Biografi Prof. Dr. KH. Ali Yafie, Ra’is Syuriah PBNU 1971

Daftar Isi:

1.    Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1  Lahir
1.2  Riwayat Keluarga
1.3  Wafat

2.    Sanad Ilmu dan Pendidikan
2.1  Pendidikan
2.2  Guru-Guru

3.    Penerus
3.1  Murid-murid

4.    Perjalanan Hidup dan Dakwah
4.1  Menjadi Pengasuh Pesantren

5.    Riwayat Organisasi
6.    Karir-Karir
7.    Karya-Karya
8.    Penghargaan
9.    Referensi

1.  Riwayat Hidup dan Keluarga

1.1 Lahir
Prof. Dr. KH. Ali Yafie lahirkan di Donggala, Sulawesi Tengah pada tanggal 1 September 1926 atau 23 Shafar 1345. Ketika itu, muktamar NU pertama diselenggarakan. Beliau adalah anak ketiga dari lima bersaudara, yakni:

  1. Kyai As’ad,
  2. Nyai Muzainah,
  3. KH. Ali Yafie,
  4. Nyai Manarussana,
  5. Nyai Amira.

Ayahnya bernama Syekh Muhammad Al-Yafie dan ibunya bernama Imacayya, putri raja dari salah satu kerajaan di Tanete di pesisir barat Sulawesi Selatan. Menurut penuturan Gus Helmi Ali, putra Kyai Ali Yafie, Bu Imacayya meninggal saat Kyai Ali Yafie berumur 10 tahun. Ayahnya menikah lagi dengan ibu Tanawali. Pasangan ini diberi empat keturunan, yakni:

  1. Nyai Muhsanah,
  2. Kyai Husain,
  3. Nyai Khadijah,
  4. Kyai Idris.

Syekh Muhammad Al-Yafie wafat pada awal 1950-an.

1.2 Riwayat Keluarga
Pada usia 19 tahun, Prof. Dr. KH. Ali Yafie menikah dengan Hj. Aisyah, yang ketika itu masih berusia 16 tahun. Kendati menikah muda, mereka mengarungi bahtera rumah tangga dengan bahagia. Dari pernikahannya tersebut, beliau dikaruniai empat anak yang kelak akan menjadi penerusnya, di antaranya:

  1. Kyai Helmi Ali
  2. Kyai Saifuddin Ali
  3. Kyai Azmi Ali
  4. Kyai Badrudtamam Ali

1.3 Wafat
Prof. Dr. KH. Ali Yafie wafat pada hari Sabtu, 25 Februari 2023, pukul 22.13 di RS. Premier Bintaro. Kyai Ali wafat dalam usia 96 tahun setelah menjalani perawatan intensif di rumah sakit selama kurang lebih satu bulan terakhir. Jenazah beliau dimakamkan pada hari Minggu tanggal 26 Februari 2023, di TPU Tanah Kusir, Jakarta Selatan. 

2.  Sanad Ilmu dan Pendidikan

2.1 Pendidikan
Prof. Dr. KH. Ali Yafie berasal dari keluarga yang taat menjalankan ajaran agama Islam. Sejak kecil beliau sudah berkecimpung di dunia pesantren. Ayahnya Syekh Muhammad Yafie adalah seorang pendidik, yang telah memperhatikan pendidikan Kyai Ali sejak kecil dengan mendidiknya perihal keagamaan, dan memasukkannya ke sebuah pesantren.

Beliau memperoleh pendidikan pertamanya pada sekolah dasar umum, lalu dilanjutkan dengan pendidikan di Madrasah Asadiyah yang terkenal di Sengkang, Sulawesi Selatan.

Sang ayah terus mendorongnya untuk menuntut berbagai ilmu pengetahauan, terutama ilmu pengetahuan agama sebanyak-banyaknya dari para ulama, termasuk ulama besar Syekh Muhammad Firdaus, yang berasal dari Hijaz, Makkah, Saudi Arabia.

Didikan orang tuanya untuk menimba ilmu sebanyak-banyaknya tertanam terus sejak kecil hingga kemudian diteruskan dalam mendidik putra-putrinya dan santri-santrinya di Pondok Pesantren Darud Dakwah Al-Irsyad.

