Haul ke-12 Gus Dur: Menghidupkan Gus Dur

Laduni.ID, Jakarta – Tak terasa sudah 12 tahun, Gus Dur meninggalkan kita.Rabu, 30 Desember 2009 merupakan hari berkabung nasional. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (2004-2014) meminta seluruh masyarakat untuk mengibarkan bendera setengah tiang selama sepekan. Ini pertanda negara sedang berduka.

Salah satu putra terbaik bangsa meninggal dunia. KH Abdurrahman Wahid dinyatakan wafat oleh Ketua Tim Dokter Kepresidenan, dr Yusuf Misbah, sebab penyakit komplikasi, ginjal, diabetes, stroke dan jantung.

Gus Dur meninggal pada usia 69 tahun di Rumah Sakit dr Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta, pukul 18.45 WIB. Ini akhir dan awal kehidupan Gus Dur di dunia lain.

12 Tahun, hitungan miladiyah Gus Dur telah berpulang. Namun ide dan gagasan Gus Dur tak pernah lekang oleh zaman. Menghidupkan gagasan dan ide Gus Dur adalah upaya menghidupkan kembali perjuangan akan nilai-nilai kemanusiaan, keadilan, kejujuran, kebenaran universal.

Sebelum terpilih menjadi Ketua Umum PBNU, KH Yahya Cholil Staquf berkali kali mengutarakan keinginannya untuk menghidupkan Gus Dur. Menghidupkan Gus Dur, bisa dimaknai sebagai ikhtiar beliau untuk mengembalikan nilai-nilai keislaman, keindonesiaan dan kemanusiaan yang diusung Gus Dur.

Pertama, visi tersebut akan menarik garis tegas mengenai peran NU dalam konteks politik kebangsaan dan politik praktis sebagaimana ajaran Gus Dur. Garis tegas itu telah dicontohkan Gus Dur ketika memutuskan mengundurkan diri dari jabatan ketua umum PBNU setelah ia mendirikan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) pada awal masa reformasi lalu. Oleh karena itu, PBNU di bawah kepemimpinan Gus Yahya dinilai perlu lebih bijak menjaga relasinya dengan kekuasaan tanpa harus kehilangan nalar kritisnya sebagai penyambung aspirasi.

Kedua, PBNU di bawah kepemimpinan Gus Yahya harus terus memberikan perhatian kepada kelompok yang tertindas (Mustad’afin) dan mendampingi mereka untuk mendapatkan keadilan. Nilai kemanusiaan juga dapat diperjuangkan dengan peningkatan kualitas pendidikan Islam berbasis pesantren dan pemberdayaan ekonomi rakyat yang berorientasi pada kemandirian umat.

Ketiga, Gus Dur mengajarkan pentingnya pengarusutamaan nilai-nilai kemanusiaan dalam diskursus keislaman dan keindonesiaan. Sebagai jam’iyyah yang menganut paham Ahlussunnah Waljama’ah, NU tentu tidak bisa dilepaskan dari persoalan global.

Masalah kemanusiaan sejalan dengan perkembangan zaman dan kini sedang masuk dalam era globalisasi, berkembang demikian pesatnya. Di sini NU dituntut untuk mampu memberikan jawaban-jawaban solutif dan menempatkan dirinya pada peran strategis bagi perjuangan kemanusiaan, penegakan keadilan, persamaan, dan kesetaraan.

Masalah hak asasi manusia, gender, demokrasi, dan pluralisme seperti ditulis oleh Gus Dur merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Sejak dalam kehidupan manusia terjadi interaksi sosial, sesungguhnya pada saat itulah masalah-masalah tersebut mulai ada.

Perjuangan terus menerus untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia sebagai puncak ciptaan Ilahi, juga merupakan bagian inti dari tugas para nabi dan rasul. Itulah sebabnya, mengapa kisah-kisah perjuangan para rasul mempunyai porsi terbanyak dalam ayat-ayat Al-Quran yang bertujuan agar umat Islam mampu menangkap pesan-pesan kemanusiaan yang dirisalahkan melalui para nabi dan rasul. (Zamzami, 2000: 48).

