Daftar Isi:
1. Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1 Lahir
1.2 Riwayat Keluarga
1.3 Wafat
2. Perjalanan Hidup dan Dakwah
2.1 Sebagai Pangeran Jaga Laut
3. Referensi
1. Riwayat Hidup dan Keluarga
Pangeran Sunyararas bin Maulana Hasanudin memang tidak menggantikan ayahnya menjadi Sultan Banten. Yang menggantikan ayahnya menjadi sultan Banten adalah kakak kandungnya yang satu ibu yang bernama Maulana Yusuf. Tetapi kemudian disuatu masa nanti akan ada keturunannya yang akan mengharumkan nama Banten ke seluruh penjuru dunia.
1.1 Lahir
Pangeran Sunyararas diperkirakan lahir pada tahun 1540 M. Pangeran Sunyararas dikenal juga dengan nama Pangeran Tajul Arasy. Beliau putra Sultan Mulana Hasanuddin salah satu putra Syarif Hidayahtullah (Sunan Gunung Jati) dan ibunya Nyai Ratu Kirana Purnamasidi putri Raden Fatah, Raja Demak Bintoro. Jadi dalam diri Pangeran Sunyararas mengalir pula darah raja-raja Majapahit karena Raden Fatah adalah putra Brawijaya, raja Majapahit terakhir.
Pangeran Sunyararas pula keturunan Syekh Abdulqodir Al-Jailani, karena istri Raden Fatah, Syarifah Siu Ban Ci cucu Syekh Quro Karawang, seorang Syarifah beribu Cina adalah keturunan Syekh Abdul Qodir Al-Jailani.
1.2 Riyawat Keluarga
Pangeran Sunyararas mempunyai lima orang anak, yaitu:
- Pangeran Wiraraja atau yang akrab dikenal Mas Wi,
- Pangeran Warung,
- Ratu Tanjung,
- Ratu Wadon,
- Ratu Panggung.
Dari Pangeran Wiraraja atau Mas Wi atau Pangeran Jagalautan inilah kemudian menurunkan tokoh ulama besar Syekh Muhammad Nawawi Al Bantani, penghulu ulama hijaz. Salah satu keturunannya yang lahir tahun 1813 M.
1.3 Wafat
Pangeran Sunyararas wafat dalam usia sangat tua 91 tahun. Kemudian di makamkan di Tanara,
2. Perjalanan Hidup dan Dakwah
2.1 Sebagai Pangeran Jaga Laut
Pangeran Sunyararas adalah Laksamana pertama kesultanan Banten di awal periode kepemimpinan Maulana Hasanuddin 1552-1570 M. Pangeran Sunyararas yang menjabat Pangeran Jaga Lautan ini, bukan saja ahli perang laut, tetapi juga adalah arsitek atau yang merancang kapal-kapal perang Kesultanan Banten.
Di masa kepemimpinan heroik Pangeran Sunyararas atas angkatan laut kesultanan Banten, diceritakan bahwa Kesultanan Banten telah memiliki kapal perang hingga 1.000 unit, dan 1 unit kapal perang laut itu berisi 300 orang prajurit. Diantara seribu kapal tersebut, itu dirancang oleh Pangeran Sunyararas sendiri, adapun pusat pembuatan kapal tersebut ada di Curug Kota Serang kini, yang letaknya persis di Monumen Kapal Bosok.
Jadi kayu-kayu atau material kapal lalu dihanyutkan lewat Sungai Wotgalih hingga menuju Sungai Kemayungan Pontang, dan di Kemayungan itulah dirakit ulang untuk kemudian dilarungkan ke lautan teluk Banten, sebagi pusat wilayah patroli.
Kapal-kapal angkatan laut Kesultanan Banten tersebut disamping digunakan untuk perang laut, itu juga digunakan sebagai patroli antar pulau. Masing-masing pulau itu dipatroli 5 kapal. Pulau-pulau yang dijaga itu antara lain:
- Pulau Temposa (kini Pulo Rida),
- Pulau Sangiang,
- Pulau Sebesi,
- Pulau Tunda.
Terkhusus pulau Tunda, ini dipatroli oleh 5 kapal perang yang dipimpin oleh Pangeran Singaranu, sekaligus retrebusi kapal niaga yang masuk perairan Teluk Banten.
3. Referensi
- Triberita,
- Berita kita wong banten.