2.2 Guru-guru
Prof. Dr. KH. Ali Yafie belajar ke beberapa Kiyai yang terkenal. Guru-guru beliau di antaranya adalah:

  1. Syekh Muhammad Yafie (ayah),
  2. Syekh Ali Mathar (Rappang),
  3. Syekh Haji Ibrahim (Sidraf),
  4. Syekh Mahmud Abdul Jawad (Bone),
  5. Syekh Muhammad As’ad Singkang,
  6. Syekh Ahmad Bone (Ujung  Pandang),
  7. Syekh Abdurrahman Firdaus (Jampue Pinrang),
  8. Syekh Muhammad Firdaus (Hijaz, Arab Saudi),

3.  Penerus

3.1 Murid-murid
Sudah banyak santri-santrinya yang kini telah menjadi tokoh dan ulama. Di antaranya:

  1. Mantan Menteri Agama, Prof. Dr. AG. H. Muhammad Quraish Shihab, Lc., M.A.,
  2. Mantan Menteri Luar Negeri, Alwi Shihab,
  3. Ketua MUI yakni Umar Shihab.

4. Perjalanan Hidup dan Dakwah

4.1 Menjadi Pengasuh Pesantren
Prof. Dr. KH. Ali Yafie adalah pengasuh Pondok Pesantren Darud Dakwah Al Irsyad, Pare-Pare, Sulawesi Selatan yang didirikannya bersama sejumlah tokoh, pada tahun 1947.

5. Riwayat Organisasi

  1. Pada Muktamar NU tahun 1971 di Surabaya  terpilih menjadi Rais Syuriyah PBNU
  2. Muktamar NU di Semarang tahun 1979 dan Situbondo tahun 1984, beliau terpilih kembali sehagai Rais, dan di Muktamar Krapyak tahun 1989 beliau terpilih sebagai Wakil Rais Aam PBNU
  3. Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) masa jabatan 1990-2000 mengggantikan KH. Hasan Basri
  4. Dewan Penasehat Ikatan Muslim Indonesia (ICMI)

6.  Karir-Karir

  1.  Dekan di Fakultas Ushuluddin IAIN, Ujung Pandang
  2.  Rektor Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ), Jakarta
  3.  Menjabat anggota DPR sampai 1987
  4.  Menjabat Hakim Pengadilan Tinggi Agama Makasar dan Kepala Inspektorat Peradilan Agama
  5.  Dewan Pengurus Syariat Bank Muamalat Syariat

7. Karya-Karya

  1.  Menggagas  Fikih  Sosial  dari Soal  Lingkungan  Hidup,  Asuransi  hingga Ukhuwah, (Bandung: Mizan,  1995), cet III,  Teologi Sosial
  2.  Telaah Kritis Persoalan Agama dan Kemanusiaan, (Yogyakarta: LKPSM, 1997), cet. 1
  3.  Beragama Secara Praktis  Agar Hidup Lebih Bermakna,  (Jakarta: Hikmah, 2002), cet. 1. Buku karya KH. Ali Yafie ini adalah sebuah  penafsiran terhadap ajaran agama yang merupakan salah satu kunci yang menyebabkan agama selalu menemukan hubungan dan kesesuaiannya. Buku ini juga merupakan salah satu bentuk tanggapan seorang ulama terhadap beragam perkembangan sosial.
  4. Selain itu itu ada sebuah buku yang diluncurkan pada peringatan 70 Tahun KH. Ali.Yafie, merupakan kumpulan tulisan dari para ulama, cendekiawan, politisi, pejabat, pengusaha, dan lain sebagainya. Buku ini diedit oleh Jamal D. Rahman, dan diterbitkan pada tahun 1997.

8.  Penghargaan
Dalam perjalanan kariernya, KH. Ali Yafie pernah mendapat berbagai macam penghargaan di antaranya adalah:

  1. Penghargaan Bintang Maha Putra
  2. Penghargaan Bintang Satya Lencana Pembangunan.

9.  Referensi
Diolah dan dikembangkah dari sumber primer kemenag.go.id dan berbagai sumber lain yang mendukung.


Artikel ini telah diedit tanggal 1 September 2023, dan kembali diedit dengan penyelarasan bahasa tanggal 4 Maret 2024.

https://www.laduni.id/post/read/66639/biografi-prof-dr-kh-ali-yafie-rais-syuriah-pbnu-1971.html