Kampus kecil yang lokasinya sangat dekat dengan pusat kota Blora itu berdiri kokoh berdampingan dengan bangunan pertokoan di sekitarnya. Insitut Agama Islam Khozinatul Ulum atau akrab disebut IAIKU ini berdiri pada tahun 2007. Saat itu masih bernama Sekolah Tinggi Ilmu Ushuluddin (STIU) Chozinatul Ulum Blora. Kemudian, pada tahun 2011 kampus Islam swasta ini berubah nama lagi menjadi Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Khozinatul Ulum Blora. Baru kemudian tahun 2022 status STAI berubah menjadi Institut Agama Islam (IAI) Khozinatul Ulum Blora berdiri pada tanggal dengan Surat Keputusan Menteri Agama RI No 1334.
Kampus yang didirikan oleh Yayasan Khozinatul Ulum Al Amien Blora ini perlahan namun pasti sudah menjadi salah satu kampus kebanggaan masyarakat Blora. Nama Khozinatul Ulum sendiri merujuk pada pondok pesantren yang dibimbing langsung oleh Romo Kyai Haji Muharror Ali. Ulama kharismatik bidang al-Qur’an yang mencoba memadukan antara pendirikan tradisional; pesantren (khususnya bagi penghafal al-Qur’an) dan pendidikan formal. Tidak heran bila sampai saat ini Yayasan Khozinatul Ulum sudah memiliki jenjang pendidikan formal dari tingkat paling rendah, PIAUD sampai Perguruan Tinggi.
Namun demikian, penting sekali penulis utarakan bahwa di berbagai kesempatan, KH. Muharror Ali selalu mengenang berbagai tantangan dan jatuh bangunnya mendirikan Perguruan Tinggi di Blora, apalagi ketika masih bernama STIU dimana Program Studinya masih sangat terbatas dan dianggap kurang menarik. “Jadi dalam perjalanannya, mahasiswanya itu masih sangat minim. Jadi mahasiswanya dengan dosennya lebih banyak dosennya. Saya masih ingat, mahasiswa yang masih aktif itu dua orang. Kalo begini kan bisa gulung tikar. Paling banter, ya antara 25 sampai 26 mahasiswa.”
Waktu terus berjalan, dan lambat laun rahmat Tuhan seperti menyertai ikhtiar KH. Muharror Ali untuk terus memajukan lembaga Perguruan Tinggi. Sampai sekarang, dengan sembilan Program Studi (Prodi) yang ditawarkan, mahasiswa IAIKU terus bertambah dan hampir menyentuh angka 1000 mahasiswa.
Pertanyaan pun muncul, kemana arah dan tujuan IAIKU ini kedepan? Rektor IAIKU yang baru, KH. Ahmad Zaki Fuad S.Th.I, M.A. menyampaikan dalam kesempatan setelah penyusunan Visi Misi IAIKU di Bandungan Semarang (10/11/2023), “Di antara Visi IAIKU yang baru ke depan adalah menjadi Perguruan Tinggi yang unggul dalam bidang Al-Quran dan riset berbasis nilai-nilai pesantren tahun 2042”.
Nilai-nilai pesantren khas IAIKU Blora yang dimaksud di sini adalah yang berdasar pada Asas Mabadi Khoiru Ummah dan Aswaja yang mencakup 9 nilai. Yaitu As-Sidqu (Jujur), Amanah (Terpercaya), Al-‘Adalah (Keadilan), At-Ta’awun (Gotong Royong), Al-Istiqomah (Kedisiplinan), I’tidal (Berpihak pada kebenaran), At-Tawasuth (Moderat), At-Tasamuh (Toleransi), dan At-Tawazun (Keseimbangan).
