Laduni.ID, Jakarta – Tulisan ini berdasarkan buku yang ditulis oleh Muhammad Asad Syihab, yang berjudul; Al-‘Allamah Muhammad Hasyim Asy’ari Wadli’u Labinati Istiqlali Indunisiya.
Semua informasi yang dipaparkan dan diuraikan dalam tulisan ini tidak lain adalah intisari atau bagian-bagian penting yang perlu untuk disampaikan kepada publik tentang gambaran besar seorang ulama, tokoh dan pejuang besar, Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari.
Buku ini “Al-‘Allamah Muhammad Hasyim Asy’ari Wadli’u Labinati Istiqlali Indunisiya,” ditulis dan disebarkan di Timur Tengah sebagai media untuk menggalang dan menginspirasi kekuatan melawan kaum kolonial di seluruh dunia, bahkan sebagai pengakuan dunia akan peran besar beliau dalam kancah perjuangan menghapuskan penjajahan dan merebut kemerdekaan.
Di dalam buku ini dinyatakan bahwa tidak seorang pun yang pernah mengenal Hadratussyaikh Muhammad Hasyim Asy’ari kecuali pasti menyebutnya dengan penuh penghormatan, penghargaan, dan kekaguman. Ini karena keistimewaan yang dimiliki beliau, yaitu; akhlak yang mulia, kerendahan hati, kelapangan dada, dan keluhuran budi.
Syaikh Rabah Hasunah, seorang yang mengenal dengan baik dan sering bertemu dengan Hadratussyaikh, seorang cendekiawan dari Al-Azhar, Mesir yang pernah datang ke Indonesia dan pernah menjalin hubungan yang erat dengan Hadratussyaikh, menggambarkan tentang KH. Hasyim Asy’ari. Menurutnya, sepanjang pengenalan dan pergaulan beliau dengan Al-‘Allamah Al-Hajj Muhammad Hasyim Asy’ari hubungan persahabatannya yang telah terjalin lebih dari 12 tahun itu, beliau mengaku tak pernah sekali pun melihat Hadratusyaikh berbicara kasar, marah-marah atau bersikap emosional. Baginya Hadratussyaikh selalu tersenyum ramah kepada setiap orang, bahkan sampai pada saat-saat paling genting atau saat-saat sulit.
Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari adalah seorang yang tenang, sabar, dan tidak keburu nafsu. Menghadapi segala permasalahan dengan dada yang lapang dan tidak terseret perasaan. Karena itu beliau mampu memecahkan masalah-masalah berat sekalipun dalam situasi yang sulit dengan pemecahan yang tepat.
Hadratussyaikh banyak bekerja, tetapi beliau melakukan pekerjaan-pekerjaannya dengan sabar dan tenang. Entah bagaimana beliau dapat menguasai perasaannya dalam situasi-situasi yang sulit.
Ketika ada seseorang yang berbicara kepada beliau, Hadratussyaikh selalu mendengarkan dengan seksama, tidak menyela atau menyangkalnya. Baru setelah orang itu selesai berbicara, beliau menjawab dan menanggapinya. Beliau menanggapi setiap topik pembicaraan dengan tanggapan yang sesuai dan menjawab sesuai pertanyaan. Bicara beliau tidak pernah ngelantur kemana-mana atau keluar dari inti masalah yang sedang dibicarakan -tapi cukup memuaskan sebagai penjelasan-, sehingga pendengarnya pun mendapatkan jawaban yang memenuhi hasrat dan keinginan.
Hadratussyaikh tidak pernah merasa risih berdiskusi dengan pendengarnya atau orang yang beliau ajak bicara, justru beliau menyambutnya dengan senang hati dan beliau dalam diskusi semacam itu menemukan sesuatu yang dapat memberikan kesimpulan yang memuaskan bagi pembicara dan pendengarnya. Karena itu ketika berbincang dengan beliau, orang dapat menemukan keleluasaan yang cukup untuk sampai kepada kesimpulan yang melegakan hatinya. Tidak sekedar mendengar dan mengangguk secara buta.
Hadratussyaikh tak pernah sama sekali berkeinginan memaksakan kehendaknya kepada seseorang atau mengharuskan orang mengikuti pendapatnya. Akan tetapi senantiasa mendasarkan segala sesuatu atas musyawarah, saling pengertian, dan menghargai pendapat orang lain. Oleh sebab itu, Hadratussyaikh mampu menyatukan sedemikian banyak tokoh ulama. Beliau merupakan contoh yang baik dan tauladan ideal bagi lainnya. Inilah rahasia kebesaran beliau. Demikian penuturan dan pengakuan Syaikh Rabah Hasunah tentang Hadratussyaikh Al-Hajj Muhammad Hasyim Asy’ari.
Dalam catatan sejarah, Hadratussyaikh hidup pada masa yang penuh problematika dan kontradiksi, zaman perang dunia, kebiadaban, pembantaian, zaman revolusi dan pergolakan.
Di dalam iklim yang penuh krisis ini Hadratussyaikh lahir sebagai pemimpin rakyat yang besar. Beliau meletakkan landasan bagi perjuangan bangsanya dan beliau memimpinnya. Hadratussyaikh berjuang demi tanah air dan bangsanya. Sebagaimana masyhur diketahui, Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari adalah pemimpin besar gerakan (organisasi) “Nahdlatul Ulama”, yakni suatu organisasi massa yang sangat besar, yang sekaligus berperan penting dalam pergulatan politik di Indonesia.
