Dzikir Dahsyat Tasbihat As-Sayyidah Az-Zahra Sebelum Tidur

Laduni.ID Jakarta – Sayyidah Fatimah Az-Zahra Radhiyallahu Anha (wafat 13 Ramadhan tahun 11 H / 632 M Jannatul Baqi’ Madinah), punya dzikir hadiah dari Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam. Sebagian kalangan menamai dzikir itu sbg “dzikir Fatimah”, yang dijadikan amalan dzikir sebelum tidur. Dzikir tersebut hadiah dari Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam, menurut mayoritas ulama, boleh diamalkan oleh umat Islam.

Ada yang membacanya, setelah itu mengusap seluruh tubuh terutama bagian tubuh yg terasa pegal, dengan keyakinan atas kuasa Allah subhanahu wa ta’ala saat bangun tubuh akan terasa lebih fit.

Mengurusi rumah tangga memang cukup melelahkan. Memasak, membersihkan rumah, mencuci pakaian, dan mengasuh anak-anak adalah rutinitas tiap hari ibu rumah tangga. Pantas saja jika akhirnya banyak keluarga yang memilih solusi praktis dengan menyewa pembantu.

Baca Juga: Penjelasan tentang Mengubah Bacaan pada Maulid atau Dzikir

Fatimah az-Zahra Radhiyallahu Anha, putri tercinta Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam. Satu dari empat muslimah penghulu atau sebaik-baik perempuan surga. Sebagaimana hadits Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam dari Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhu (619 M, Mekkah – 687 M, Tha’if) : “Sebaik2nya perempuan penghuni surga adalah Khadijah binti Khuwaylid Radhiyallahu Anha (wafat 22 November 619 M, Jannatul Ma’la Mekkah), Fatimah binti Muhammad Radhiyallahu Anha (wafat 632 M Jannatul Baqi’ Madinah), Maryam binti Imran al-A’dzra dan Asiyah binti Muzahim istri Fir’aun.

Suatu saat Sayyidah Fatimah Az-Zahra radhiyallahu ‘anha pernah mengeluh kepada ayahnya (Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam) tentang sakit di tangannya, karena menumbuk tepung saat menyiapkan makanan untuk suaminya, Sayyidina Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu (17 Maret 599 M, Ka’bah, Mekkah – 29 Januari 661 M, Grand Mosque of Kufa, Kufah, Irak)

Harapannya Sayyidah Fatimah Az-Zahra radhiyallahu ‘anha akan diberi seorang pembantu oleh ayahnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang paham akan hal itu, lalu menawarkan solusi lain kepada mereka berdua, yakni sebuah dzikir penambah energi.

Kisahnya begini, Sayyidina Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, menuturkan bahwa Sayyidah Fatimah Az-Zahra radhiyallahu ‘anha pernah mengeluh kepadanya. Ia merasa bahwa pekerjaan menggiling gandum dgn batu demikian berat baginya. Suatu ketika, Sayyidah Fatimah Az-Zahra radhiyallahu ‘anha mendengar bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wasallam mendapat seorang budak. Sayyidah Fatimah Az-Zahra radhiyallahu ‘anha pun mendatangi rumah ayahnya, dalam rangka meminta budak tadi sebagai pembantu baginya. Akan tetapi Rasulullah shalallahu alaihi wasallam sedang tidak ada di rumah. Sayyidah Fatimah Az-Zahra radhiyallahu ‘anha lantas mendatangi Ummul Mukminin Sayyidah Aisyah Radhiyallahu Anha (wafat 13 Juli 678 M, Jannatul Baqi’ Madinah) dan menyampaikan hajatnya.

