Biografi Sultan Maulana Hasanuddin, Pendiri Kesultanan Banten

Daftar Isi:

1.    Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1  Lahir
1.2  Riwayat Keluarga
1.3  Wafat

2.    Sanad Ilmu dan Pendidikan
2.1  Pendidikan
2.2  Guru Beliau

3.    Perjalanan Hidup dan Dakwah
3.1  Menyiarkan Agama Islam
3.2  Mendirikan Kesultanan Banten

4.    Referensi

1. Riwayat Hidup dan Keluarga
Sultan Maulana Hasanuddin adalah pendiri Kesultanan Banten yang berkuasa pada 1552-1570 Masehi. Selain sebagai sultan pertama Banten, Sultan Maulana Hasanuddin juga merupakan sosok pelopor sejarah syiar Islam di wilayah tersebut.

Menurut The Sultanate of Banten (1990) karya Hasan Muarif Ambary dan Jacques Dumarçay, Sultan Maulana Hasanuddin memperoleh gelar Pangeran Sabakingkin atau Seda Kinkin. Pemberi gelar itu adalah kakeknya, yaitu Prabu Surosowan, Bupati Banten.

1.1 Lahir
Sultan Maulana Hasanuddin lahir pada tahun 1478 M. Beliau putra dari Syarif Hidayatullah alias Sunan Gunung Jati (1479-1568 M), penguasa Kesultanan Cirebon yang juga menjadi salah satu anggota Wali Songo, majelis penyebar Islam di Jawa pada era Kesultanan Demak.

Menurut Agus Sunyoto dalam Atlas Wali Songo (2012), pada suatu ketika Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati dari Cirebon menempuh perjalanan ke barat menuju Banten. Di Banten, Sunan Gunung Jati berhasil mengajak bupatinya, Prabu Surosowan atau Ki Gedeng, beserta rakyatnya untuk memeluk Islam.

Sunan Gunung Jati kemudian menyunting putri Prabu Surosowan yang bernama Nyai Kawunganten. Perkawinan ini melahirkan anak perempuan dan anak laki-laki, yakni Ratu Winaon dan Pangeran Sabakingkin alias Sultan Maulana Hasanuddin.

1.2 Riyawat Keluarga
Sultan Maulana Hasanuddin menikah dengan Nyai Ayu Kirana, dari pernikahannya dengan Nyai Ayu Kirana karuniai anak diantarnya:

  1. Ratu Pembayun,
  2. Maulana Yufus dari Banten,
  3. Pangeran Sunyararas dari Tanara,
  4. Waliyuddin dari Banten (Pangeran Jaga Laut),
  5. Pangeran Pringgalaya,
  6. Ratu Agung/Ratu Kumadaragi,
  7. Pangeran Maulana Maghrib,
  8. Ratu Ayu Arsanengah.

1.3 Wafat
Sultan Maulana Hasanuddin memimpin kesultanan Banten hingga wafatnya pada tahun 1570 M. dan dimakamkan di Masjid Agung Banten. Beliau juga dikenal sebagai Pangeran Surosowan karena telah mendirikan Keraton Surosowan.

2. Sanad Ilmu dan Pendidikan
Setelah Prabu Surosowan wafat, posisi pemimpin Banten dilanjutkan oleh putranya yang bernama Pangeran Arya Surajaya atau Prabu Pucuk Umun, yang juga paman dari Pangeran Sabakingkin alias Sultan Maulana Hasanuddin. Sunan Gunung Jati kemudian kembali ke Cirebon.

2.1 Pendidikan
Sedangkan Pangeran Sabakingkin berkelana untuk memperdalam ilmu dan ajaran keislamannya. Adapun Prabu Pucuk Umun adalah pemeluk ajaran Sunda Wiwitan. Suatu ketika, Pangeran Sabakingkin atau Sultan Maulana Hasanuddin menghadap ayahnya di Cirebon. Beliau kemudian diberi mandat untuk menyebarkan Islam yang lebih luas ke tanah Banten dan sekitarnya.

