Info Harian Laduni.ID: 12 Januari 2024

Laduni.ID, Jakarta – Hari ini Jum’at, 12 Januari 2024 bertepatan dengan hari lahir KH. Dalhar Watucongol, KH. Muhammad Sanusi, KH. Muhammad Mudarris, SM, dan hari wafat KH. Hisyam Abdul Karim Purbalingga.

KH. Dalhar Watucongol
KH. Dalhar lahir pada tanggal 10 Syawal 1286 H / 12 Januari 1870 M. di Kawasan Pondok Pesantren Darussalam, Watucongol, Muntilan, Magelang. KH. Dalhar merupakan putra KH. Abdurrahman, yang nasabnya tersambung pada trah Raja Mataram, Amangkurat III.

KH. Dalhar wafat pada hari Rabu Pon, 29 Ramadhan 1890 – Jimakir (1378 H) atau bertepatan dengan 8 April 1959 M. Selain itu ada juga yang menyebutkan beliau wafat pada 23 Ramadhan 1959 M.

KH. Dalhar mewarisi semangat dakwah dan perjuangan dari ayah dan kakeknya. Sejak kecil, beliau haus akan ilmu agama, dengan mengaji dan belajar di pesantren. Pada umur 13 tahun, Kyai Nahrowi (Kyai Dalhar kecil) mulai belajar di pesantren. Beliau mengaji kepada Mbah Kyai Mad Ushul di kawasan Mbawang, Ngadirejo, Salaman, Magelang. Di pesantren ini, Kyai Dalhar belajar ilmu tauhid selama 2 tahun.

Pada tahun pertama Kyai Dalhar mengaji di Makkah, terjadi peristiwa penyerangan Hijaz oleh tentara Sekutu. Tanah Hijaz yang masuk dalam kuasa Turki Utsmani diserang oleh tentara sekutu. Syekh Muhammad Al-Jilani mendapat tugas untuk berjuang membantu perlawanan tanah Hijaz, setelah 3 bulan mengaji. Sedangkan, Kyai Dalhar beruntung dapat terus mengaji selama 25 tahun di tanah suci.

Setelah pulang dari tanah suci, sekitar tahun 1900 M beliau kemudian meneruskan pondok kecil peninggalan nenek moyangnya di kaki bukit kecil Gunung Pring, Watucongol, Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang. Kurang lebih 3 kilometer sebelah timur Candi Borobudur. Pondok pesantren kecil ini lambat laun tidak hanya dihuni oleh santri-santri sekitar eks Karasidenan Kedu saja namun sampai pelosok tanah Jawa.

Ketika era perjuangan melawan rezim kolonial, peran KH. Dalhar tidak bisa dilupakan. Para pejuang di kawasan Magelang, Yogyakarta, Banyumas dan kawasan Bagelen-Kedu datang ke pesantren KH. Dalhar untuk meminta doa.

Oleh KH. Dalhar, para pejuang diberi asma’, doa dan ijazah kekebalan, serta diberi bambu runcing yang telah diberi doa. Dikisahkan, ketika para pejuang menggempur Belanda di kawasan Benteng Ambarawa, dimudahkan oleh Allah dengan semangat dan kekuatan. Dorongan doa dan semangat yang diberikan KH. Dalhar serta beberapa kyai lainnya, menambah daya juang para santri untuk bertempur mengawal kemerdekaan.

Simak biografi selengkapnya di: KH. Dalhar Watucongol
Simak Chart Silsilah Sanad Guru KH. Dalhar Watucongol

KH. Muhammad Sanusi
KH. Markab atau yang akrab dipanggil KH. Muhammad Sanusi atau Mbah Sanusi lahir pada malam Jum’at, 12 Rabi’ul awal 1322 H / 12 Januari 1904 M. di Desa Winduhaji, Kuningan, Jawa Barat. Beliau merupakan putra ketiga dari tujuh bersaudara, dari pasangan KH. Agus Ma’ani bin Kyai Aki Natakariya dengan Ibu Nyai Asnita binti Kuwu Kyai Kauri.

