Laduni.ID, Jakarta – Seorang Guru Sufi mendatangi seorang muridnya ketika wajahnya belakangan ini selalu nampak murung. Guru Sufi pun bertanya kepadanya:
“Kenapa kau selalu murung, wahai anak muridku? bukankah banyak lagi hal yang indah didunia ini? kemana perginya wajah bersyukurmu?”
Murid pun menjawab: “ Guruku..Kebelakangan ini hidup saya penuh dengan masalah, sangat sulit bagi saya untuk tersenyum, masalah datang seperti tidak habis-habisnya”
Guru Sufi pun tertawa lalu berkata: “Anakku.. Ambil segelas air dan dua genggam garam lalu bawalah kemari, biar kuperbaiki suasana hatimu itu”
Lalu murid pun berganjak perlahan-lahan tanpa semangat dan beliau pun laksanakan permintaan Gurunya itu, lalu kembali lagi membawa gelas dan garam sebagaimana yang diminta oleh Gurunya.
Guru Sufi pun berkata: “Coba kau ambil segenggam garam itu dan masukkan ke segelas air, setelah itu cobalah engkau minum airnya sedikit”
Lalu muridnya pun melakukan tanpa banyak bicara. Wajahnya kini menjadi kesal karena meminum air masin itu.
“Bagaimana rasanya ?” tanya Guru Sufi.
“Masin dan perutku menjadi mual wahai Guru” jawab muridnya dengan wajah yang masih kesal.
Guru Sufi pun tertawa melihat wajah muridnya yang menyesal kemasinan.
Guru Sufi pun berkata: “Sekarang engkau ikut aku !” Guru Sufi pun membawa muridnya itu ke danau didekat tempat mereka.
Lalu Guru Sufi berkata: “Ambil garam yang masih ada dan tebarkan ke danau”
Lalu muridnya pun menebarkan segenggam garam yang tersisa itu ke danau, tanpa bicara.
Rasa masin dimulutnya itu masih belum hilang. Beliau ingin meludahkan rasa masin dari mulutnya, tetapi tidak dilakukanya. Rasanya tidak sopan pula meludah dihadapan Mursyidnya, fikirnya begitu.
Guru Sufi pun berkata kepada muridnya: “Sekarang, coba kau minum air didanau itu” Sambil Guru Sufi itu mencari batu yang cukup mendatar untuk didudukinya, tepat dipinggir danau.
Muridnya pun menangkupkan kedua tangannya mengambil air danau dan meneguknya. Ketika air danau yang dingin dan segar itu mengalir dikerongkongnya.
Guru Sufi pun bertanya kepadanya: “Bagaimana rasanya ?”
Murid pun berkata: “Segar, sungguh segar sekali”
Sambil mengelap bibirnya. Tentu saja, danau ini berasal dari aliran sumber air diatas sana. Dan airnya mengalir menjadi sungai kecil dibawah. Dan sudah pasti, air danau ini juga menghilangkan rasa masin yang tersisa dimulutnya.
Lalu Guru Sufi pun berkata: “Masih terasakah rasa garam yang engkau tebarkan tadi ?” “Tidak sama sekali !” kata muridnya sambil mengambil air dan meminumnya lagi.
Guru Sufi itu hanya tersenyum memperhatikannya, membiarkan muridnya itu meminum air danau itu sampai puas.
“Anakku !” kata Guru Sufi setelah muridnya selesai minum. “Segala masalah didalam hidup itu seperti segenggam garam. Tidak kurang, tidak lebih. Hanya segenggam garam. Banyaknya masalah dan penderitaan yang harus engkau alami sepanjang kehidupanmu itu sudah ditakdirkan oleh Allah SWT dan sesuai untuk dirimu. Jumlahnya tetap, begitu-begitu saja, tidak berkurang dan tidak bertambah. Setiap manusia yang lahir ke dunia ini pun demikian. Tidak ada satu pun manusia, walaupun dia seorang Nabi, yang bebas dari penderitaan dan masalah.”
Muridnya hanya terdiam dan mendengarkan dengan penuh tumpuan.
“Tetapi Anakku ! rasa ‘Masin’ dari penderitaan yang dialami itu sangat tergantung dari besarnya Qalbu yang menampungnya. Jadi Anakku ! Supaya tidak merasa menderita, berhentilah menjadi sebuah gelas. Jadikanlah Qalbu didalam dadamu itu menjadi sebesar danau.”
Kesimpulannya adalah hati atau qalbu lebih luas dari duniawi ini, karena hati tidak adanya sempadan, tidak adanya batas halangan, bermacam-macam yang bisa di isi dan dimanfaatkan, segalanya bergantung kepada diri kita dengan apa yang kita masukkan sama ada kebenaran atau kebatilan. Maka janganlah engkau sempitkannya menjadi seperti sebuah gelas.
Editor: Nasirudin Latif
https://www.laduni.id/post/read/74095/hati-lebih-besar-dari-alam-semesta-ini.html