2.2 Guru Beliau
Syarif Hidayatullah / Sunan Kali Jaga (Ayah).

3. Perjalanan Hidup dan Dakwah

3.1 Menyiarkan Agama Islam
Sultan Maulana Hasanuddin pun berangkat ke Banten. Namun, misinya untuk menjalankan syiar Islam di Banten ternyata mendapatkan tentangan dari pamannya sendiri, yakni Prabu Pucuk Umun. Setelah melakukan musyawarah, mereka bersepakat untuk tidak berperang secara fisik, namun diganti dengan pertarungan ayam jago.

Menurut catatan Dinas Pariwisata Provinsi Banten, Sultan Maulana Hasanuddin memenangkan perlombaan itu. Prabu Pucuk Umun mengaku kalah dan memberikan ucapan selamat seraya menyerahkan golok serta tombak sebagai tanda kekalahan. Penyerahan kedua senjata pusaka Banten itu juga sebagai simbol bahwa kekuasaan wilayah Banten yang semula dipegang oleh Prabu Pucuk Umun kepada Sultan Maulana Hasanuddin.

Prabu Pucuk Umun bersama beberapa pengikutnya kemudian pergi untuk menuju ke Ujung Kulon di Banten Selatan. Mereka bermukim di hulu Sungai Ciujung, di sekitar wilayah Gunung Kendeng. Konon, mereka adalah cikal-bakal orang Kanekes atau orang-orang Suku Baduy. Sementara para pengikut Prabu Pucuk Umun lainnya yang memilih bertahan di Banten menyatakan masuk Islam di hadapan Sultan Maulana Hasanuddin.

Di era Sultan Maulana Hasanuddin yang kemudian memerdekakan Banten menjadi kesultanan pada 1568 M, kerajaan bercorak Islam ini mencapai kemajuan di berbagai bidang. Sektor perdagangan menjadi tumpuan utama Kesultanan Banten pada masa pemerintahan Sultan Maulana Hasanuddin.

3.2 Mendirikan Kesultanan Banten
Sultan Maulana Hasanuddin merupakan pendiri sekaligus sultan pertama dari Kesultanan Banten. Beliau mendirikan Kesultanan Banten pada tahun 1527 M. setelah merebut wilayaha Banten Girang dari Pucuk Umun. Banten Girang kemudian menjadi wilayah pertama dari Kesultanan Banten. Banten yang awalnya hanya Kadipaten telah berubah menjadi kesultanan yang berada di dalam pengaruh Kesultanan Demak.

Di bawah pemerintahannya, Kesultanan Banten mengalami perkembangan pesat di berbagai bidang. Kesultanan Banten adalah kerajaan maritim yang mengandalkan perdagangan untuk menopang perekonomian kerajaan. Untuk memudahkan hubungan dagang dengan pesisir Sumatera melalui Selat Sunda, pusat pemerintahannya kemudian dipindahkan dari pedalaman Banten Girang ke pesisir.

Di kawasan teluk Banten, Sultan Maulana Hasanuddin membangun tiga institusi penting sebagai motor perubahan kerajaannya. Tiga institusi tersebut adalah masjid (sebagai basis kegiatan sosial keagamaan), Kraton Surosowan (pusat pemerintahan), dan pelabuhan (sentra ekonomi).

Di tangan Sultan Maulana Hasanuddin, Banten dikenal sebagai bandar besar yang menjadi persinggahan utama dan penghubung antara pedagang dari Arab, Parsi, India dan Cina dengan negara-negara di Nusantara. Selain itu, Kesultanan Banten juga menguasai Lampung yang banyak menghasilkan rempah-rempah. Di era Sultan Maulana Hasanuddin pula, Banten dapat melepaskan diri dari Demak pada 1568 M.

4. Referensi

  1. The Sultanate of Banten (1990) karya Hasan Muarif Ambary dan Jacques Dumarçay,
  2. Agus Sunyoto dalam Atlas Wali Songo,
  3. Dinas Pariwisata Provinsi Banten.

https://www.laduni.id/post/read/518076/biografi-sultan-maulana-hasanuddin-pendiri-kesultanan-banten.html