Laduni.ID, Jakarta – Hari ini Jum’at, 16 Februari 2024 bertepatan dengan hari lahir Prof. Dr. AG. H. Muhammad Quraish Shihab., Lc., M.A dan hari wafat KH. Ridwan Abdullah, KH. Ahmad Maimun Adnan.
Prof. Dr. AG. H. Muhammad Quraish Shihab
Prof. Dr. AG. H. Muhammad Quraish Shihab., Lc., MA, lahir pada tanggal 16 Februari 1944, di Rappang, Sulawesi Selatan. Beliau merupakan putra keempat dari dua belas bersaudara, dari pasangan Habib Abdurrahman Shihab dan Syarifah Asma Aburisyi.
Masa sekolah dasarnya, seperti dalam situs Pusat Studi Al-Qur’an, diselesaikan di Ujung Pandang. Memasuki sekolah menengah, pada usia 12 tahun, dikirim orang tuanya ke Pondok Pesantren Darul-Hadis Al-Faqihiyyah, Malang, Jawa Timur. Di sini hanya butuh 2 tahun karena dalam waktu singkat sudah mahir berbahasa arab.
Melihat potensinya, ayahnya kembali mengirimnya ke Kairo Mesir, pada usia 14 tahun. Masuk kelas dua I’dadiyah Al Azhar (setingkat sekolah menengah) di Mesir menyelesaikannya dengan baik dan melanjutkannya ke jenjang yang lebih tinggi, mengambil S1, Fakultas Ushuluddin, Jurusan Tafsir dan Hadis, Universitas Al-Azhar.
Pada 2004, Pak Quraish mendirikan Pusat Studi Al-Qur’an dan Pondok Pesantren Bayt Al-Qur’an dan berharap tempat studi ini melahirkan para penafsir Qur’an yang tidak lepas pada zamannya. Tujuannya untuk membumikan Al-Qur’an kepada masyarakat yang pluralistik dan yang penting ingin menciptakan kader mufasir (ahli tafsir) al-Qur’an yang profesional.
Simak biografi lengkapnya di: Prof. Dr. AG. H. Muhammad Quraish Shihab
Simak chart silsilah sanad Prof. Dr. AG. H. Muhammad Quraish Shihab
KH. Ridwan Abdullah
KH. Ridwan Abdullah lahir pada 1 Januari 1884 di Bubutan, Surabaya. ayah beliau adalah KH. Abdullah. Dan KH. Ridwan Abdullah wafat pada16 Februari 1962 di usianya ke 78 tahun. Janazah beliau lalu dimakamkan di pemakaman Tembok, Surabaya.
Sesudah tamat dari Sekolah Dasar Belanda, KH. Ridwan Abdullah nyantri di beberapa pondok pesantren di Jawa dan Madura, di antaranya:
- Pondok Buntet Cirebon,
- Pondok Siwalan Panji Buduran Sidoarjo,
- Pesantren Syaikhona Kholil Bangkalan, Madura.
Di tahun 1901, KH. Ridwan Abdullah pergi ke tanah suci Makkah dan bermukim di sana selama kurang lebih tiga tahun. Di tahun 1911 beliau kembali lagi ke Makkah dan bermukim di sana selama 1 tahun.
KH. Ridwan Abdullah tidak memiliki pesantren. Beliau adalah seorang pendakwah dan pengajar yang pindah sari satu tempat ke tempat yang lain. Dari satu desa ke desa yang lain, dari satu kampung ke kampung yang lain.
Sewaktu KH. Wahab Chasbullah membentuk Nahdlatul Wathan, jauh sebelum NU lahir, Kyai Ridwan adalah pendamping utamanya. Bersama KH. Wahab, KH. Alwi dan KH. Mas Mansur, Kyai Ridwan aktif mengajar di Madrasah Nahdlatul Wathan.
Nama KH. Ridwan Abdullah sendiri, dalam benak banyak orang khususnya warga Nahdliyyin, sangat erat dengan kontribusi beliau menciptakan lambang NU.
Awal mula dikenalnya lambang NU sendiri terjadi ketika perhelatan Muktamar kedua NU di Surabaya tanggal 9 Oktober 1927. Pada saat itu peserta muktamar dan seluruh warga Surabaya tertegun melihat lambang Nahdlatul Ulama yang dipasang tepat pada pintu gerbang Hotel Peneleh. Lambang itu masih asing karena baru pertama kali ditampilkan.
Simak biografi lengkapnya di: KH. Ridwan Abdullah
Simak chart silsilah sanad KH. Ridwan Abdullah
KH. Ahmad Maimun Adnan lahir pada tanggal 22 Juli 1933 di Desa Tanggungan Baureno, Bojonegoro. Beliau merupakan putra ketiga dari delapan bersaudara, dari pasangan KH. Adnan dan Nyai Robi’ah. Dan Pada hari Senin 16 Februari 2015 pukul 17.00 kondisi beliau semakin kritis, suhu tubuhnya sudah semakin dingin dan pukul 22.25 beliau menghembuskan nafas terakhir diusia 82 tahun.
KH. Ahmad Maimun Adnan merupakan sosok seorang Kyai yang mempunyai kharisma tinggi di hadapan santri maupun di mata masyarakat. Memang wibawa dari seorang Kyai di mata para santri dan masyarakat sering dikaitkan dengan sisi keilmuannya.
Demikian pula KH. Ahmad Maimun Adnan, sebelum beliau merintis pondok pesantren Al-Ishlah, terlebih dahulu belajar ilmu agama di berbagai pondok pesantren. Sejak usia delapan tahun, Kyai Maimun kecil sudah diperkenalkan ilmu agama dengan mempelajari ilmu alat terlebih dahulu, yakni ilmu shorof.
Sepulang dari pondok pesantren Poncol Beringin Salatiga, Jawa Tengah, KH. Ahmad Maimun Adnan, pulang kembali ke kampung halaman untuk berdakwah sekaligus menikah. KH. Ahmad Maimun Adnan adalah figur yang bijaksana dan lembut hatinya. Terbukti, pernah suatu hari ada satu rombongan mobil datang ke ndalem beliau untuk bersilaturrahmi.
Selain berkecimpung di Pondok Pesantren Al-Ishlah, KH. Ahmad Maimun Adnan juga berkarir di organisasi NU (Nahdlatul Ulama), bahkan beliau sempat menjabat sebagai Ketua PERGUNU (Persatuan Guru Nahdlatul Ulama) anak cabang Bungah tahun 1964. Setelah kesuksesannya menjadi ketua PERGUNU, KH. Ahmad Maimun Adnan kembali dipercaya sebagai Ketua Lembaga Pendidikan Ma’arif, anak cabang Bungah, Gresik pada tahun 1966.
Simak biografi lengkapnya di: KH. Ahmad Maimun Adnan
Simak chart silsilah sanad KH. Ahmad Maimun Adnan
Mari kita sejenak mendoakan beliau, semoga apa yang beliau kerjakan menjadi amal baik yang tak akan pernah terputus dan Allah senantiasa mencurahkan Rahmat-Nya kepada beliau.
Semoga kita sebagai murid, santri, dan muhibbin beliau mendapat keberkahan dari semua yang beliau tinggalkan.
https://www.laduni.id/post/read/525511/info-harian-laduniid-16-februari-2024.html