Catatan Pinggir Seorang Murid atas 1 Tahun Wafatnya Sang Guru

Laduni.ID, Jakarta – Saya mulai kenal dengan Anregurutta saat saya masih kanak-kanak ketika tante saya akan melaksanakan ibadah haji dan beliau yang diundang memberikan manasik haji sekaligus beliau yang menjadi pembimbing haji tante saya saat menjadi tamu Allah. Tentu perkenalan ini masih sifatnya satu arah karena saya yang mengenalnya dan beliau belum mengenal saya.

Sekitar 10 tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1989 perkenalan itu semakin mantap karena Anregurutta sudah mulai mengenal saya ketika beliau menginjakkan kaki di Pondok Pesantren Al Urwatul Wutsqaa dan menjadi guru mata pelajaran syari’ah. Saat itu saya sudah masuk ke kelas 2 madrasah Tsanawiah, sampai kemudian saya bisa berinteraksi langsung dan sangat dekat dengannya hingga saat ini. Bahkan lebih dari itu, saya sudah menganggap beliau sebagai orang tua sendiri sehingga sampai saat ini saya masih sangat merindukan nasehat-nasehatnya.

Dalam perkenalan saya dengan beliau, banyak hal penting yang perlu menjadi uswah hasanah bagi kita jika kita ingin mengikuti jejaknya yang tak lekang oleh panas dan tak lapuk oleh hujan. Dalam tulisan yang singkat ini saya ingin mengemukakan beberapa hal tersebut dalam mengenang 1 tahun wafatnya Almaghfurlahu AG. KH. Fatahuddin Sukkara. Hal tersebut adalah:

1. Pribadi yang terbuka dan komunikatif

Hal yang penting dari sikap dan perilaku beliau adalah karakternya yang terbuka, tidak eskslusif, apalagi fanatik. Beliau sangat terbuka untuk semua orang, sehingga meskipun berlatar belakang Nahdhatul Ulama (NU) dan memegang jabatan sebagai Rais Syuriah NU Sidrap hingga akhir hayatnya, pribadi dan pikiran beliau dapat diterima oleh semua golongan dan aliran keislaman yang ada, khususnya di Sidrap.

Beliau adalah orang NU yang bersahabat dengan Muhammadiyah, Wahdah Islamiyah dan kelompok-kelompok Islam lainnya. Sikap yang terbuka dan komunikatif untuk segala lapisan dan golongan Muslim menjadikan beliau diterima oleh mereka tanpa memperhatikan latar belakang ke-NU-annya.

2. Kutu buku

Salah satu kebiasaan yang dimiliki Anregurutta adalah membaca buku atau kitab. Kebiasaan ini terutama dilakukan ketika beliau tidak memiliki agenda di luar rumah. Dalam keadaan seperti ini, waktu beliau lebih banyak dihabiskan untuk membuka beberapa kitab yang berada dalam perpustakaan pribadinya. Bahkan dalam kondisi sakit pun, beliau masuh menyempatkan diri untuk membaca buku-buku dan kitab-kitab koleksi pribadinya.

Kecintaannya pada buku sangat luar biasa. Beliau banyak mengoleksi buku untuk kepentingan Pesantren Nurul Azhar yang didirikan dan dipimpinnya, sekaligus mengadakan buku perpustakaan untuk MUI Sidrap. Beliau pernah berkata, “Modal utama saya ada tiga, yaitu buku, tangan, dan lidah. Buku untuk saya baca, tangan untuk menulis tentang apa yang saya ketahui, dan lidah (mulut) untuk menyampaikan dakwah kepada umat.”

3. Pengetahuan yang luas

Kegemarannya membaca mejadikan Anregurutta memiliki cakrawala pengetahuan yang luas. Inilah yang menjadi faktor utama sehingga kapasitas keilmuan yang dimilikinya sangat susah dicari bandingannya.

Beliau menguasai beberapa bidang ilmu agama seperti Ilmu Tafsir, Ilmu Hadits, Ilmu Fiqih, Bahasa Arab, dll. Hal ini membuat Anregurutta terinspirasi untuk selalu menulis sehingga tidak sedikit buku yang beliau tulis dan diterbitkan secara pribadi dengan penerbitan yang sederhana.

4. Berani mengambil sikap apapun resikonya

Semasa hidupnya, Anregurutta tidak pernah menyerah pada siapapun jika merasa bahwa apa yang dilakukannya itu benar. Suatu ketika beliau pernah diteror oleh salah satu kelompok Islam di Kantor Kejaksaan Sidrap. Meskipun dicaci dan dimaki, tetapi Anregurutta tetap tenang dan santai menghadapinya. Sebaliknya beliau tetap tegar menghadapi cemohan dan teriakan-teriakan tersebut.

Demikian secercah kenangan manis yang bisa saya goreskan dalam mengenang satu tahun wafatnya Anregurutta. Semoga hal itu bisa menjadi motivasi dan menginspirasi kita semua dalam menegakkan li I’laai kalimatillah.

Benteng, 12 Muharram 1443 H/21 Agustus 2021

Oleh: Dr. Wahidin Ar-Raffany, S.Ag., MA – Katib Syuria PC NU Sidrap dan salah satu Pengasuh P.P. Nurul Azhar Talawe Sidrap dan P.P. Al Urwatul Wutsqaa Benteng Sidrap


Editor: Daniel Simatupang

https://www.laduni.id/post/read/72972/catatan-pinggir-seorang-murid-atas-1-tahun-wafatnya-sang-guru.html