Laduni.ID Jakarta – Apabila seorang muslim telah berma’rifat kepada Allah s.w.t. dengan keimanan yang sempurna, maka jiwanya akan menjadi kokoh dan kuat, meninggalkan kesan yang baik dan mulia. Keimanan yang sempurna itu akan mengarahkan seseorang memiliki wawasan keislaman yang luas dan pandangan jauh ke depan dalam usaha menegakkan kebenaran dan meningkatkan keluhuran budi pekerti. Peranan iman dalam pembentukan pribadi seseorang sangat potensial. Dengan demikian, dampaknya akan nampak pada dirinya dengan memiliki kemerdekaan jiwa, keberanian dalam menegakkan kebenaran, hidup mandiri, ketenangan dan ketentraman. Ia senantiasa berkomunikasi dengan Khaliknya dan menjalin hubungan dengan sesama dengan cara yang baik dan berkualitas.
Baca Juga: Gus Yahya: Seniman Senior Australia Minta Perempuan Indonesia Tidak Tiru Feminisme Barat
Manusia mukmin akan memiliki kemerdekaan jiwa yang bebas, terlepas dari kungkungan atau pengaruh orang lain. Ia hanya menyakini bahwa Allah sajalah yang mengangkat derajat seseorang atau merendahkannya, memberikan kemuliaan atau kehinaan. Keyakinan tersebut dibarengi dengan usaha yang kuat agar memperoleh kebaikan dan kesuksesan. Ia meyakini hanya Allah sajalah yang memberi dan mengambil sesuatu dari manusia, karena itu mengapa seseorang mesti diperbudak oleh orang lain atau memperbudak.
قُل لَّآ أَمۡلِكُ لِنَفۡسِي نَفۡعٗا وَلَا ضَرًّا إِلَّا مَا شَآءَ ٱللَّهُۚ وَلَوۡ كُنتُ أَعۡلَمُ ٱلۡغَيۡبَ لَٱسۡتَكۡثَرۡتُ مِنَ ٱلۡخَيۡرِ وَمَا مَسَّنِيَ ٱلسُّوٓءُۚ إِنۡ أَنَا۠ إِلَّا نَذِيرٞ وَبَشِيرٞ لِّقَوۡمٖ يُؤۡمِنُونَ
“Katakanlah: “Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman”. (QS. Al-A’raf, 7: 188).
Dengan keimanan yang kuat dan keyakinan terhadap Allah yang mendalam, maka lenyaplah segala macam perbudakan antar sesama umat manusia. Lenyapnya perbudakan terjadi secara menyeluruh, baik perbudakan yang legal atau tersembunyi, perbudakan lahir ataupun batin. Jiwa semua manusia akan bebas merdeka untuk menentukan jalan hidup dan jalan yang ditempuhnya masing-masing.
Berani Membela kebenaran dengan memiliki keimanan yang sempurna, seorang muslim akan memiliki kebaranian dalam membela kebenaran dan membela hak. Tujuan mereka jelas yaitu untuk memperoleh kehidupan yang mulia. Ia menghendaki agar hidupnya tidak hanya untuk makan, kawin dan melahirkan keturunan saja, tetapi ingin agar hidupnya yang hanya sekali di dunia ini, menjadi semakin bermakna. Dengan cita-cita, hasrat dan kemauan yang luhur itu ia akan menjadi manusia yang bermanfaat bagi masyarakatnya, dan kehadirannya tidak sia-sia. Mereka yakin terhadap pertolongan Allah yang diperuntukkan bagi pembela kebenaran dan para pejuang yang berjihad di jalan-Nya.
