Darimana Asal Mula Munculnya Sapaan “Kiai Haji

Laduni.ID Jakarta – Kia dapat diartikan sebagai seseorang atau benda yang sangat dihormati dan disakralkan. Kiai bagi pemahaman Jawa adalah sebutan untuk “yang dituakan ataupun dihormati” baik berupa orang, ataupun barang. Selain Kiai, bisa juga digunakan sebutan Nyai untuk yang perempuan. Kiai bisa digunakan untuk menyebut ulama atau tokoh.

Baca Juga: Dawuh Kiai Haji Salahuddin Wahid (1)

Sedangkang Haji adalah gelar homonim yang memiliki dua etimologi yang berbeda. Dalam budaya Islam Nusantara di Asia Tenggara, gelar haji umumnya digunakan untuk orang yang sudah melaksanakan haji.

Ini penuturan naskah kuno dari Banten-Cirebon:

Menurut naskah primer sejarah Wali Songo dari  riwayat  Sultan Maulana Hasanuddin Banten (naskah Babad Cirebon kode CS 114 PNRI hal. 71), ada seseorang bernama Kiyahi Haji Nusia [dalam naskah lain: Nursia]:

“awasta Kiyahi Haji Nusia lan Kiyahi Syamsu”.

Artinya, di masa Wali Songo (dari riwayat pertengahan abad 16 M) sebutan Kiai Haji itu sudah dikenal. Artinya seorang guru yang sudah naik haji ke Makkah. Ada pula sebutan dalam naskah ini “Kiai Syekh”.

Baca juga: Dawuh Kiai Haji Salahuddin Wahid (2)

Namun Sunan Gunung Jati Syarif Hidayatullah dan, putranya, Maulana Hasanuddin, yang diceritakan dalam naskah sudah naik haji ke Mekah, namun tidak diberi sapaan “Kiai Haji” dalam naskah.

Data ini juga membuktikan bahwa sebutan atau gelar “haji” bagi seseorang di Nusantara yang menunaikan rukun Islam ke-5, bukanlah bikinan Kompeni Belanda.

———
Editor: Nasirudin Latif

https://www.laduni.id/post/read/72222/darimana-asal-mula-munculnya-sapaan-kiai-haji.html