Pada Hari Sabtu, 1 Juni 1974 M. pukul 08.00 WIB KH. Sanusi memanggil putranya untuk di antarkan ke RSU Gunung Jati Cirebon yang ternyata menurut diagnosa dokter bahwa jantung KH. Sanusi telah pecah. Hingga beberapa saat kemudian, tepatnya pada pukul 12.30 WIB KH. Sanusi menghembuskan nafas terakhirnya.

Pada tanggal 10 Syawal 1344 H (1926), KH. Sanusi menikah dengan Nyai Hj. Sa’adah binti KH. Ali bin Kyai Masinah, seorang janda dari Kyai Halif (Desa Lontangjaya). Nyai Sa’adah merupakan kakak ipar dari KH. Amin sepuh dan telah mempunyai seorang putra bernama Atho’illah.

Pada saat usia 10 tahun, Kyai Sanusi disekolahkan di Volk School (Sekolah Rakyat) yang terletak di Desa Ciporang. Kendati sudah berumur 10 tahun, Kyai Sanusi termasuk murid yang paling kecil. Dalam buku catatan Kyai Sanusi, setiap sore dirinya selalu mengaji di pesantren KH. Ghazali

Sewaktu KH. Sanusi mulai mengajar di Pondok Pesantren Babakan tahun 1922 M, dimulailah pengajian nahwu dengan menggunakan sistem tahriran serta diajarkannya tulis-menulis secara kurikulum madrasah. Hal ini belum pernah terjadi di Pondok Pesantren manapun.

Oleh karena itu, banyak tokoh ulama sekitar yang tidak menyetujuinya karena dianggap sistem tahriran seperti bioskop dan sistem madrasah Tasyabbuh dengan penjajah Belanda, karenanya harus dihindarkan.

Sebenarnya tujuan utama KH. Sanusi hanya ingin mengarahkan bagaimana cara belajar yang efektif. beliau berpikir, jika cara itu dihentikan, maka jelas akan berakibat memperlambat kemampuan bernalar, optimalisasi penguasaan isi materi menjadi tidak sempurna.

Simak biografi lengkapnya di: Biografi KH. Muhammad Sanusi
Simak Chart Silsilah Sanad KH. Muhammad Sanusi

KH. Muhammad Mudarris, SM
KH. Muhammad Mudarris, SM lahir pada tanggal 12 Januari 1952 M. beliau merupakan putra KH. Moh. Sjoleh Imam Kurmain, orang tua beliau keturunan Kyai beras (KH. Hasan Besari) Telagasari, Ponorogo.

KH. Muhammad Mudarris, SM wafat pada hari Minggu, 23 Agustus 2020 Pukul 08.09 WIB di RS Siloam Palembang karena sakit. Jenazah beliau dimakamkan di Komplek Pemakaman di Pondok Pesantren Sabilul Hasanah.

KH. Muhammad Mudarris menikah dengan Nyai Siti Nurjannah, pada tahun 1976 M. Nyai Siti Nurjannah masih keturunan dari Sultan Demak. Yang sebenarnya masih kerabat jauh beliah. Dari pernikahannya, beliau dikaruniai 3 putra dan 7 putri.

Pada masa remaja KH. Muhammad Mudarris, SM banyak menghabiskan waktunya untuk mencari ilmu dari pesantren ke pesantren lain yang menyebar di Pulau Jawa. Dengan berbekalkan niat untuk mendalami ilmu keagamaan tanpa disertai bekal materi yang cukup, beliau belajar di beberapa pesantren yang pada umumnya salafiyyah.

Atas dorongan dari Guru beliau Mbah KH. Imam Muhadi (Alm) Baron Nganjuk, beliau merantau ke Pulau Sumatera, tepatnya di kota Palembang, untuk mengamalkan ilmu yang telah dimilikinya seraya melakukan usaha ekonomi untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Dari pengalaman di dunia usaha itulah pada akhirnya beliau mendapatkan keahlian dalam bidang kontruksi bangunan (Pernah menjadi Kontraktor dan Konsultan Teknik Swasta) dan meubel air.

