Biografi Shafiyyah binti Abdul Muthalib

Daftar isi Biografi Shafiyyah binti Abdul Muthalib

1.    Riwayat Hidup
1.1  Lahir
1.2  Nasab
1.3  Wafat

2.    Kisah-kisah
2.1  Memeluk Islam
2.2  Dipercaya Mengurus Jamaah Haji
2.3  Perang Uhud
2.4  Perang Khandaq
2.5  Perang Khaibar
2.6  Wafatnya Rasulullah SAW

3.    Referensi

Shafiyyah merupakan putri dari Abdul Muthalib bin Hasyim yang juga saudari dari singa Allah Hamzah bin Abdul Muthalib. Beliau juga seorang sahabat dan bibi Nabi Muhammad SAW.

1. Riwayat Hidup

1.1 Lahir

Shafiyah binti Abdul Muthalib diperkirakan lahir sekitar tahun 569 atau sekitar 640 Masehi

1.2 Nasab

  1. Shafiyyah binti
  2. Abdul Muththalib bin
  3. Hisyam bin
  4. Abdi Manaf bin
  5. Qushay bin
  6. Kilab al-Qurasyiyah al-Hasyimiyah

1.3 Wafat

Shafiyyah binti Abdul Muthalib wafat pada tahun 20 Hijriyah di Madinah. Beliau wafat pada zaman Khalifah Umar bin Khattab dan diperkirakan beliau mencapai lebih dari 70 tahun.

2. Kisah-kisah

2.1 Memeluk Islam

Ketika Allah SWT mengutus Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul, banyak kaum Quraisy yang menentang dan sedikit yang menerima dakwah beliau, baik dari keluarga terdekat maupun yang lainnya.

Raulullah SAW menyeru kepada semua kerabatnya baik dari yang tua, muda, laki-laki, dan wanita. Lalu kemudian beliau naik ke bukit Shafa dan berseru : “Wahai Fatimah binti Muhammad, Wahai Shafiyyah binti Abdul Muthalib, wahai Bani Abdul Muthalib! Aku tidak mampu menolong kalian dari adzab Allah SWT sedikitpun, jika kalian menghendaki sesuatu dariku maka mintalah hartaku sesuai kalian.” (HR. Bukhari Muslim)

Shafiyyah kemudian memeluk Islam dan berbaiat langsung kepada Rasulullah SAW dan kemudian hijrah ke Madinah bersama putranya Zubeir bin Awwam.

Beliau merupakan termasuk perempuan yang awal dalam mengimani putra saudaranya yang jujur dan terpercaya yaitu Muhammad SAW.

2.2 Dipercaya Mengurus Jamaah Haji

Shafiyyah RA tumbuh di rumah Abdul Muththalib, pemuka Quraisy dan orang yang memiliki kedudukan yang tinggi, terpandang, dan mulia. Beliaulah yang dipercaya untuk mengurus pendatang yang berhaji.

Seluruh aktifitas tersebut membekas pada diri Shafiyyah RA, sehingga membentuk kepribadian beliau yang kuat. Beliau adalah seorang wanita yang fasih lisannya dan ahli bahasa. Seorang cendekiawan dan penunggang kuda yang pemberani.

2.3 Perang Uhud

Shafiyyah ra menyaksikan tersebarnya Islam dan turut andil dalam menyebarkannya. Sungguh jihad merupakan darah dagingnya. Oleh karena itu, beliau tidak menyia-nyiakan kesempatan pada hari Uhud menjadi pelopor bagi para wanita yang ikut keluar untuk membantu para mujahidin dan mengorbankan semangat mereka untuk bertempur, disamping beliau juga mengobati mujahidin yang luka-luka.

Tatkala takdir Allah menghendaki kaum muslimin terpukul mundur karena pasukan pemanah menyalahi perintah Rasul Shallallahu ‘alaihi wassalam sebagai panglima, maka banyak pasukan yang berpencar dari Rasullah Shallallahu ‘alaihi wassalam. Namun, Shafiyyah tetap berdiri dengan berani, sedangkan di tangannya menggenggam tongkat dan beliau pukul wajah orang-orang yang mundur dari peperangan seraya berkata, “Kalian hendak meninggalkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam?”

