Buletin Jumat Laduni.ID resmi untuk dicetak jarak jauh
Laduni.ID, Jakarta – Nabi Muhammad s.a.w. adalah seoang Rasul yang diutus oleh Allah s.w.t. agar menyampaikan petunjuk-Nya bagi kebahagiaan umat manusia, baik dalam kehidupan dunia, maupun dalam kehidupan akhirat. Petunjuk Allah yang berada dalam kitab suci al-Qur’an diuraikan lebih jauh segala makna dan penafsirannya melalui prilaku Nabi Muhammad s.a.w. yang disebut al-Hadits atau al-Sunnah. Ia meliputi dari tiga komponen dasar yaitu, perkataan Nabi s.a.w., prilaku dan perbuatan Nabi, serta taqrir atau ketetapan Nabi s.a.w..
Barang siapa yang mengikuti petunjuk dari Nabi s.a.w. berarti ia mengikuti petunjuk dari Allah s.w.t.. Memperhatikan kenyataan ini, dengan mudah akan menimbulkan suatu keyakinan yang kuat, bahwa al-sunnah dan al-Qur’an tidak bisa diceraipisahkan. Pemahaman terhadap al-Qur’an dalam berbagai aspeknya, harus dikaitkan dengan penjelasan-penjelasan yang lebih terperinci dari al-Sunnah. Sebagai contoh yang sering dikemukakan adalah ayat al-Qur’an yang menerangkan perintah shalat, yaitu: “Aqiimuus shalah (dirikanlah shalat)”. Dalam al-Qur’an kalimat ini diulang berkali-kali sampai berjumlah kurang lebih delapan puluh dua kali. Dalam ayat itu, tidak dijelaskan bagaimana caranya shalat, kapan waktunya, berapa rakaatnya, bagaimana ketentuannya, dan sebagainya. Al-Sunnah atau al-Hadits-lah yang menjelaskan itu semua, menjelaskan mengenai macam-macam shalat, rakaat shalat, mengenai waktunya, mengenai syarat dan rukunnya.
Banyak ayat al-Qur’an yang menjelaskan tentang keharusan mengikuti prilaku Nabi dan sekaligus sebagai bukti cinta kepada Allah s.w.t.. Sayyidah Aisyah r.a. ketika ditanya salah seorang sahabat Nabi: “Bagaimanakah prilaku dan akhlak Nabi?”. Beliau menjawab: “Akhlak dan prilaku Nabi dalah al-Qur’an”. Dijelaskan hadit berikut ini:
“Aisyah r.a. ditanya tentang akhlak Rasulullah s.a.w., beliau menjawab: “Akhlaknya dalah al-Qur’an”. Ia membenci terhadap apa yang dibencinya dan meridhai apa yang diridhainya”. (HR. Muslim: 2286).
Ayat ini, tidak hanya diperuntukkan umat Islam agar mengikuti dan mencintai Rasulullah Muhammad s.a.w., tetapi juga berlaku bagi umat-umat Nabi terdahulu, yang sering mengklaim sebagai putra-putra Allah dan kekasih-Nya. Mereka harus mengikuti ajaran Nabi Muhammad s.a.w. karena beliau adalah Rasul terakhir yang melanjutkan ajaran para Nabi terdahulu. Apabila pengikut para Nabi terdahulu itu mengikuti Nabi s.a.w. dan menjadi seorang muslim, maka berarti mereka mengikuti juga ajaran para nabi mereka yang terdahulu. Wujud cinta kepada Allah s.w.t. harus dibuktikan dengan ketaatan dan kesetiaan tanpa direserve kepada Rasul-Nya yang terakhir, yaitu Nabi Muhammad s.a.w.
_______________________________________________________
Buletin Jum’at laduni.ID edisi 73 file PDF bisa dibaca dan DOWNLOAD DI SINI
Simak Biografi KH. Muhammad Ilyas Ruhiat
Simak juga inovasi Laduni.ID dalam menampilkan grafis chart silsilah guru beliau Di SINI