Biografi Syekh Ali Nurul Alam

1.1  Lahir
1.2  Riwayat Keluarga Syekh Ali Nurul Alam
1.3  Nasab Ali Nurul Alam
1.4  Wafat

2.1  Guru Syekh Ali Nurul Alam

3.1  Anak-Anak Syekh Ali Nurul Alam

1   Riwayat Hidup dan Keluarga

1.1 Lahir

Syekh Ali Nurul Alam adalah salah seorang Ulama yang turut berperan mensyiarkan Agama Islam di Nusantara. Beliau adalah seorang ulama yang mempunyai garis keturunan dari Rasulullah SAW. Beliau diperkirakan lahir pada abad 14 di Samarkhand, dekat kota Bukhoro, wilayah Negara Azarbaijan.

1.2 Riwayat Keluarga Syekh Ali Nurul Alam

Beliau menikah dengan wanita dari Siam dan dikaruniai putra :

  1. Syekh Abdullah
  2. Syekh Nurul Alam

1.3 Nasab Syekh Ali Nurul Alam

  1. Nabi Muhammad Rasulullah SAW.
  2. Sayyidah Fathimah Az-Zahra/Ali bin Abi Thalib
  3. Al-Imam Al-Husain
  4. Al-Imam Ali Zainal Abidin
  5. Al-Imam Muhammad Al-Baqir
  6. Al-Imam Ja’far Shadiq
  7. Al-Imam Ali Al-Uraidhi
  8. Al-Imam Muhammad An-Naqib
  9. Al-Imam Isa Ar-Rumi
  10. Al-Imam Ahmad Al-Muhajir
  11. As-Sayyid Ubaidillah
  12. As-Sayyid Alwi
  13. As-Sayyid Muhammad
  14. As-Sayyid Alwi 
  15. As-Sayyid Ali Khali’ Qasam
  16. As-Sayyid Muhammad Shahib Mirbath
  17. As-Sayyid Alwi Ammil Faqih 
  18. As-Sayyid Abdul Malik Azmatkhan
  19. As-Sayyid Abdullah
  20. As-Sayyid Ahmad Jalaluddin
  21. As-Sayyid Husain Jamaluddin Al-Akbar/ Syekh Jumadil Kubro
  22. As-Sayyid Ali Nurul Alam

1.4 Wafat

Syekh Ali Nurul Alam diperkirakan  wafat pada abad akhir 15. Adapun Syekh Ali Nurul Alam dimakamkan di Siam/ Muangthai.

2  Sanad Ilmu dan Pendidikan Syekh Ali Nurul Alam

Beliau dididik dan dibesarkan oleh ayahanda Syekh Jumadil Kubro/ As-Sayyid JamaluddinAl-Akbar.

2.1 Guru Syekh Ali Nurul Alam

  1. Syekh Jumadil Kubro/ As-Sayyid JamaluddinAl-Akbar.

3  Penerus Syekh Barakat Zainul Alam

3.1 Anak-anak Syekh Barakat Zainal Alam

  1. Syekh Abdullah
  2. Syekh Nurul Alam

4.  Perjalanan Dakwah Syekh Ali Nurul Alam

Setelah melakukan perjalanan dari Samarkand menuju Persia kemudian dilanjutkan menuju ke Turki bersama Ayahanda yaitu Syekh Jumadil Kubro dan 2 Sodara beliau yaitu Syekh Ibrahim Asmoroqondi dan Syekh Barakat Zainal Alam. Ketika menetap di Turki Ayahandanya mendapat tugas dari Sultan Turki yaitu Sultan Mahmud 1. Untuk berangkat ke Jawa Dwipa untuk melakukan misi Kenegaraan sekaligus misi dakwah. Dalam perjalanan menuju Jawa rombongan mampir dahulu di daerah Pasai. Dan di sanalah beliau berpisah dengan saudaranya Syekh Ibrahim Asmoroqondi.

Pada tahun 1399 Rombongan dari Turki telah tiba di Jawa. Mereka menuju daratan Tandhes, sebuah pelabuhan terbesar di Jawa kala itu. Selepas turun dari kapal, para utusan Turki beristirahat sejenak melepas lelah. Kemudian perjalanan dilanjutkan melalui jalur darat menuju Trowulan. Sesampai disana mereka merasa terhibur , ternyata di Trowulan juga telah ada sekelompok masyarakat Muslim. Bukan muslim asing seperti mereka, tapi muslim pribumi. Di istana rombongan disambut dengan baik oleh Baginda Prabu Wikrama Wardhana. Dijamu dengan kehormatan layaknya utusan dari Negara jauh. Dakwah Mereka untuk mengislamkan Prabu Wikramawardhana belum berhasil, akan tetapi mereka dipersilahkan untuk melakukan dakwah asal tidak melalakukan cara pemaksaan.