Manakala Shafiyyah mengetahui kesyahidan saudaranya, Hamzah bin Abdul Muththalib RA, yang dijuluki singa Allah yang dibunuh dengan sadis, maka Shafiyyah memberikan teladan yang agung bagi kita dalam hal kesabaran, ketabahan, dan ketegaran. Beliau sendiri mengisahkan kepada kita apa yang beliau saksikan, beliau berkata:

“Pada hari terbunuhnya Hamzah, Zubeir menemuiku dan berkata, ‘Wahai ibunda, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam menyuruh ibu agar kembali’. Beliau menjawab, ‘Mengapa? Sungguh telah sampai kepadaku tentang dicincangnya saudaraku, namun dia syahid karena Allah, kami sangat ridha dengan apa yang telah terjadi, sungguh aku akan bersabar dan tabah insya Allah. Setelah Zubeir RA memberitahukan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam tentang komentarku beliau bersabda, ‘Berilah jalan baginya! Maka aku mendapatkan Hamzah dan tatkala aku melihatnya aku berkata, ‘Inna Lillahi wa inna ilaihi Raji’un, kemudian aku mohonkan ampun baginya, setelah itu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam memerintahkan untuk menguburkannya.”

2.4 Perang Khandaq

Gambaran lain dari Shafiyyah sang mujahidah dan penunggang kuda ini adalah tatkala terjadi Perang Khandaq saat pasukan Yahudi mencoba menyerang tempat kaum wanita ketika itu para wanita muslimah dan anak-anak berada dalam sebuah benteng. Di sana ada juga Hassan bin Tsabit RA. Tatkala ada orang Yahudi mengelilingi benteng, sedangkan kaum muslimin sedang menghadapi musuh, maka berdirilah Shafiyyah RA dan berkata kepada Hassan, “Sesungguhnya lelaki Yahudi ini menjadikan kita tidak aman, karena mereka akan mengetahui kekurangan kita, maka berdirilah dan bunuhlah ia. Kemudian, Hassan berkata, ‘Semoga Allah mengampuni anda, sungguh anda mengetahui bahwa seperti itu bukanlah keahlian saya’.”

Ketika Shafiyyah mendengar jawaban Hassan, beliau langsung bangkit dan penuh semangat yang ada di jiwanya, beliau mengambil tongkat yang keras kemudian turun dari benteng. Beliau menunggu kesempatan lengahnya orang Yahudi tersebut lalu beliau memukulnya tepat pada ubun-ubun secara bertubi-tubi hingga dapat membunuhnya. Beliau memang “wanita pertama yang membunuh laki-laki”. Beliau kembali ke benteng dan tersirat kegembiraan pada kedua matanya, karena mampu menghabisi musuh Allah yang berarti pula menjaga rahasia persembuyian para wanita dan kaum muslimah dari mereka. Kemudian beliau berkata kepada Hassan, “Turunlah dan lucutilah dia, sebab tiada yang menghalangi diriku untuk melucutinya melainkan karena dia seorang laki-laki.” Hassan berkata: “Saya tidak berkepentingan untuk melucutinya wahai binti Abdul muththalib.”

2.5 Perang Khaibar

Tatkala Perang Khaibar, Shafiyyah RA keluar bersama kaum muslimah untuk memompa semangat pasukan kaum muslimin. Mereka membuat perkemahan di medan jihad untuk mengobati pasukan yang terluka karena perang.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam merasa senang dengan peran para mujahidah sehingga mereka juga mendapatkan bagian dari rampasan perang.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wassalam mencintai bibinya, Shafiyyah RA, dan memuliakan beliau serta memberikan kepada beliau bagian yang banyak. Tatkala turun ayat: “Wa andzir ‘Asyiratakal aqrabin’ (Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat).” (As-Syura: 214).

2.6 Wafatnya Rasulullah SAW

Shafiyyah mencintai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam sejak kecil dan mengikutinya. Beliau takjub dengan keadaan Nabi Muhammad SAW dan akhirnya mengimani kenabian beliau, menyertai beliau dalam peperangan, dan merasa sedih tatkala wafatnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam yang beliau ungkapkan dengan sya’irnya yang indah:

Wahai mata, tampakkanlah air mata dan janganlah tidur
Tangisilah sebaik-baik manusia yang telah tiada
Tangisilah al-Musthofa dengan tangisan yang sangat
Yang masuk ke dalam hati laksana terkena pukulan
Nyaris aku tinggalkan hidup tatkala takdir datang padanya
Yang telah digariskan dalam kitab yang mulia
Sungguh beliau pengasih kepada sesama hamba
Rahmat bagi mereka dan sebaik-baik Pemberi petunjuk
Semoga Allah meridhainya tatkala beliau hidup dan mati
Dan membalasnya dengan Jannah pada hari yang kekal

3. Referensi

1. Kitab Nisaa’ Haular Rasuul, karya Mahmud Mahdi al-Istanbuli
2. Musthafa Abu an-Nashr asy
3. Dan berbagai sumber pendukung lainnya

https://www.laduni.id/post/read/81097/biografi-shafiyyah-binti-abdul-muthalib.html