Biografi Ummu Umarah

Daftar Isi Biografi Ummu Umarah

1.    Riwayat Hidup
1.1  Lahir
1.2  Wafat

2.    Kisah-kisah
2.1  Memeluk Islam
2.2  Mengikuti Peperangan
2.3  Pasca Wafatnya Rasulullah SAW

3.    Chart Silsilah Sanad

4.    Referensi

Nama lengkapnya adalah Nusaibah binti Ka’ab bin Amru bin Auf bin Mabdzul al-Anshaiyah. Beliau adalah seorang wanita dari Bani Mazin an-Najar yang lebih dikenal dengan kunyahnya Ummu Umarah.

1. Riwayat Hidup

1.1 Lahir

Tidak diketahui secara pasti tahun kelahirannya Ummu Umarah karena minimnya sumber informasi.

1.2 Wafat

Ummu Umarah diperkiran wafat setelah tahun ke 13 hijriah.

2. Kisah-kisah

2.1 Memeluk Islam

Beliau adalah salah satu wanita dari dua wanita utusan anshar bersama para utusan anshar yang datang ke Mekkah untuk melakukan bai’at kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. Disamping memiliki sisi keuatmaan dan kebaikan, beliau juga suka berjihad, pemberani, ksatria, dan tidak takut mati di jalan Allah.

2.2 Mengikuti Peperangan

Nusaibah ikut pergi berperang dalam Perang Uhud besama suaminya (Ghaziyah bin Amru) dan bersama kedua anaknya dari suami yang pertama (Zaid bin Ashim bin Amru), kedua anaknya bernama Abdullah dan Hubaib. Di siang hari beliau memberikan minuman kepada yang terluka, namun ketika kaum muslimin porak-poranda beliau segera mendekati Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam dengan membawa pedang (untuk menjaga keselamatan Rasulullah) dan menyerang musuh dengan anak panah. Beliau beperang dengan dahsyat. Beliau menggunakan ikat pinggang pada perutnya hingga terluka sebanyak tiga belas tempat. Yang paling parah adalah luka pada pundaknya yang terkena senjara dari musuh Allah yang bernama Ibnu Qami’ah yang akhirnya luka tersebut diobati selama satu tahun penuh hingga sembuh.

Nusaimah sempat mengganggap ringan lukanya yang berbahaya ketika penyeru Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam berseru agar kaum muslimin menuju Hamraul Asad, maka Nusaibah mengikat lukanya dengan bajunya, akan tetapi tidak mampu untuk menghentikan cucuran darahnya.

Ummu Umarah menuturkan kejadian Perang Uhud, “Aku melihat orang-oang sudah menjauhi Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam hingga tinggal sekelompok kecil yang tidak sampai bilangan sepuluh orang. Saya, kedua anakku, dan suamiku berada di depan beliau untuk melindunginya, sementara orang-orang kocar-kacir. Beliau melihatku tidak memiliki perisai, dan beliau melihat pula ada seorang laki-laki yang mundur sambil membawa perisai. Beliau besabda, Beikanlah peisaimu kepada yang sedang berperang!’ Lantas ia melempakannya, kemudian saya mengambil dan saya gunakan untuk melindungi Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. Ketika itu yang menyerang kami adalah pasukan bekuda, seandainya mereka berrjalan kaki sebagaimana kami, maka dengan mudah dapat kami kalahkan insya Allah. Maka ketika ada seorang laki-laki yang berkuda mendekat kemudian memukulku dan aku tangkis dengan pisaiku sehingga dia tidak bisa berbuat apa-apa dengan pedangnya dan akhirnya dia hendak mundur, maka aku pukul urat kaki kudanya hingga jatuh terguling. Kemudian ketika itu Nabi berseu, Wahai putra Ummu Umarah, bantulah ibumu… bantulah ibumu….’ Selanjutnya putraku membantuku untuk mengalahkan musuh hingga aku berhasil membunuhnya.” (Lihat Thabaqat Ibnu Sa’ad VIII/412).

Putra beliau yang bernama Abdullah bin Zaid bekata, “Aku teluka. Pada saat itu dengan luka yang parah dan darah tidak berhenti mengalir, maka Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Balutlah lukamu!’ Sementara ketika itu Ummu Umarh sedang menghadapi musuh, ketika mendenga seruan Nabi, ibu menghampiriku dengan membawa pembalut dari ikat pinggangnya. Lantas dibalutlah lukaku sedangkan Nabi Shallallahu alaihi wa sallam berdiri, ketika itu ibu bekata kepadaku, Bangkitlah besamaku dan tejanglah musuh!’Hal itu membuat Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Siapakah yang mampu berbuat dengan apa yang engkau pebuat ini wahai Ummu Umarah?’

