Daftar Isi Biografi Sa’ad bin Abi Waqqash
1. Riwayat Hidup
1.1 Lahir
1.2 Wafat
1.3 Nasab
2. Kisah Masuk Islamnya Sa’ad bin Abi Waqqash
3. Teladan
3.1 Ketaatan pada Ibu
3.1 Tokoh yang Zuhud
5. Seorang Ksatria Berkuda Arab
6. Referensi
Nama lengkapnya adalah Saad bin Abi Waqqas Al-Zuhri Al-Qurashi. Lahir di Mekkah pada tahun 595 masehi atau 23 sebelum hijrah, Sa’ad berasal dari klan Banu Zuhrah yang merupakan bagian dari suku Quraisy. Ia adalah cucu dari paman Aminah binti Wahab, ibunda Rasulullah. Ia baru berusia 17 tahun ketika menerima Islam.
1. Riwayat Hidup
1.1 Lahir
Sa’ad bin Abi Waqqas lahir pada tahun 595 Masehi di Mekkah atau 23 sebelum Hijrah.
1.2 Wafat
Saad bin Abi Waqqas wafat pada tahun 55 Hijriah atau 674 Masehi pada usia 80 tahun dan dimakamkan di Baqi, Madinah, suatu pemakaman para Sahabat Nabi yang terletak di samping masjid Madinah.
1.3 Nasab
Malik bin Uhaib Abu Ishaq Al-Qursyi Az-Zuhri Al Makki Al Maddani adalah nama asli dari Sa’ad Bin Abi Waqqash. Sa’ad bin Abi Waqqash dengan nasabnya yang mulia dari ayahnya Malik, berlanjut ke Malik bin Uhaib bin Abdu Manaf bin Zuhrah bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin Nadhar bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Amir bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma’ad bin Adnan, itulah nama dari keturunan Sa’ad bin Abi Waqqash yang berasal dari kabilah Bani Zuhrah dari suku Quraisy. Sa’ad Bin Abi Waqqash adalah paman Rasulullah SAW dari garis pihak ibu. Ibunya adalah Hamnah binti Sufyan bin Umaiyyah bin Abdu Syams bin Abdi Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murah bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin Nadhar bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Amir bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Maad bin Adnan. Wuhaib bin Manaf adalah paman Sayyidah Aminah, ibunda dari Rasulullah SAW dan Abdi Manaf adalah Buyut dari Saad Bin Abi Waqqash. Bapak dari Saad Bin Abi Waqqash adalah Abi Waqqash
Dilihat dari pembahasan di atas Sa’ad bin Abi Waqqash merupakan paman Nabi Muhammad SAW dari pihak ibu.
3. Kisah Masuk Islamnya Sa’ad bin Abi Waqqash
Sa’ad Bin Abi Waqqash adalah manusia yang kemampuannya paling mulia, paling sebentar masanya. Sa’ad Bin Abi Waqqash bagi rakyatnya laksana seorang ibu yang sangat baik, selalu beruntung, dan selalu dikaruniai keberuntungan. Sa’ad Bin Abi Waqqash termasuk salah satu dari sepuluh sahabat yang pertama masuk Islam. Adapun orang yang mengajak Sa’ad Bin Abi Waqqash untuk memeluk Islam adalah Abu Bakar. Dalam sepuluh sahabat itu, Sa’ad Bin Abi Waqqash adalah orang ketiga yang masuk Islam.
Suatu hari dalam hidupnya, Sa’ad Bin Abi Waqqash didatangi sosok Abu Bakar yang dikenal sebagai orang yang ramah. Abu Bakar mengajak Sa’ad Bin Abi Waqqash menemui Nabi Muhammad di sebuah perbukitan dekat Makkah. Pertemuan itu mengesankan Sa’ad Bin Abi Waqqash yang saat itu baru berusia 17 tahun. Sa’ad Bin Abi Waqqash pun segera menerima undangan Nabi Muhammad SAW untuk menjadi salah satu penganut ajaran Islam yang dibawanya. Sa’ad Bin Abi Waqqash kemudian menjadi salah satu sahabat yang pertama masuk Islam.
Sa’ad Bin Abi Waqqash menceritakan sendiri awal keIslamannya sebagai berikut: “Tiga hari sebelum masuk Islam, saya bermimpi. Seolah-olah saya tenggelam dalam kegelapan yang pekat. Ketika saya berada di tengah kedalaman air, tiba-tiba saya melihat cahaya bulan. Lalu saya mengikuti cahaya itu, kemudian saya melihat beberapa orang sudah mendahului saya ke arah cahaya tersebut. Saya melihat Zaid bin Haritsah, Ali bin Abi Thalib, dan Abu Bakar Shiddik. Lalu saya bertanya kepada mereka, sejak kapan mereka di situ? Mereka menjawab, belum lama.”