Melihat mahasiswa yang terus bertambah secara kuantitas dan nama kampus yang sudah berubah menjadi Institut, maka sudah menjadi tanggung jawab moral bagi pimpinan IAIKU untuk berbenah dari sisi kualitas. “Maka dari itu perlahan tapi pasti IAIKU harus mempunyai target rasional yang kira-kira bisa tercapai. Kita perlu melebarkan sayap, agar kampus kita yang sangat lekat dengan nilai-nilai pesantren ini bisa diterima dengan baik oleh masyarakat Blora dan sekitarnya. Usaha untuk berkolaborasi dengan beberapa stake holder perlu kita galakkan.” Tutur KH. Ahmad Zaki Fuad di ruang rapat dengan pimpinan beberapa saat setelah dilantik menjadi Rektor baru menggatikan KH. Dr. Nur Ihsan Lc. M.A.
Menanggapi tanggung jawab yang diberikan oleh Rektor IAIKU, Ketua LPPM IAIKU, Zaimul Asroor, S.Th.I, M.A. bergerak cepat untuk menyusun Rencana Strategis bagi perkembangan IAIKU ke depan, khususnya terkait Tri Darma Perguruan Tinggi. Langkah kongkrit itu ditunjukkan dengan mengadakan kegiatan Pelatihan Penulisan Artikel Ilmiah Internasional Terindeks Scopus dan Wos bagi dosen IAIKU (20/12/2023). “Saya melihat bahwa sudah saatnya LPPM IAIKU melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik. Terlebih, sebagai kampus yang bervisi menjunjung tinggi nilai pesantren, maka aspek penelitian yang selama ini agak tidak tersentuh di kampus harus segera dimulai. Maka dari itu, LPPM melalui dukungan dari Gus Rektor, mengadakan pelatihan ini.”
Dalam sambutan yang saya berikan di acara pelatihan tersebut, saya menekankan betapa pentingnya bagi dosen IAIKU untuk tidak hanya sibuk dengan mengajar saja. Padahal masih banyak tugas dosen lain yang perlu dimaksimalkan, yakni penelitian. Kita perlu membangun budaya baru, yakni budaya penelitian. Karena bagaimanapun, kualitas kampus tidak bisa dilepaskan dari kualitas penelitian-penelitian dosennya. Saya juga sampaikan bahwa kampus siap mendanai penelitian dosen-dosen IAIKU yang terbit di jurnal Internasional dan nasional terindeks Sinta. Adapun regulasinya masih “digodok”. Salah satu tema yang menjadi rujukan utama adalah tema moderasi beragama.
Pelatihan penulisan artikel ilmiah ini juga tidak hanya selesai dalam sekali pertemuan saja, akan tetapi pelatihan ini sampai enam kali pertemuan (sekali setiap minggu). Hemat saya, karena pelatihan ini tidak hanya sekedar formalitas belaka, maka setiap pertemuan dosen harus memiliki progres dalam tulisannya.
Dr. Abdul Mufid, Lc. M.S.I (20/12/2023) selaku Pemateri dalam Pelatihan Penulisan Artikel ini mengutarakan, “Saya siap untuk mendampingi Bapak Ibu semua sampai penelitian jenengan bisa terbit. Apalagi Litapdimas sudah membuka kesempatan bagi dosen-dosen swasta untuk melakukan penelitian terbaiknya. Bapak Ibu semua harus mulai mempersiapkan diri mulai dari sekarang untuk memikirkan tema penelitian yang sesuai dengan Agenda Riset Keagamaan Nasional (ARKAN) tahun 2018-2028. Salah satu tema besarnya adalah Studi Islam, Pluralisme dan Keragaman, Integrasi Keilmuan, dan Kemajuan Global. Maka dari itu, kita harus memanfaatkan pelatihan ini secara serius dan sungguh-sungguh.”
Ke depan, diharapkan dari Pelatihan Penulisan Artikel Ilmiah ini IAIKU menjadi kampus yang bisa bermitra dan memberikan andil bagi pemerintah, dalam hal ini melalui Kementrian Agama dengan tema-tema yang sejatinya bermuara pada satu tujuan, yakni bagaimana moderasi beragama terimplemantasikan dengan baik di masyarakat. Meski diakui atau tidak, eksistensi lembaga pendidikan Khozinatul Ulum Blora mulai dari tingkat terbawah sampai tertinggi sudah mengimplementasikan gagasan moderasi beragama ini.