Kemudian datanglah orang yang tadi melukaiku, maka Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Inilah yang memukul anamu whai Ummu Imarah!” Ummu Imarah becerita, “Kemudian aku datangi orang tersebut kemudian aku pukul betisnya hingga roboh.” Ummu Imarah melihat ketika itu Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam tersenyum karena apa yang telah diperbuat olehnya hingga kelihata gigi geraham beliau, beliau bersabda, “Engkau telah menghukumnya wahai Ummu Imarah.”

Kemudian mereka pukul lagi dengan senjata hingga dia mati. Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Segala puji bagi Allah yang telah memenangkanmu dan meyejukkan pandanganmu dengan kelelahan musuh-musuhmu dan dapat membalas musuhmu di depan matamu.” (Lihat Thabaqat Ibnu Sa’ad VIII/413 -414).

Selain pada Perang Uhud, Ummu Umarah juga ikut pada bai’atur ridwan bersama Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam dalam Perang Hudaibiyah, dengan demikian beliau ikut serta dalam Perang Hunain.

2.3 Pasca Wafatnya Rasulullah SAW

Ketika Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam wafat, ada bebeapa kabilah yang murtad dari Islam di bawah pimpinan Musailamah al-Kadzab, selanjutnya khalifah Abu Bakar ash-Shidiq mengambil keputusan untuk memerangi orang-orang yang murtad tesebut. Maka, bersegeralah Ummu Imarah mendatangi Abu Bakar dan meminta ijin kepada beliau untuk begabung bersama pasukan yang akan memerangi orang-orang yang mutad dari Islam. Abu Bakar ash-Shidiq bekata kepadanya, “Sungguh aku telah mengakui peranmu di dalam perang Islam, maka berangkatlah dengan nama Allah.” Maka, beliau berangkat bersama putranya yang bernama Hubaib bin Zaid bin Ashim.

Di dalam perang ini, Ummu Umarah mendapatkan ujian yang berat. Pada perang tesebut putranya tertawan oleh Musailamah al-Kadzab dan beliau disiksa dengan bebagai macam siksaan agar mau mengakui kenabian Musailamah al-Kadzab. Akan tetapi, bagi putra Ummu Umarah yang telah tebiasa dididik untuk besabar ketika beperang dan telah dididik agar cinta kepada kematian syahid, beliau tidak kenal kompromi sekalipun diancam. Terjadilah dialog antaraya dengan Musailamah:

Musailamah : “Engkau bersaksi bahwa Muhammad adalah Rasulullah?”

Hubaib : “Ya”

Musailamah : “Engkau bersaksi bahwa aku adalah Rasulullah?”

Hubaib : ” Aku tidak mendengar apa yang kamu katakan itu”

Kemudian Musailamah al-Kadzab memotong-motong tubuh Hubaib hingga tewas.

Suatu ketika Ummu Umarah ikut serta dalam perang Yamamah besama putranya yang lain, yaitu Abdullah. Beliau bertekad untuk dapat membunuh Musailamah dengan tangannya sebagai balasan bagi Musailamah yang telah membunuh Hubaib, akan tetapi takdir Allah menghendaki lain, yaitu bahwa yang mampu membunuh adalah putra beliau yang satunya, yaitu Abdullah. Beliau membalas Musailamah yang telah membunuh saudara kandungnya.

Ketika membunuh Musailamah, Abdullah bekerja sama dengan Wahsyi bin Harb, ketika ummu Umarah mengetahui kematian si Thaghut al-Kadzab, maka beliau bersujud syukur kepada Allah.

Ummu Umarah pulang dari peperangan dengan membawa dua belas luka pada tubuhnya setelah kehilangan satu tangannya dan kehilangan anaknya yang terakhir, yaitu Abdullah.

Sungguh, kaum muslimin pada masanya mengetahui kedudukan beliau. Abu Bakar ash-Shidiq penah mendatangi beliau untuk menanyakan kondisinya dan menenangkan beliau. Khalid si pedang Islam membantu atas penghomatannya, dan seharusnyalah kaum muslimin di zaman kita juga mengetahui haknya pula. Beliau sungguh telah mengukir sejarahnya dengan tinta emas.

3. Chart Silsilah Sanad

Berikut ini chart silsilah sanad guru Ummu Umarah dapat dilihat DI SINI.

4. Referensi

Kitab Nisaa Haular Rasuul, karya Mahmud Mahdi al-Istanbuli dan Musthafa Abu an-Nashr asy-Syalabi

https://www.laduni.id/post/read/517076/biografi-ummu-umarah.html