Sementara itu terbetik pula kabar bahwa Zaid bin Haritsah, Ali bin Abi Thalib dan Abu Bakar Shiddiq telah masuk agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Mendengar hal ini, Sa’ad Bin Abi Waqqash pun gembira. Sa’ad Bin Abi Waqqash gembira karena semakin jelaslah hubungan antara mimpi anehnya itu dengan agama baru yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW.
Aku mendengar kabar bahwa Rasulullah menyeru manusia kepada Islam secara sembunyi-sembunyi, lalu aku menemuinya di Syi’ib Ajyad (jalan di bukit Ajyad). Saat itu beliau usai mendirikan shalat Ashar, lalu aku berkata, “Kepada apa engkau seru?” Beliau menjawab, “Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi selain Allah dan sesungguhnya aku utusan Allah. Dan Sa‟ad Bin Abi Waqqash berkata, “Aku bersaksi bahwa tidak ada sembahan yang berhak diibadahi selain Allah, dan sesungguhnya engkau Muhammad utusan Allah.”
Suatu hari Abu Bakar As-Shiddiq mendatangi Sa’ad bin Abi Waqqash dengan membawa berita tentang diutusnya Muhammad sebagai Rasul Allah. Seruan ini mengetuk kalbu Sa’ad bin Abi Waqqash menemui Rasulullah, untuk mengucapkan dua kalimat syahadat. Ketika masuk Islam, beliau sempat ditentang oleh ibunya. Dengan mengetahui bahwa anak yang dicintainya telah masuk agama Islam, maka ibunya sangat marah dengan keislaman Sa’ad Bin Abi Waqqash, ibunya mengancam untuk mogok makan dan menyuruh Sa’ad Bin Abi Waqqash untuk meninggalkan agama Islam. Akan tetapi Sa’ad Bin Abi Waqqash menolak keinginan ibunya, Sa’ad Bin Abi Waqqash tetap memeluk agama Islam dan tidak meninggalkan agamanya. Saat melihat hal ini ibunya pun kembali makan. Ternyata, Sa’ad Bin Abi Waqqash lebih mencintai Allah dan Rasulnya.
Allah SWT mengabadikan peristiwa yang dialami Sa’ad bin Abi Waqqash dalam ayat Al Qur’an surah Al Lukman ayat 14-15 yang artinya:
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambahtambah dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” (QS. Al-Luqman: 14). Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.(QS. AlLuqman: 15)
3. Teladan
3.1 Ketaatan kepada Ibu
Di dalam masalah kasih sayang, kepatuhan, dan ketaatan kepada ibunya, Sa’ad bin Abi Waqqash tidak perlu diragukan lagi. Rasa kasih sayang Sa’ad bin Abi Waqqash kepada ibunya, seolah-olah cintanya hanya untuk sang ibu yang telah memeliharanya sejak kecil hingga dewasa, dengan penuh kelembutan dan berbagai pengorbanan yang dilakukannya.
Kepatuhan dan ketaatan Sa’ad bin Abi Waqqash kepada ibunya cukup pada hal-hal yang baik. Adapun dalam hal-hal yang tidak baik Sa’ad bin Abi Waqqash tidak mengikutinya.
3.2 Tokoh yang Zuhud
Sa’ad bin Abi Waqqash merupakan salah satu tokoh zuhud (perihal meninggalkan keduniawian) yang telah mengetahui makna qanaah (rasa puas). Karena itu, mereka berpaling dari dunia. Sa’ad Bin Abi Waqqash mempunyai banyak sifat mulia yang telah dibuktikannya. Sa’ad bin Abi Waqqash tidak pernah dengan bangga menyebutkan sifat-sifat mulianya itu kecuali dua hal yang istimewa. Pertama, Sa’ad bin Abi Waqqash adalah orang pertama yang melemparkan tombak di jalan Allah dan orang pertama pula yang terkena olehnya. Kedua, Sa’ad bin Abi Waqqash merupakan satu-satunya orang yang dijamin oleh Rasulullah SAW dengan jaminan kedua orang tua beliau. Dalam kitab Mughozi Al-Waqidi disebutkan:
“Rasulullah SAW bersabda: “Panahlah, tebusanmu adalah Ibu dan Bapakku!” lalu aku mencabut sebuah anak panah yang tidak memiliki mata, kemudian panahku mengenai wajah dari Hibban al-Ariqah hingga ia jatuh dan terbuka auratnya hingga Rasulullah SAW tertawa sampai terlihat gigi gerahamnya, dan kemudian beliau berkata, “Sa’ad telah berhasil menaklukannya, Allah telah mengabulkan dan mengarahkan bidikanmu.”
4. Panah dan Doa Mustajab
Sa’ad Bin Abi Waqqash mempunyai dua senjata yang sangat ampuh, yaitu panah dan doanya. Jika Sa’ad bin Abi Waqqash memanah musuh dalam peperangan, dapat dipastikan pasti mengenai sasarannya, Rasulullah SAW juga pernah bersabda, “Man balaga bisahmin sabililla fahuwa lahu darajatun” al-jannati (HR. An-Nasa’i: 3143) “Siapa yang menembakkan panah sampai ke sasaran dalam jihad di jalan Allah, maka ia memperoleh satu derajat di surga.”
