Daftar Isi Biografi Syekh Maulana Muhammad Jumadil Kubro
1. Riwayat Hidup
1.1 Lahir
1.2 Wafat
1.3 Keluarga
2. Sanad Ilmu dan Pendidikan Beliau
2.1 Perjalanan Menuntut Ilmu
3. Berakwah
4. Pengaruh
5. Referensi
Syekh Jumadil Qubro adalah seorang ulama besar yang berasal dari Samarkand, Uzbekistan, Asia Tengah. Beliau diyakini sebagai keturunan ke-10 dari al-Husain, cucu Nabi Muhammad SAW.
1. Riwayat Hidup
1.1 Lahir
Beliau Syekh Maulana Muhammad Jumadil Kubro diperkirakan lahir di Samarkand, Asia Tengah, pada paruh kedua abad ke-14.
1.2 Wafat
Syekh Maulana Muhammad Jumadil Kubro wafat pada tahun 1376 M, 15 Muharram 797 H. diperkirakan hidup di antara dua Raja Majapahit (awal Raja Tribhuwana Wijaya Tunggadewi dan pertengahan Prabu Hayam Wuruk).
1.3 Keluarga
Syekh Maulana Muhammad Jumadil Kubro adalah cucu ke-18 Rasulullah Muhammad SAW dari garis Sayyidah Fatimah Az Zahra al-Battul. Ayahnya bernama Syeikh Jalal yang karena kemuliaan akhlaknya mampu meredam pertikaian Raja Champa dengan rakyatnya. Sehingga, Syeikh Jalal diangkat sebagai raja dan penguasa yang memimpin Negara Champa.
Sebagian besar Walisongo memiliki hubungan atau berasal dari keturunan Syeikh Maulana Akbar ini. Tiga putranya yang disebutkan meneruskan dakwah di Asia Tenggara; adalah Ibrahim Akbar (atau Ibrahim as-Samarkandi) ayah Sunan Ampel yang berdakwah di Champa dan Gresik, Ali Nuralam Akbar datuk Sunan Gunung Jati yang berdakwah di Pasai, dan Zainal Alam Barakat.
2. Sanad Ilmu dan Pendidikan Beliau
2.1 Perjalanan Menuntut Ilmu
Syeikh Jamaluddin tumbuh dan berkembang di bawah asuhan ayahnya sendiri. Setelah dewasa, beliau mengembara ke negeri datuknya di Hadramaut. Di sana beliau belajar dan mendalami beragam ilmu dari beberapa ulama yang terkenal di zamannya. Bahkan keilmuan yang beliau pelajari meliputi Ilmu Syari’ah dan Tasawwuf, di samping ilmu-ilmu yang lain.
Selanjutnya, beliau melanjutkan pengembaraannya dalam rangka mencari ilmu dan terus beribadah ke Mekkah dan Madinah. Tujuannya adalah mendalami beragam keilmuan, terutama ilmu Islam yang sangat variatif.
3. Berdakwah
Setelah sekian lama belajar dari berbagai ulama terkemuka, kemudian beliau pergi menuju Gujarat untuk berdakwah dengan jalur perdagangan. Melalui jaringan perdagangan itulah beliau berjumpa dengan ulama lainnya yang juga menyebarkan Islam di Jawa.
Kemudian beliau dakwah bersama para ulama’ termasuk para putra-putri dan santrinya menuju tanah Jawa. Mereka menggunakan tiga kenderaan laut, sekaligus terbagi dalam tiga kelompok dakwah. Kelompok pertama dipimpin Syeikh Jumadil Kubro memasuki tanah Jawa melalui Semarang dan singgah beberapa waktu di Demak. Selanjutnya perjalanan menuju Majapahit dan berdiam di sebuah desa kecil bernama Trowulan yang berada di dekat kerajaan Majapahit. Kemudian jamaah tersebut membangun sejumlah padepokan untuk mendidik dan mengajarkan beragam ilmu kepada siapa saja yang hendak mendalami ilmu keislaman.
Kelompok kedua, terdapat cucunya yang bernama al-Imam Ja’far Ibrahim Ibn Barkat Zainal Abidin dibantu saudaranya yakni Malik Ibrahim menuju kota Gresik. Dan kelompok ketiga adalah jamaah yang dipimpin putranya yakni al-Imam al-Qutb Sayyid Ibrahim Asmoro Qondy menuju Tuban. Namanya masyhur dengan sebutan “Pandhito Ratu” karena beliau memperoleh Ilmu Kasyf (transparansi dan keserba jelasan ilmu/ilmu yang sulit dipahami orang awam, beliau diberi kelebihan memahaminya).
4. Pengaruh
Pengaruh beliau dalam memberikan pencerahan bekehidupan yang berperadaban, Syeikh maulana Jumadil Kubro dikenal dekat dengan pejabat Kerajaan Majapahit. Cara dakwah yang pelan tapi pasti, menjadikan beliau amat disegani pada zaman itu.
5. Referensi
Pustaka Jawatimuran dari koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur: TUBAN BUMI WALI: The spirit of harmoni, Tuban: Pemerintah Daerah Kabupaten Tuban, 2013, hlm.183 – 191
https://www.laduni.id/post/read/80648/biografi-syekh-maulana-muhammad-jumadil-kubro.html