Laduni.ID, Jakarta – Bertepatan dengan tanggal 27 Oktober ini menjadi momentum bagi kita semua merayakan hari kelahiran Raden Sutisna Sendjaya Garut.
Raden Sutisna Sendjaya atau yang kerap disapa dengan panggilan Sutsen lahir pada 27 Oktober tahun 1890 M di Wanaraja, Garut.
Pada zaman penjajahan Belanda, Raden Sutisna Sendjaya bersama pengurus NU Tasikmalaya seperti KH. Ruhiat (ayah dari Rais Aam PBNU KH Ilyah Ruhiat), berpandangan, gelar ulil amri bagi pemerintah kolonial harus dipandang sebagai suatu siyasi (politik). Pemerintah Hindia Belanda sebagai pemerintahan yang sah, tetapi statusnya tetaplah penguasa asing yang hanya berkuasa secara politik.
Pada zaman penjajahan Jepang, ia menjadi anggota Chuo Sangi in. Kemudian menjadi koordinator pergerakan perjuangan rakyat pada zaman revolusi fisik dan anggota Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) Tasikmalaya.
Raden Sutisna Sendjaya dikenal sebagai Pemimpin Redaksi Majalah al-Mawa’idz; Pangrodjong Nahdlatoel ‘Oelama yang diterbitkan Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Tasikmalaya pada bulan Agustus 1933. Pengabdiannya di NU, ia lanjutkan hingga tingkat wilayah. Tahun 1948 menjadi ketua Tanfidziyah PWNU Jawa Barat. Selain aktif di NU, ia juga salah seorang tokoh pergerakan di Paguyuban Pasundan.
Simak biografi lengkap beliau di:Biografi Raden Sutisna Sendjaya Garut
Mari kita sejenak mendoakan beliau, semoga apa yang beliau kerjakan menjadi amal baik yang tak akan pernah terputus dan Allah senantiasa mencurahkan Rahmat-Nya kepada beliau.
Semoga kita sebagai murid, santri, dan muhibbin beliau mendapat keberkahan dari semua yang beliau tinggalkan.
Mari sejenak kita bacakan Tahlil untuk beliau: Surat Yasin, Susunan Tahlil Singkat, dan Doa Arwah
https://www.laduni.id/post/read/517783/info-harian-laduni-27-oktober-2023.html