Laduni.ID, Jakarta – Islam tidak memberatkan umatnya dalam melaksanakan kewajibannya, pada dasarnya semua ibadah sudah ditakar sesuai dengan kemampuan dan bermanfaat bagi yang menjalankannya. Tidak ada ibadah yang membuat beban umatnya, termasuk Ibadah Puasa Ramadhan.
Lantas bagaimana hukum puasa Ramadhan bagi orang hamil?
Boleh bahkan orang hamil tetap wajib berpuasa, akan tetapi bila hawatir timbul efek negatif baik pada janin atau pada ibunya maka makruh berpuasa dan boleh tidak berpuasa dan bila yaqin akan menimbul efek negatif maka harus tidak berpuasa dan harom hukumnya bila berpuasa.
Tiga keadaan ini secara ringkas dijelaskan dalam kitab Nihayah az-Zain Syarh Qurratul ‘Ain:
: .فللمريض ثلاثة أحوال : إن توهم ضرر يبيح التيمم كره له الصوم وجاز له الفطر وإن تحقق الضرر المذكور أو غلب على ظنه أو انتهى به العذر إلى الهلاك أو ذهاب منفعة عضو حرم الصوم و وجب الفطر وإن كان المرض خفيفا بحيث لا يتوهم فيه ضررا يبيح التيمم حرم الفطر و وجب الصوم مالم يخف الزيادة وكالمريض الحصادون والملاحون والفعلة ونحوهم، ومثله الحامل والمرضع ولو كان الحمل من زنا أو شبهة ولو بغير آدمي حيث كان معصوما أو كانت المرضع مستأجرة أو متبرعة ولو لغير آدمي. نهاية الزين ص : ١٧٢
Artinya: Bagi orang sakit terdapat tiga keadaan. Pertama, ketika ia menduga akan terjadi bahaya pada dirinya yang sampai memperbolehkan tayamum, maka makruh baginya berpuasa dan boleh baginya untuk tidak berpuasa. Kedua, ketika ia yakin atau memiliki dugaan kuat (dhann) akan terjadi bahaya atau uzur yang mengenainya akan berakibat pada hilangnya nyawa atau hilangnya fungsi tubuh, maka haram baginya berpuasa dan wajib untuk tidak berpuasa. Ketiga, ketika rasa sakit hanya ringan, sekiranya ia tak menduga akan terjadi bahaya yang sampai memperbolehkan tayamum, maka haram baginya tidak berpuasa dan wajib untuk tetap berpuasa selama tidak khawatir sakitnya bertambah parah. Sama halnya dengan orang yang sakit adalah petani, nelayan, buruh, perempuan hamil dan menyusui, meskipun kehamilan hasil dari zina atau wathi syubhat. (Syekh Muhammad bin ‘Umar bin ‘Ali bin Nawawi al-Bantani, Nihayah az-Zain Syarh Qurratul ‘Ain, juz 1, halaman: 367) .
Dikutip dari laman halodoc.com, Berdasarkan kacamata medis, berpuasa selama kehamilan dikhawatirkan dapat menimbulkan masalah kesehatan, baik pada ibu maupun bayinya. Sebab, saat berpuasa, seseorang tidak akan mengonsumsi makanan atau minuman kurang lebih 12 jam. Hal ini dapat membuat Ibu hamil yang berpuasa berisiko mengalami penurunan gula darah ke tingkat yang tidak sehat. Selain itu, puasa juga berisiko menyebabkan kekurangan nutrisi sekaligus energi tubuh secara keseluruhan.
Trimester Kehamilan yang Aman Berpuasa
Pada fase hamil, ibu akan mengalami 3 trimester. Trimester pertama pada usia 0 hingga 12 minggu, janin masih dalam proses pembentukan bagian organ tubuh dan juga bagian otak. Pada saat ini, janin membutuhkan banyak nutrisi dari ibu untuk membentuk pertumbuhannya. Sebaiknya pada usia trimester pertama, ibu hamil disarankan agar tidak menjalankan ibadah puasa. Sebab di masa ini pertumbuhan dan perkembangan janin masih membutuhkan nutrisi dan gizi dari makanan yang ibu konsumsi.
Bila orang hamil yang tidak berpuasa tersebut karena menimbulkan efek negatif pada janinnya maka wajib qodlo’ dan bayar fidyah 1 mud / 7 ons, bila menimbulkan efek negatif pada ibunya atau pada ibu dan janinnya maka wajib qodlo’ saja tanpa bayar fidyah.
: ويجب المد مع القضاء على حامل ومرضع أفطرتا للخوف على الولد___واحترز بقوله للخوف على الولد عما إذا أفطرتا خوفا على أنفسهما أن يحصل لهما من الصوم مبيح تيمم فإنه يجب عليهما القضاء بلا فدية كالمريض المرجو البرء وإن انضم لذلك الخوف على الولد لأنه وقع تبعا. إعانة الطالبين ٢/٢٤١-٢٤٢
Sumber:
Qurratul ‘Ain, juz 1, halaman: 367
__________________
Catatan: Tulisan ini terbit pertama kali pada Rabu, 17 April 2019. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan.
https://www.laduni.id/post/read/58771/hukum-puasa-ramadhan-bagi-ibu-hamil.html