Daftar Isi Biografi Nyai Hj. Rofiqoh Dharto Wahab
1. Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1 Lahir
1.2 Riwayat Keluarga
1.3 Wafat
2. Sanad Ilmu dan Pendidikan
2.1 Pendidikan
2.2 Guru Beliau
3. Perjalanan Hidup dan Dakwah
3.1 Memimpin Kelompok Pengajian
4. Karir Beliau
5. Referensi
1. Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1 lahir
Hj Rofiqoh Dharto Wahab, lahir 18 April 1945, di Kranji, Kedungwuni, Kabupaten Pekalongan. Ayah beliau, KH. Ahmad Munawwir adalah pengasuh Pesantren Munawwirul Anam Kabupaten Pekalongan yang memiliki ribuan santri, dan ibu beliau Hj. Munadzorah berasal dari keluarga Pesantren Buntet, Cirebon.
1.2 Riwayat Keluarga
Pada tahun 1965, Hj. Rofiqoh berpindah ke Jakarta dan menemukan pasangan hidup beliau yaitu Dharto Wahab (seorang wartawan yang beralih profesi menjadi pengacara).
1.3 Wafat
Hj. Rofiqoh Dharto Wahab wafat pada Rabu, 12 Juli 2023 pukul 08.45 WIB di RS Haji Pondok Gede Jakarta. Jenazah terlebih dahulu disemayamkan di kediaman beliau, di Jalan H Nawi 45, Jatimakmur, Pondok Gede, Kota Bekasi, Jawa Barat.
Hj. Rofiqoh sudah mulai menderita berbagai macam penyakit sejak 2019 lalu. Kemudian Hj. Rofiqoh keluar-masuk RS untuk mendapatkan perawatan, hingga akhirnya mengembuskan nafas terakhir di usia 78 tahun.
2. Sanad Ilmu dan Pendidikan
2.1 Pendidikan
Beliau menempuh pendidikannya di:
- Muallimat Wonopringgo Pekalongan,
- Pesantren Lasem Rembang,
- Pesantren Buntet Cirebon.
Di pesantren terakhir inilah beliau banyak belajar dan mengasah kemampuan beliau membaca Al Qur’an secara tepat dan indah, yang kelak menjadi modal penting beliau menjadi penyanyi Qasidah. Sejak muda Hj. Rofiqoh telah menekuni dan mengikuti lomba tilawatil Qur’an dari tingkat kecamatan hingga provinsi.
2.2 Guru Beliau
- KH. Munawwir (ayah)
- Hj. Munadzorah (ibu)
3. Perjalanan Hidup dan Dakwah
3.1 Memimpin Kelompok Pengajian
Sejak suami beliau wafat tahun 1997, Hj. Rofiqoh mengurangi intensitas kegiatan luar rumah. Hj. Rofiqoh mengelola dan memimpin kelompok pengajian Ittihadul Ummahat (Persatuan Ibu-ibu) di kawasan kota legenda di Bekasi Timur, mengelola kelompok pengajian Romuna (akronim dari Rofiqoh, Munawwir, dan Munadzorah), dan Yayasan Gadi Fi Muna yang membawahi majlis taklim, taman kanak-kanan dan sejumlah kegiatan sosial.
Beliau menjadi muballighah dan aktivis sosial, satu persambungan saja dari kegiatan-kegiatan sosial-keagamaan yang dijalani sebelumnya, baik sebagai qori’ah maupun penyanyi qasidah.
4. Karir Beliau
Perjalanan karir beliau beberapa kali mengalami ketidakstabilan. Karya beliau pernah diklaim oleh kelompok Manikebu (seniman dan sastrawan sayap kanan) dalam sengketa melawan Lekra (seniman dan sastrawan sayap kiri) karena pada masa ini Islam dianggap sesuatu yang bertentangan dengan PKI.
Karir Hj. Rofiqoh sebagai penyanyi Qasidah dimulai sejak beliau menduduki bangku kanak-kanak beliau juga dikenal sebagai Qoriah (Pembaca Al-Quran). Hj. Rofiqoh pernah menjuari perlombaan MTQ tingkat Provinsi di Yogyakarta lalu beberapa tahun kemudian beliau menjuarai di tingkat Jawa Tengah, tepatnya di Kota Semarang.
Hj. Rofiqoh muncul pertama kali dalam acara keagamaan di Pekalongan. Pada tahun 1965, Hj. Rofiqoh berpindah ke Jakarta dan menemukan pasangan hidup beliau yaitu seorang wartawan yang bernama, Darto Wahab.
Tahun 1966 didukung oleh grup musik Al-Fata (Pemuda) pimpinan A Rahmat, beliau masuk dapur rekaman dan piringan hitamnya beredar ke penjuru Indonesia. Lagu-lagu beliau seperti:
- Hamawi Yaa Mismis,
- Ya Asmar latin Sani,
- Ala ashfuri,
- Ya Nabi salam alaik.
Kemudian dengan cepat menjadi populer. Apalagi lagu-lagu itu berulang-ulang disiarkan di RRI dan beliau pun beberapa kali tampil di TVRI.
Tahun 1971, rekaman beliau telah muncul dalam bentuk kaset yang makin memudahkan orang untuk memperolehnya. Hj. Rofiqoh mencuat sebagai bintang dan menjadi semacam ‘Ummi Kultsum’-nya Indonesia saat itu. Dalam dua dekade awal karir beliau, hampir setiap dua bulan beliau mengeluarkan album rekaman terbarunya, baik berupa pembacaan Al Qur’an maupun lagu-lagu qasidah dan gambus.
Tak ada catatan pasti berapa album yang telah beliau keluarkan hingga kini. Yang jelas, sampai tahun 1990-an beliau masih mengeluarkan album baru, meski sebagian besar daur ulang lagu-lagu lama beliau yang sukses.
5. Penghargaan Beliau
Berkat kegigihan Hj. Rofiqoh, yang berperan aktif dalam dunia kesenian dalam seni qasidah dan gambus tersebut. Selain mendapat julukan sebagai bintang qasidah yang bersinar. Hj. Rofiqoh juga mendapat penghargaan HAS atas kategori “Tokoh Sejarah” dalam perjalanan berkesenian warga NU.
Hj. Rofiqoh mendapatkan penghargaan tersebut karena Hj. Rofiqoh merupakan qoriah berbakat yang nama beliau sebagai penyanyi qasidah dan gambus melambung di era 1960-1980, sehingga Hj. Rofiqoh di berikan Hadiah Asrul Sani (HAS) bersama teman-teman beliau salah satunya Zawawi Imron, Ahmad Tohari, dan Slamet Rahardjo karena mereka merupakan lima orang yang terlibat dalam kegiatan kesenian di lingkungan keluarga NU pada masanya.
6. Referensi
https://www.nu.or.id / NU Online