. Beliau belum merasa puas dengan ilmu yang ia miliki saat ini KH. Tubagus Abdul Hakim terus membaca kitab-kitab lainnya agar supaya ilmu yang beliau miliki selalu bertambah dan menambah pengetahuannya.
https://repository.uinbanten.ac.id/4742/4/BAB%20III.pdf
https://www.laduni.id/post/read/73606/biografi-kh-tubagus-abdul-hakim.html