ثُمَّ أَنزَلَ عَلَيۡكُم مِّنۢ بَعۡدِ ٱلۡغَمِّ أَمَنَةٗ نُّعَاسٗا يَغۡشَىٰ طَآئِفَةٗ مِّنكُمۡۖ وَطَآئِفَةٞ قَدۡ أَهَمَّتۡهُمۡ أَنفُسُهُمۡ يَظُنُّونَ بِٱللَّهِ غَيۡرَ ٱلۡحَقِّ ظَنَّ ٱلۡجَٰهِلِيَّةِۖ يَقُولُونَ هَل لَّنَا مِنَ ٱلۡأَمۡرِ مِن شَيۡءٖۗ قُلۡ إِنَّ ٱلۡأَمۡرَ كُلَّهُۥ لِلَّهِۗ يُخۡفُونَ فِيٓ أَنفُسِهِم مَّا لَا يُبۡدُونَ لَكَۖ يَقُولُونَ لَوۡ كَانَ لَنَا مِنَ ٱلۡأَمۡرِ شَيۡءٞ مَّا قُتِلۡنَا هَٰهُنَاۗ قُل لَّوۡ كُنتُمۡ فِي بُيُوتِكُمۡ لَبَرَزَ ٱلَّذِينَ كُتِبَ عَلَيۡهِمُ ٱلۡقَتۡلُ إِلَىٰ مَضَاجِعِهِمۡۖ وَلِيَبۡتَلِيَ ٱللَّهُ مَا فِي صُدُورِكُمۡ وَلِيُمَحِّصَ مَا فِي قُلُوبِكُمۡۚ وَٱللَّهُ عَلِيمُۢ بِذَاتِ ٱلصُّدُورِ
“Kemudian setelah kamu berdukacita, Allah menurunkan kepada mu keamanan (berupa) kantuk yang meliputi segolongan dari padamu, sedang segolongan lagi, telah dicemaskan oleh diri mereka sendiri, mereka menyangka yang tidak benar terhadap Allah seperti sangkaan Jahiliyah. Mereka berkata: “Apakah ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini?”. Katakanlah: “Sesungguhnya urusan itu seluruhnya di tangan Allah”. Mereka menyembunyikan dalam hati mereka apa yang tidak mereka terangkan kepadamu, mereka berkata: “Sekiranya ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini, niscaya kita tidak akan dibunuh (dikalahkan) di sini”. Katakanlah: “Sekiranya kamu berada di rumahmu, niscaya orang-orang yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu keluar (juga) ke tempat mereka terbunuh”. Dan Allah (berbuat demikian) untuk menguji apa yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan apa yang ada dalam hatimu. Allah Maha mengetahui isi hati”. (QS. Alu ‘Imran, 3: 154).
Baca Juga: Wirid dan Zikir Hari Jumat Menghapuskan Dosa Orang Tua dan Terpelihara Iman Kita
Hidup Mandiri banyak manusia yang menggantungkan dirinya pada orang lain secara berlebihan, karena dari orang itulah jalan rizki yang diperolehnya. Sikap bergantung yang berlebihan tersebut, akan menjadikan ia lupa kepada hakikat dirinya sebagai manusia yang merdeka. Ia tidak segan-segan menjilat pada orang lain atau merendahkan dirinya sendiri hanya karena sejumlah materi yang ia terima. Materi itu sebenarnya tidak seberapa dan tidak berarti sama sekali jika dibandingkan dengan kemerdakaan dan harga dirinya. Sikap seperti itu amat tercela menurut pandangan Islam, karena manusia dianugrahi oleh Allah berbagai macam potensi yang ada pada dirinya bukanlah untuk menghamba atau memperhamba orang lain. Manusia diberi kemampuan yang tidak jauh berbeda antara satu dengan lainnya, asalkan ia mampu mengembangkan kemampuan yang dimilikinya.
Manusia muslim akan senantiasa menjalin hubungan dengan manusia lain dalam batas-batas yang digariskan Allah. Bukankah manusia dilahirkan dalam keadaan merdeka? Mereka diberi kemampuan yang beraneka macam agar dikembangkan dengan baik. Sesama manusia hendaknya menjalin hubungan sebagai saudara dan teman yang baik, saling tolong menolong dan saling menghormati, tidak saling memperbudak dan mengahambakan diri. Khalifah Umar ibn Khattab pernah menegur para pejabatnya di daerah-daerah yang dianggap mengabaikan rakyatnya, beliau berkata:
كم استعبدتم الناس وقد ولدتهم أمهاتهم أحرارا
“Berapa lama anda telah memperbudak manusia, padahal mereka dilahirkan oleh ibu mereka dalam keadaan merdeka”.
Sebagai manusia biasa, manusia muslim juga bergaul dengan orang lain dalam hubungan kerja, perdagangan, hubungan sosial, politik, dan berbagai hubungan lain. Dalam semua hubungan itu diharapkan adanya kerjasama yang baik, saling menghormati dan saling berbuat baik antara satu dan lainnya. Mereka yang besar dan kuat mengasihi yang kecil dan lemah, mereka yang kecil dan lemah menghormati yang besar dan kuat. Dengan cara ini maka masyarakat yang dicita-citakan akan cepat terealisir.
Baca Juga: Ashabul Kahfi : Sang Pemuda Hijrah dari Kedhaliman #4
Sebagian dari dampak keimanan seorang adalah timbulnya ketenangan dan ketentraman jiwa, baik lahir ataupun batin. Dengan ketenangan itu manusia mukmin akan merasakan kebahagiaan dan kenikmatan dalam berbagai kegiatan yang dilakukannya.
هُوَ ٱلَّذِيٓ أَنزَلَ ٱلسَّكِينَةَ فِي قُلُوبِ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ لِيَزۡدَادُوٓاْ إِيمَٰنٗا مَّعَ إِيمَٰنِهِمۡۗ وَلِلَّهِ جُنُودُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِۚ وَكَانَ ٱللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمٗا
“Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada)”. (QS. Al-Fath, 48: 4).
Oleh: Dr. KH. Zakky Mubarak, MA
https://www.laduni.id/post/read/71959/dampak-iman-dalam-pembentukan-pribadi.html