Hati mempunyai peranan yang sangat penting dalam diri seseorang. Ia menjadi sentral bagi anggota tubuh lainnya, sehingga keberadaanya dapat menentukan baik dan buruk seluruh amalan yang dilakukan.
Jika seseorang menginginkan kebaikan untuk dirinya dan orang lain, maka ia harus memperbaiki hatinya. Rasulullah SAW, bersabda:
إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا أَخْطَأَ خَطِيئَةً نُكِتَتْ فِي قَلْبِهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ فَإِذَا هُوَ نَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ وَتَابَ سُقِلَ قَلْبُهُ وَإِنْ عَادَ زِيدَ فِيهَا حَتَّى تَعْلُوَ قَلْبَهُ وَهُوَ الرَّانُ الَّذِي ذَكَرَ اللَّهُ { كَلَّا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ }
“Jika seorang hamba berbuat sebuah dosa, maka akan ditorehkan sebuah noktah hitam di dalam hatinya. Tapi jika ia meninggalkannya dan beristigfar niscaya hatinya akan dibersihkan dari noktah hitam itu. Sebaliknya jika ia terus berbuat dosa, noktah-noktah hitam akan terus bertambah hingga menutup hatinya. Itulah dinding penutup yang Allah sebutkan dalam ayat, ‘Sekali-kali tidak demikian, sebenarnya apa yang selalu mereka kerjakan itu menutup hati mereka.’ (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Syekh Husain bin Nasir Ibnu Khamis dalam karyanya Munakib Al-Abrar wa Muhasini Al-Ahyar (Juz,1 Hlm. 471) mengutip ungkapan Syekh Abu Bakar Al- Warraq. Adapun kutipannya tersebut berkaitan dengan macam-macam hati. Syekh Abu Bakar Al-Warraq menegaskan:
وللقلب ستة اشياء: حياة وموت، وصحة وسقيم ، ويقظة ونوم
Hati memiliki enam perkara: Hidup dan mati, sehat dan sakit, terjaga dan tertidur.
Pertama, hati yang hidup. Hati akan selalu hidup, apabila si pemilik hati diberikan hidayah atau petunjuk untuk selalu berbuat kebaikan kepada orang lain, Sedangkan tanda-tanda hati yang hidup, yaitu, berkeinginan untuk berbuat kebaikan dan mempunyai semangat untuk melaksanakan perintah Allah, dan ia merasa takut terhadap ancaman atau siksaan Allah.
Kedua, hati yang mati. Kematian hati diakibatkan kesesatan, dan kemaksiatan, si pemilik hati tidak diberikan petunjuk ke jalan kebenaran. Adapun tanda-tanda hati yang telah mati, si pemilik hati tidak ada hasrat untuk berbuat kebaikan dan tidak merasa takut terhadap ancaman dan siksaan Allah.
Ketiga, hati yang sehat. Sehatnya hati ialah bersihnya hati dari segala kotoran atau penyakit hati, seperti, riya’ takabur, iri, dan dengki. Sedangkan tanda-tanda bersihnya hati yaitu kuatnya hati untuk menerima segala bentuk cobaan dan ujian yang menimpanya.
Keempat, hati yang sakit. Sakitnya hati ialah kotornya hati, dalam artian si pemilik hati, mempunyai sifat riya’, takabur iri, dan dengki. Sedangkan tanda-tanda sakitnya hati, yaitu lemahnya hati, mudah terombang-ambing dan mudah menyerah apabila di hadapkan dengan ujian yang berat.
Kelima, hati yang terjaga. Hati yang terjaga ialah hati yang selalu ingat atau berdzikir kepada Allah. Sedangkan tanda-tanda hati yang terjaga yaitu, hati yang selalu mendengar dan melihat, dalam artian si pemilik hati mudah menerima nasehat kebaikan, dan burusaha mengamalkannya.
Keenam, hati yang tertidur. Tidurnya hati, disebabkan ia lupa kepada Allah. Sedangkan tanda-tanda tidurnya hati, yaitu butanya hati, artinya si pemilik hati susah untuk menerima kebenaran, dan sulit untuk menerima nasehat dari orang lain. Wallahu A’lam Bissawab.
https://alif.id/read/hosi/enam-macam-hati-dalam-pandangan-sufi-b244101p/