Pribadi Hadratussyaikh mempunyai kedudukan sendiri yang tinggi di hati jutaan umat Islam dan bangsa Indonesia. Beliau tidak memiliki pasukan perang yang besar, tidak menguasai posisi penting dalam pemerintahan yang dapat memaksakan kehendaknya terhadap orang lain, atau ditakuti orang karena kekuatannya. Di tangannya hanya ada niat yang tulus, tidak memiliki apa-apa selain keikhlasan kepada agama, bangsa dan negaranya serta orang-orang yang memiliki visi misi yang sama.
Dalam masa penjajahan Belanda, tak sekali pun Hadratussyaikh pernah bekerja sama dengan pihak kolonial Belanda, justru sebaliknya, beliau menghadapinya. Di zaman penjajahan Jepang beliau pun tidak pernah mangambil muka terhadap pemerintah Jepang. Lalu di masa kemerdekaan beliau pun menolak segala jabatan dan kedudukan. Sikapnya jelas dan diketahui banyak orang. Demikianlah gambaran besar sosok Hadratussyaikh. Maka tak heran kalau beliau mendapat kecintaan dan penghargaan yang tinggi luar biasa dari rakyat.
***
Ketika Hadratussyaikh Muhammad Hasyim Asy’ari mengajar atau dalam keadaan berbicara didepan umum, beliau selalu menanamkan tentang persatuan umat Islam seluruhnya adalah seperti satu bangsa yang tak terpisahkan. Setiap Muslim harus menjaga saudara-saudara Muslim lainnya, tidak peduli seberapa jauh mereka, dan selalu membela Muslim di mana pun mereka berada. Setiap Muslim juga harus melawan para penjajah dan kaum yang tak mempercayai Tuhan.
Hadratussyaikh memiliki relasi hubungan yang luas dan melakukan surat-menyurat dengan banyak pemimpin dunia Islam selama periode itu.
Diantara mereka adalah Syekh Abdul Aziz As-Tsualibi, Sayyid Dhiyauddin As-Syairazi, Raja Syakib Arslan, Raja Muhammad Abdul Karim Al-Khattabi, Sayyid ‘Alawi bin Thahir Al-Haddad Mufti Johor, Muhammad Ali di India, Muhammad Ali Jinnah, Muhammad Iqbal, Sayyid Hibatuddin As-Syahrastaniy Menteri Ma’arif Irak dan Ketua Dewan At-Tamyiz, Sayyid Mahaguru Muhammad Bin ‘Aqil, Syekh Muhammad Jad Al-Maula, Syekh Muhammad Surur Az-Zankaluni, Syekh Yusuf Ad-Dajwi, Sayyid Muhammad Al-Ghunaimi At-Taftazani, Sayyid Mahaguru Mahdi Asy-Syairazi yang menjadi rujukan Ulama Besar, Sayyid ‘Ali Bin Hussein Al-‘Attas, Syekh Muhammad Husein ‘Ali Kasyif Al-Ghitha, dan Mujahid Besar Syekh Ahmad ‘Arif Az-Zain, Sayyid Abdullah bin ‘Alawi Al-‘Attas dan Sayyid Muhammad Al-Muhdhar.
Ketika Raja Abdul Karim Al-Khattabi merebut kemerdekaan dari Prancis dan Spanyol yang terkenal pada tahun 1924 di Maroko dan pada tahun yang sama Sultan Basya Al-Atrash melawan Prancis di Suriah, Al-Hajj Muhammad Hasyim Asy’ari mengambil peran aktif dan tindakan positif, yaitu menunjukkan solidaritas umat Islam di Indonesia dengan mendukung apa yang dilakukan oleh Raja Abdul Karim dan Raja Basya al-Atrash. Ada demonstrasi, unjuk rasa dan banyak pertemuan publik yang diadakan untuk mendukung penuh setiap perlawanan terhadap penjajahan. Mahaguru Hasyim Asy’ari biasa berbicara di depan orang banyak, mengguncang perasaan para pendengar dengan retorikanya dan beliau berdoa kepada Allah agar menolong kaum Muslim dalam perjuangan jihad mereka.
Unjuk rasa besar Islam dan banyak pertemuan publik diadakan untuk menunjukkan solidaritas dan dukungan untuk para pejuang kemerdekaan Maroko, Suriah dan Palestina, terus mendukung saudara-saudara yang berjuang negara-negara tersebut, walaupun pada saat itu Indonesia sendiri masih mendekam di bawah penjajahan Belanda.
Ketika melihat hal ini, Belanda khawatir bahwa perlawanan ini akan meluas dan unjuk rasa akan semakin besar dengan melawan Italia, Prancis dan Spanyol, sebab negara-negara ini memiliki hubungan baik dengan Belanda, benua Eropa, dan kepentingan bersama, yang akhirnya akan meluas dengan perlawanan terhadap Belanda.
Oleh karena itu, Belanda mengambil tindakan keras terhadap gerakan-gerakan perjuangan kemerdekaan ini yang menyulitkan umat Islam. Belanda dan negara-negara itu bekerjasama menentang para pejuang. Belanda tidak ingin perlawanan ini berkembang melawannya, terutama jika kebencian terhadap penjajahan sudah meresap ke dalam hati para pejuang.
Pada akhirnya, perjuangan yang telah dilakukan bertahun-tahun itu tidak sia-sia, Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari masih sempat melihat Indonesia merdeka dan negara-neraga Timur Tengah satu persatu juga merdeka dari segala bentuk penjajahan. Dan tidak berlebihan jika kemudian Hadratussyaikh KH. M Hasyim Asy’ari diakui dunia sebagai peletak batu pertama kemerdekaan Indonesia. Al-Fatihah…. []
Sumber: Tulisan ini disadur dan diuraikan kembali dari buku Al-‘Allamah Muhammad Hasyim Asy’ari Wadli’u Labinati Istiqlali Indunisiya karya Muhammad Asad Syihab.
___________
Penulis: Abd. Hakim Abidin
Editor: Attha Heraldi