Baca Juga: Sambut HUT RI, MDHW Kembali Dzikir di Istana

Ketika Rasulullah shalallahu alaihi wasallam berada di rumah Sayyidah Aisyah Radhiyallahu Anha, ia menceritakan hal teb kepada Rasulullah shalallahu alaihi wasallam. Rasulullah shalallahu alaihi wasallam lantas mendatangi kami (Ali dan Fatimah), saat kami telah berbaring di tempat tidur. Mulanya, kami hendak bangun untuk menghampiri beliau, namun beliau menyuruh kami tetap berada di tempat.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أَلَا أُعَلِّمُكُمَا خَيْرًا مِمَّا سَأَلْتُمَا إِذَا أَخَذْتُمَا مَضَاجِعَكُمَا أَنْ تُكَبِّرَا اللَّهَ أَرْبَعًا وَثَلَاثِينَ وَتُسَبِّحَاهُ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ وَتَحْمَدَاهُ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ فَهْوَ خَيْرٌ لَكُمَا مِنْ خَادِمٍ

“Inginkah kalian berdua aku ajarkan sesuatu yg lebih baik daripada apa yg kalian minta? Apabila kalian berbaring hendak tidur, maka bacalah takbir tiga puluh empat kali, tasbih tiga puluh tiga kali, dan tahmid tiga puluh tiga kali. Sesungguhnya yang demikian itu lebih baik bagi kalian daripada seorang pembantu”. (HR. Imam Muslim rahimahullah)

Lafalnya seperti yang disebutkan di atas, hampir sama dengan dzikir setelah sholat, namun lafal takbirnya digenapkan 34 sehingga pas 100.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menutup penjelasannya dgn kalimat :

فَهْوَ خَيْرٌ لَكُمَا مِنْ خَادِمٍ

“Sesungguhnya yg demikian itu lebih baik bagi kalian daripada seorang pembantu”. (HR. Imam Muslim rahimahullah).

Hadits di atas, kita juga diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Imam Abu Dawud, Imam At-Tirmidzi, Imam Ahmad Bin Hambali, Imam Al-Baihaqi rahimahumullah dan lain2.

Dari dzikir tersebut, mengandung nasihat, yakni secara tidak langsung Rasulullah shalallahu alaihi wasallam menyuruh Sayyidah Fatimah Az-Zahra Radhiyallahu Anha untuk bersabar dan mengganti keluhannya dengan berdzikir kepada Allah subhanahu wa ta’ala sebelum ia tidur. Biarlah Allah subhanahu wa ta’ala yang memberikan kekuatan kepadanya, meskipun tanpa kehadiran pembantu. Maka, jika setiap akan tidur diisi dgn berdzikir kepada Allah subhanahu wa ta’ala dgn memujiNya, niscaya hati terasa lapang. Semua yang terjadi dipasrahkan kepada-Nya, maka ketika bangun tidur pun akan lebih merasa tenang.

Baca Juga: Sambut Tujuhbelasan, KH Ma’ruf Amin Gelar Dzikir Kebangsaan di Istana

و حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ نُمَيْرٍ وَعُبَيْدُ بْنُ يَعِيشَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ نُمَيْرٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْمَلِكِ عَنْ عَطَاءِ بْنِ أَبِي رَبَاحٍ عَنْ مُجَاهِدٍ عَنْ ابْنِ أَبِي لَيْلَى عَنْ عَلِيٍّ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِنَحْوِ حَدِيثِ الْحَكَمِ عَنْ ابْنِ أَبِي لَيْلَى وَزَادَ فِي الْحَدِيثِ قَالَ عَلِيٌّ مَا تَرَكْتُهُ مُنْذُ سَمِعْتُهُ مِنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قِيلَ لَهُ وَلَا لَيْلَةَ صِفِّينَ قَالَ وَلَا لَيْلَةَ صِفِّينَ وَفِي حَدِيثِ عَطَاءٍ عَنْ مُجَاهِدٍ عَنْ ابْنِ أَبِي لَيْلَى قَالَ قُلْتُ لَهُ وَلَا لَيْلَةَ صِفِّينَ