Dari masa ke masa, kita bisa menyaksikan adanya pertentangan abadi antara upaya penegakan nilai-nilai kemanusiaan dan penindasan terhadapnya; atau dalam bahasa agama, antara haqq dan bathil, yang baik dan yang benar. Ini merupakan cermin bagi keberadaan setiap individu manusia yang oleh Tuhan diberikan potensi fujûr dan taqwa.

فَاَلْهَمَهَا فُجُوْرَهَا وَتَقْوٰىهَاۖ

Artinya: “Maka Dia mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan ketakwaannya.” (QS. Asy-Syams: 8)

Terlepas dari segala kekurangan yang dimilikinya, harus diakui bahwa manusia merupakan ciptaan terbaik Allah, yang mempunyai fitrah dan naluri kesucian untuk selalu condong kepada kebenaran (hanif), di samping potensi fujur-nya.

Fungsi Islam dalam hal ini adalah penyempurna untuk memberikan bimbingan kepada manusia agar bisa mengaktualisasikan potensi positifnya dan meminimalisir potensi negatifnya. Itulah sebabnya mengapa paham Ahlussunnah Waljama’ah tidak ingin melakukan perombakan total terhadap apa yang telah berkembang dalam kehidupan manusia, tetapi lebih mengarah pada proses penyempurnaan terhadap pola hidup manusia.

Pandangan Gus Dur yang lain mengenai HAM demokrasi di pandang dari sudut nilai kemanusiaan (Islam humaniterian). Masalah kemanusiaan merupakan masalah global yang melampaui batas-batas etnik, ras, maupun ideologi. Sikap penolakan terhadap segala bentuk diskriminasi, ketidakadilan, penindasan, dan pemaksaan kehendak merupakan hal yang dimiliki oleh bangsa, suku, agama, dan kelompok manapun di seluruh penjuru dunia.

Paham moderat dan inklusif “al-muhafazhah ’ala al-qadîm ash-shalih wa al-akhdz bi al-jadid al-ashlah” yang menjadi prinsip paham Ahlussunnah Waljama’ah menemukan relevansinya. Namun, semuanya itu tentu saja harus didasari oleh upaya yang serius terhadap masalah-masalah yang berkembang.

Upaya-upaya penegakan HAM merupakan masalah global dan tugas manusia secara keseluruhan yang tentu saja harus mendapatkan respons serius dari agama (baca: Ahlussunnah Waljama’ah). Kenyataan bahwa setiap kelompok, bangsa, ideologi, maupun agama manapun di seluruh penjuru dunia untuk menggaungkan perjuangan demi penegakan dan pemenuhan HAM seharusnya menjadi momentum bersama untuk mewujudkan masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera, yang jauh dari penindasan, pertumpahan darah, kekerasan, dan kezaliman. Al-Quran sendiri dengan tegas menyatakan bahwa menghalang-halangi upaya penegakan keadilan merupakan perbuatan orang-orang kafir.

اِنَّ الَّذِيْنَ يَكْفُرُوْنَ بِاٰيٰتِ اللّٰهِ وَيَقْتُلُوْنَ النَّبِيّٖنَ بِغَيْرِحَقٍّۖ وَّيَقْتُلُوْنَ الَّذِيْنَ يَأْمُرُوْنَ بِالْقِسْطِ مِنَ النَّاسِۙ فَبَشِّرْهُمْ بِعَذَابٍ اَلِيْمٍ

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa hak (alasan yang benar) dan membunuh orang-orang yang menyuruh manusia berbuat adil, sampaikanlah kepada mereka kabar gembira yaitu azab yang pedih.” (QS. Ali Imaran: 21)

Oleh: Aji Setiawan


Editor: Daniel Simatupang

https://www.laduni.id/post/read/73872/haul-ke-12-gus-dur-menghidupkan-gus-dur.html