Di arena generasi pertama, nama Sa’ad bin Abi Waqqash bersinar dan dicatat dengan huruf cemerlang. Sa’ad bin Abi Waqqash adalah orang pertama yang pemberani melemparkan anak panahnya di jalan Allah. Alangkah besarnya penghargaan yang diletakkan di dada Sa’ad bin Abi Waqqash, Sa’ad Bin Abi Waqqash juga memperoleh suatu keistimewaan karena Sa’ad Bin Abi Waqqash telah melihat dua lelaki berpakaian putih di samping kanan dan kiri Rasulullah SAW yang ikut bertempur dengan sengit yang belum pernah dilihat seumur hidupnya, keduanya adalah Jibril dan Mikail.
Sa’ad Bin Abi Waqqash mendapatkan derajat yang sangat tinggi dalam keimanan, sehingga terkenal dengan sebutan Mustajab Al-Da’wah (orang yang doanya selalu di kabulkan). Doanya sangat ditakuti namun juga sangat diharapkan oleh semua orang.
Kemuliaan dan keutamaan Sa’ad bin Abi Waqqash yang lainnya adalah menghindarkan diri dari perselisihan yang terjadi antara manusia, pasca terbunuhnya Utsman bin Affan. Bahkan ia berpesan kepada keluarganya untuk tidak mengabarkan apa pun berita mengenai orang-orang hingga umat bersatu di bawah satu imam.
5. Seorang Ksatria Berkuda Arab
Sa’ad Bin Abi Waqqash termasuk seorang ksatria berkuda Arab dan sosok muslim yang paling berani dan pahlawan pemberani ini disebut prajurit berkuda Islam. Sa’ad bin Abi Waqqash tumbuh dalam lingkungan para prajurit berkuda berpengalaman dengan berbagai peperangan. Sa’ad Bin Abi Waqqash menjadi prajurit berkuda Rasulullah dan seorang pembela Islam dalam kondisi sekeras apapun. Sa’ad bin Abi Waqqash mengikuti perjalanan perjuangan Rasulullah dengan menunggangi kuda bersama para prajurit berkuda madrasah kenabian dan ikut terlibat dalam berbagai sariyyah (bataliyon).
Di masa-masa awal sejarah Islam, kaum Muslim mengungsi ke bukit jika hendak menunaikan shalat. Kaum Quraisy selalu menghalangi mereka beribadah. Saat tengah shalat, sekelompok kaum Quraisy mengganggu dengan saling melemparkan lelucon kasar. Karena kesal dan tidak tahan, Sa’ad bin Abi Waqqash yang memukul salah satu orang Quraisy dengan tulang unta sehingga melukainya. Ini menjadi darah pertama yang tumpah akibat konflik antara umat Islam dengan orang kafir. Konflik yang kemudian semakin hebat dan menjadi batu ujian keimanan dan kesabaran umat Islam.
Setelah peristiwa itu, Rasulullah meminta para sahabat agar lebih tenang dan bersabar menghadapi orang Quraisy, seperti yang difirmankan Allah SWT :
“Dan bersabarlah (Muhammad) terhadap apa yang mereka katakan dan tinggalkanlah mereka dengan cara yang baik.” (QS. 73 al-Muzzammil: 10)
Cukup lama kaum Muslim menahan diri. Baru beberapa dekade kemudian, umat Islam diperkenankan melakukan perlawanan fisik kepada para orang kafir.
6. Referensi
- Shalahudin Mahmud As-Sa‟id, 10 Sahabat Yang Di Jamin Surga (Solo: Al-Qowam, 2012), p. 273.
- A. Sattar Asy-Syaikh, 10 Sahabat yang Dijamin Masuk Surga (Jakarta: Darus Sunnah, 2012), p. 771.
- Rizem Aizid, Para Panglima Perang Islam, (Yogyakarta: Saufa, 2015), p. 58
- Aizid, Para Panglima Perang…, p. 58.
- Ibid., p. 59
- Subagdjo Aswara, Sa’ad Bin Abi Waqqash (Bandung : PT Remaja Kosdakarya, 1986),
- Mahmud, 10 Sahabat yang Dijamin…, p. 274.
- Khalid Muhammad Khalid, Biografi 60 Sahabat Nabi (Jakarta: Ummul Qura, 2012),
- Mahmud, 10 Sahabat yang Dijamin…, p. 278.
- Zarkasih, “Sa‟ad Bin Abi Waqqash”
- Musthafa Murad, 30 Sahabat Nabi yang Dijamin Surga, (Solo: Insan Kamil, 2011), p. 152
- Khalid Muhammad Khalid, Para Sahabat Yang Akrab Dalam Kehidupan Rasul, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2000), p. 114
https://www.laduni.id/post/read/74995/biografi-saad-bin-abi-waqqash.html