Simak biografi lengkapnya di: Biografi KH. Muhammad Mudarris, SM
Simak Chart Silsilah Sanad KH. Muhammad Mudarris, SM

KH. Hisyam Abdul Karim
KH. Hisyam Abdul Karim lahir pada tanggal 08 Agustus 1909 M, di Purbalingga, Jawa Tengah. Beliau merupakan putra dari bapak Abdul Karim, seorang Kepala Dusun Sukawarah di Desa Kalijaran. Dan KH. Hisyam Abdul Karim wafat pada Hari Kamis Kliwon, 4 Jumadil Akhir 1410 H / 12 Januari 1989 M.

Guru ngaji pertama beliau adalah ayahandanya sendiri, yakni Kyai Abdul Karim, seorang Kepala Dusun yang juga guru kesenian Rodat, khas Purbalingga. Dari ayahandanya, lalu petualangan keilmuan Kyai Hisyam berlanjut, dari satu pondok ke pondok lain, di sekitar Banyumasan. Semakin banyak belajar, Kyai Hisyam justru merasa ternyata masih banyak ilmu yang belum dipelajarinya.

Kesadaran itu jadi penguat beliau untuk pergi dari Purbalingga menuju Jampes, sebuah dusun di Desa Putih, Kecamatan Gampengrejo, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Di sana beliau nyantri kepada KH. Dahlan, seorang ulama, wali yang dikaruniai ilmu laduni dan juga nyantri kepada KH. Ikhsan. Diasuh dua ulama terkemuka di Ponpes Jampes selama delapan tahun itu, keilmuan Kyai Hisyam semakin dalam terutama di bidang ilmu falak atau astronomi.

Setelah selesai belajar ilmu agama, sekitar 15 tahun dari satu pesantren ke pesantren lain, atas restu guru-gurunya, pada 2 Februari 1929 M. atau Rabu Kliwon, 22 Rajab 1347 H. KH. Hisyam Abdul Karim akhirnya mendirikan Pondok Pesantren Sukawarah yang juga dikenal dengan nama Pondok Pesantren Roudlotus Sholihin. Oleh jamaahnya, beliau biasa dipanggil Mbah Hisyam Kalijaran.

Ketika pada masa perang kemerdekaan, Pesantren Sukawarah Kalijaran menjadi semacam tempat pengaderan para pejuang. Selain mengaji, sebagian dari santri juga dibekali ilmu-ilmu lain seperti baris-berbaris, belajar huruf morse, dan juga belajar pertolongan pertama dalam kecelakaan.

Ketika pada masa perang kemerdekaan, Pesantren Sukawarah Kalijaran menjadi semacam tempat pengaderan para pejuang. Selain mengaji, sebagian dari santri juga dibekali ilmu-ilmu lain seperti baris-berbaris, belajar huruf morse, dan juga belajar pertolongan pertama dalam kecelakaan.

Selain menjadi pengasuh pesantren, KH. Hisyam Abdul Karim juga aktif di Nahdlatul Ulama. Dirinya tercatat pernah menjabat sebagai Rais Syuriah PCNU Purbalingga selama tiga periode, yakni periode tahun 1973-1975, 1975-1978, dan 1978-1983.

Simak biografi lengkapnya di: Biografi KH. Hisyam Abdul Karim
Simak Chart Silsilah Sanad KH. Hisyam Abdul Karim

Mari kita sejenak mendoakan beliau, semoga apa yang beliau kerjakan menjadi amal baik yang tak akan pernah terputus dan Allah senantiasa mencurahkan Rahmat-Nya kepada beliau.

Semoga kita sebagai murid, santri, dan muhibbin beliau mendapat keberkahan dari semua yang beliau tinggalkan.

https://www.laduni.id/post/read/525377/info-harian-laduniid-12-januari-2024.html