Daftar Isi:
1. Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1 Lahir
1.2 Riwayat Keluarga
1.3 Wafat
2. Perjalanan Hidup dan Dakwah
2.1 Terjun ke Dunia Politik
2.3 Menjabat Ketua PW Muslimat NU
3. Karir-Karir
4. Hobi
5. Referensi
1. Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1 Lahir
Nyai Solichah wanita kelahiran Purworejo tanggal 15 Oktober 1926 M. (Menurut data anggota Konstituante RI), beliau selalu mengajak anak-anaknya dalam kegiatan organisasi yang beliau lakukan.
1.2 Riwayat Keluarga
Nyai Hj. Solichah menjalin rumah tangganya menikah dengan KH. Saifuddin Zuhri, dari pernikahan beliau dikaruniai 10 anak yakni:
- Kyai Fahmi D Saifudin,
- Nyai Farida Salahuddin Wahid,
- Nyai Annisa S Hadi,
- Nyai Aisyah Wisnu,
- Nyai Andang Fatati,
- Kyai Ahmad Baehaqi Saifudin,
- Nyai Yulia Nur Soraya,
- Nyai Annie Lutfia,
- Kyai Adib Daruqutni,
- KH. Lukman Hakim Saifudin yang pernah menjabat sebagai Menteri Agama RI.
1.3 Wafat
Nyai Solichah wafat di Jakarta, 6 Maret 1990 M, beliau masih berstatus sebagai pengurus PP Muslimat NU.
3. Perjalanan Hidup dan Dakwah
Keputusan untuk berkiprah dalam organisasi tanpa melalaikan kewajiban sebagai Ibu rumah tangga bukanlah hal yang mudah. Namun, hal itulah yang dilakukan Nyai Hj. Siti Solichah. Istri dari KH. Saifuddin Zuhri ini berprinsip aktif dalam sebuah organisasi tak harus meninggalkan peran utama dalam keluarga.
3.1 Terjun ke Dunia Politik
Seperti saat kampanye Pemilu 1955 M. Berkhidmat untuk Agama, Negara, dan Bangsa, saat itu Nyai Solichah diberi tanggung jawab sebagai Juru Kampanye (Jurkam) Nahdlatul Ulama (ketika masih menjadi partai politik) ke luar daerah.
Pada Pemilu tahun 1955, beliau terpilih menjadi anggota Konstituante Republik Indonesia. Tercatat mulai dari November 1956 M hingga Juli 1959 M, beliau termasuk dari beberapa kader Muslimat NU yang masuk menjadi anggota Konstituante.
Bertepatan kala itu dia punya momongan yang masih kecil, yakni seorang putri berusia 10 tahun bernama Nyai Farida (kelak menjadi istri KH. Salahuddin Wahid) dan adiknya yang masih bayi bernama Kyai Baihaqi.
Meski berada di panggung kampanye, Nyai Solichah tetap membawa kedua anaknya menghadiri undangan rapat kampanye. Alhasil, Nyai Solichah berpidato sementara si kecil Kyai Baihaqi digendong sang kakak tanpa bantuan pengasuh bayi.
Hal itu sebagai bukti kemandirian sosok Nyai Solichah Saifuddin Zuhri (penyematan nama Saifuddin Zuhri ini, sekaligus untuk membedakan dengan Tokoh Muslimat NU lainnya yang bernama sama, Nyai Solichah Wahid Hasyim).
Memang, selama hidupnya Nyai Solichah berpandangan bahwa kaum perempuan harus bisa mandiri tanpa bergantung pada orang lain. Selain itu, seorang perempuan harus menguatkan kehidupan keluarganya terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk berkarir atau pun berorganisasi.
Karena tanggung jawab sebagai Ibu Rumah Tangga menjadi tanggung jawab utama. Karena prinsip-prinsip yang beliau pegang itu lah tak ayal beliau tetap membawa anak kala beraktivitas dalam organisasi.
3.2 Menjabat Ketua PW Muslimat NU
Keterlibatan Nyai Sholichah dalam Muslimat NU dimulai dari bawah ketika menjadi Pimpinan Cabang (PC) Muslimat NU Purworejo tahun 1942-1948 M, kemudian Ketua Komisaris Daerah Muslimat NU Karesidenan Kedu tahun 1947-1949M.
Ketika KH. Saifuddin Zuhri pindah ke Semarang, Nyai Solichah juga turut bersama sang suami. Di sana beliau kembali dipercaya menjadi Ketua Muslimat NU Cabang Semarang tahun 1950-1953. Karirnya di organisasi wanita NU itu kemudian berlanjut sebagai Ketua Pimpinan Wilayah (PW) Muslimat NU Jawa Tengah tahun 1950-1955.
Kemudian mulai 1956-1989 M, beliau masuk ke jajaran pengurus Pimpinan Pusat (PP) Muslimat NU. Kiprahnya dalam Muslimat NU tampak menonjol di bidang kesehatan. Beliau pernah menjabat sebagai Direktris Rumah Bersalin Muslimat NU di Hang Tuah, Jakarta Selatan. Rumah bersalin itu dibangun di atas tanah wakaf suaminya KH. Saifuddin Zuhri.
4. Karir-Karir
- Menjabat PC Muslimat NU Purworejo (1942-1948 M),
- Ketua Komisaris Daerah Muslimat NU Karesidenan Kedu tahun (1947-1949 M),
- Ketua Muslimat NU Cabang Semarang tahun (1950-1953 M),
- Berlanjut menjadi ketua (PW) Muslimat NU Jawa Tengah tahun (1950-1955 M),
- Menjadi anggota Konstituante Republik Indonesia (1956-1959 M),
- Pengurus Pimpinan Pusat (PP) Muslimat NU (1956-1989 M).
5. Hobi
Meski menjadi bagian dari Direktris, beliau tetap menjalankan hobinya dalam hal menjahit dan berkebun.
6. Referensi
NU Online / jateng.nu.or.id