Syekh Jumadil Kubro dan kedua putranya Ali dan Zainal memutuskan tinggal dan berdakwah di Trowulan. Di Trowulan. Syekh Jumadil Kubro memulai kehidupan baru sebagai pedagang, bersama dua putranya. Tidak ada kesulitan bagi beliau untuk mencari barang dagangan lantaran di daerah Tandhes banyak dijumpai para pedagang muslim dari mancanegara yang siap membantu mereka. Kegiatan dakwah pun berjalan lancar, selancar usaha dagangnya. Komunitas muslim pun kian tertata meskipun jumlahnya tidak seberapa. Awal perjalanan dakwah mereka juga mengalami kesulitan. Akhirnya ayahanda beliau berkenalan dengan Tumenggung Mojopahit yang bernama Tumenggung Satim Singomoyo. Karena hanya beliaulah seorang pejabat kerajaan yang bisa diajak musyawarah tentang kesulitannya di dalam berdakwah untuk mengembangkan ajaran Islam. 

Kala itu beliau sudah memeluk agama Islam walaupun hal ini tidak berani dilakukan secara terang-terangan. Hanya Tumenggung Satim Singomoyo lah yang bisa diajak bertukar pendapat tentang bagaimana cara mengembangkan ajaran Islam ditanah Jawa utamanya di lingkungan kerajaan yang masyarakatnya kala itu sudah sangat terpengaruh dengan ajaran Hindu dan Budha. Alhamdulillah, dengan keberadaan Tumenggung Satim Singomoyo, akhirnya sedikit demi sedikit masyarakat Mojopahit memeluk Islam, termasuk yang berada di lingkungan kerajaan. Dari informasi Tumenggung Satim Singomoyo Inilah Syekh Jumadil Kubro bisa mengerti lebih jauh tentang adat istiadat dan budaya masyarakat di daerah Trowulan.

Keadaan di sekitar pusat kerajaan Majapahit semakin lama semakin memprihatinkan, baik akibat terjadinya perang saudara maupun akibat sering terjadinya perselisihan diantara pegawai kerajaan yang sudah memeluk Islam dan pegawai kerajaan yang masih beragama Hindu. Situasi ini ternyata membawa manfaat yang cukup besar bagi Syekh Jumadil Kubro dan kedua putranya, penampilan yang sejuk tutur bicara yang santun ketika beliau beranjangsana ke keluarga kerajaan untuk menjumpai Dewi Dwarawati (Darawati Murdaningrum) yang masih sodara dari Istri SyekhIbrahim Asmoroqondi  ternyata dapat membawa ketentraman di hati Prabu Kertawijaya. Perlahan tapi pasti, masyarakat kelas bawah mulai berbondong-bondong memeluk agama Islam.
Pada akhirnya Syekh Jumadil Kubro menyuruh kedua putranya tersebut untuk melakukan dakwah di tempat lain. Akhirnya Syekh Ali Nurul Alam memutuskan untuk berangkat menuju Siam/ Muangthai dan Syekh Barakat Zainal Alam memutuskan untuk berdakwah di daerah Campa menggantikan Syekh Ibrahim Asmoroqondi.

5   Keteladanan Syekh Ali Nurul Alam

Syekh Ali Nurul Alam adalah tokoh yang jarang disebutkan dalam berbagai Babad dan cerita rakyat sebagai salah satu pelopor penyebaran Islam di Jawa. Syekh Ali Nurul Alam merupakan salah satu tokoh kunci proses Islamisasi di tanah jawa yang hidup sebelum Walisongo yang mampu menembus dinding kebesaran kerajaan Majapahit. Beliau juga berdakwah bersama Ayahanda dan para ulama-ulama lain yang  mempunyai modal tersendiri untuk menyebarkan agama Islam di Nusantara. Beliau umumnya dianggap bukan keturunan Jawa, tetapi berasal dari Asia Tengah Samarkand Uzbekistan melalui laut ke jawa atau orang-orang Islamis yang tetap kuat dalam agama Hindu pada masa pemerintahan Majapahit. 

Syekh Ali Nurul Alam memiliki semangat tinggi dalam memperjuangkan agama Islam. Awal dimulai dakwah dengan cara berdagang. Tidak ada kesulitan bagi beliau untuk mencari barang dagangan lantaran di daerah Tandhes banyak dijumpai para pedagang muslim dari mancanegara yang siap membantu mereka. Kegiatan dakwah pun berjalan lancar, selancar usaha dagangnya. Komunitas muslim pun kian tertata meskipun jumlahnya tidak seberapa. 

Penampilan yang sejuk tutur bicara yang santun ketika beliau menyampaikan dakwah hingga beliau dianggap tokoh yang dianggap mampu menentramkan situasi kerajaan Majapahit yang sedang dilanda kekacauan pada waktu itu. Perlahan tapi pasti, masyarakat kelas bawah mulai berbondong-bondong memeluk agama Islam, mengikuti ajaran Syekh Ali Nurul Alam yang dengan bijak dan santun menyampaikan misi dalam dakwahnya.

6   Referensi

1.    Buku Atlas Wali Songo, Agus Sunyoto,
2.    Buku Wali Songo: Rekonstruksi Sejarah yang Disingkirkan, Agus Sunyoto, Jakarta: Transpustaka, 2011
3.    Babad Wali Songo, Yudhi AW,2013
4.    Sejarah Wali Sanga, Purwadi,
5.    Dakwah Wali Songo, Purwadi dan Enis Niken,
6.    Babad Wali Songo, Yudhi AW,2013

https://www.laduni.id/post/read/80948/biografi-syekh-ali-nurul-alam.html