Telah menceritakannya kepada kami Muhammad bin Abdullah bin Numair, dari Ubaid bin Ya’isy, dari Abdullah bin Numair, telah menceritakan kepada kami Abdul Malik dari Atha bin Abu Rabah dari Mujahid, dari Ibnu Abu Laila, dari Ali Bin Abi Thalib, dari Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang sama dengan Hadits Al Hakam dari Ibnu Abu Laila. Di dalamnya ada tambahan; Ali berkata; ‘Saya tidak pernah meninggalkan bacaan tersebut semenjak saya mendengarnya dari Rasulullah shalallahu alaihi wasallam.’ Seseorang bertanya kepadanya; ‘Hai Ali, apakah kamu juga tidak meninggalkan doa ini pada malam perang Shiffin? ‘ Ali menjawab; ‘Ya. Saya tidak pernah meninggalkan bacaan ini pada malam perang Shiffin sekalipun.’ Sedangkan di dalam Hadits Atha’ Bin Abi Rabbah, dari Mujahid dari Ibnu Abu Laila dia berkata; aku bertanya kepada Ali; ‘Apakah kamu juga tidak meninggalkan doa ini pada malam perang Shiffin?”

Al Hafizh Abu Muḥammad Maḥmud Ibnu Aḥmad ibn Musa Badruddin al-‘Ayni Al-Hanafi atau Imam Al ‘Aini rahimahullah menjelaskan beberapa kemungkinan makna mengapa  wirid di atas lebih baik dari pada pembantu (Kitab Umdah al Qari fi Sharh Sahih al Bukhari, 22/288) :

1. Wirid itu lebih baik dari pada pembantu karena wirid  berkaitan dengan akhirat, sedangkan pembantu berkaitan dengan dunia. Dan akhirat lebih kekal dan lebih afdhal dari dunia.

2. Dzikir ini bisa menjadi sebab orang mendapatkan kekuatan, sehingga bisa mampu melakukan banyak pekerjaan, melebihi kekuatan seorang pembantu.

Ada pula sebagian ulama yang berpendapat bahwa dzikir ini tidak dapat meringankan rasa capek, tetapi orang yang mau konsisten dengan wirid ini, maka ia tidak akan tersakiti dan terbebani dengan banyaknya pekerjaan yang ia lakukan, meskipun pekerjaan itu melelahkannya.

Baca Juga: Dzikir dan SHolawat Hijrah Fi Sabilillah

Al-Hafizh Al-Imam Syaikhul Islam Amirul Mukminin fi Hadits Syihabuddin Abul Fadhl Ahmad bin Ali bin Muhammad bin Muhammad bin Ali bin Mahmud bin Ahmad bin Hajar al-Kinani al-‘Asqalani al-Mishri Asy-Syafi’i atau Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullah (18 Februari 1372 M – 2 Februari 1449 M Kairo, Mesir), dalam kitab Fathul Bari Syarah Shahih Bukhari, menerangkan:

أَنَّ الَّذِي يُلَازِمُ ذِكْرَ اللَّهِ يُعْطَى قُوَّةً أَعْظَمَ مِنَ الْقُوَّةِ الَّتِي يَعْمَلُهَا لَهُ الْخَادِمُ أَوْ تَسْهُلُ الْأُمُورُ عَلَيْهِ بِحَيْثُ يَكُونُ تَعَاطِيهِ أُمُورَهُ أَسْهَلَ مِنْ تَعَاطِي الْخَادِمِ لَهَا

“Orang yang merutinkan dzikir ini, akan diberikan kekuatan lebih besar daripada kekuatan yang dikeluarkan pembantu untuknya, atau dimudahkan pekerjaannya, sehingga ia lebih mudah mengerjakan hal tsb dibanding pembantunya”.

Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullah, juga mengatakan bahwa mengenai Urutan dzikir tsb bebas, boleh tasbih dulu kemudian tahmid, lalu takbir. Bisa juga takbir dulu, kemudian tasbih, lalu tahmid. Karena ada beberapa macam riwayat yg berbeda mengenai hal ini.

Mulai sekarang jangan lupakan dzikir ini menjelang tidur, khususnya bagi para ibu-ibu yang pekerjaannya berat atau punya fisik lemah, karena muslim yang kuat serta produktif akan lebih dicintai oleh Allah subhanahu wa ta‘ala.

Wallahu a’lam
———
Oleh: Al-Faqir Ahmad Zaini Alawi Khodim Jama’ah Sarinyala Gresik
Editor: Nasirudin Latif

https://www.laduni.id/post/read/72543/dzikir-dahsyat-tasbihat-as-sayyidah-az-zahra-sebelum-tidur.html