Laduni.ID, Jakarta – Hari ini Kamis, 25 April 2024 bertepatan hari lahir KH. Maulana Kamal Yusuf dan hari wafat KH. Bisri Syansuri, KH. Muhammad Al-Maghfur.
KH. Maulana Kamal Yusuf
KH. Maulana Kamal Yusuf lahir pada 25 April 1949 di Paseban Timur, Jakarta Pusat. Beliau merupakan putra dari pasangan KH. Muhammad Yusuf bin Adlin (seorang qori yang sering tampil di RRI Jakarta dan Istana Merdeka pada masa pemerintahan Presiden Soekarno) dengan Nyai Hj. Siti Rohmah (putri KH. Thabbrani, seorang ulama terkenal pada masanya atau yang dikenal dengan nama Muallimin Thabbrani Paseban).
KH. Maulana Kamal Yusuf menempuh pendidikan dasar di Sekolah Rakyat. Kemudian beliau melanjutkannya pendidikannya pada tahun 1962 M, dengan belajar di Pondok Pesantren Gontor, Jawa Timur. Ketika belajar di Gontor, beliau tidak sampai menyelesaikannya karena memilih kembali ke Jakarta tahun 1965 M. Waktu itu orangtuanya khawatir setelah peristiwa 1965.
Selain sibuk menjadi Ra’is Syuriah PWNU DKI Jakarta, beliau juga mengasuh pengajian di Masjid Jami An-Nur, Paseban. Embrio pengajian ini telah lahir sejak tahun 1930-an. Awalnya dirintis oleh Muallim Thabrani Paseban. Menurut KH. Yusuf Aman, pada era ini, Paseban pernah berjaya menjadi pusat pendidikan Islam di Jakarta. Setelah Muallim Thabbrani Paseban Wafat, KH. Maulana Kamal Yusuf Kemudian meneruskan pengajian tersebut sejak akhir tahun 1970-an. Puluhan kitab peninggalan para ulama terdahulu dikaji di majelis ini.
Kepada anak muda NU, beliau mengharapkan agar tetap menjaga ajaran NU seperti yang dicetuskan oleh pendirinya yaitu KH. Hasyim Asy’ari. Oleh karena itu dalam majelis taklim yang beliau sampaikan terutama di hadapan generasi muda, beliau mengupas ajaran Aswaja dengan cara yang mudah diterima dengan mendasarkan diri pada kitab-kitab karya ulama klasik.
Simak biografi lengkapnya di: KH. Maulana Kamal Yusuf
Simak chart silsilah sanad ilmu KH. Maulana Kamal Yusuf
KH. Bisri Syansuri
KH. Bisri Syansuri adalah ulama yang sangat berjasa dalam pendirian Nadlatul Ulama, juga merupakan pendiri dan Pengasuh Pondok Pesantren Mamba’ul Ma’arif Denanyar, Jombang. KH. Bisri Syansuri dilahirkan di Desa Tayu, Kabupaten Pati, Propinsi Jawa Tengah, pada tanggal 28 Dzulhijjah 1304 H/18 September 1886. Beliau merupakan anak ketiga dari pasangan KH. Syansuri dengan Nyai Mariah.
KH. Bisri Syansuri menikah dengan Nyai Hj. Chodidjah dan pada tahun yang sama, kedua suami istri itu kembali ke Tanah Air (1914). Dari pernikahan tersebut KH. Bisri Syansuri dikaruniai sembilan putra-putri.
KH. Bisri Syansuri wafat pada umur 93 tahun, tepatnya pada tanggal 25 April 1980. Beliau dimakamkan di kompleks Pesantren Denanyar (PP Mamba’ul Ma’arif Denanyar, Jombang).
Semasa kecil, KH. Bisri Syansuri belajar pada KH. Abdussalam, seorang ahli dan hafal Al-Qur’an dan juga ahli dalam bidang fiqih. Atas bimbingannya beliau belajar ilmu nahwu, saraf, fiqih, tasawuf, tafsir, hadis. Gurunya itu dikenal sebagai tokoh yang disiplin dalam menjalankan aturan-aturan agama. Watak ini menjadi salah satu kepribadian Kyai Bisri yang melekat di kemudian hari.
KH. Bisri Syansuri kemudian mendirikan pesantren sendiri yang diberi nama Pondok Pesantren Mamba’ul Ma’arif Denanyar, Jombang pada 1917. KH. Bisri Syansuri merupakan salah satu sosok ulama pertama yang mendirikan kelas khusus untuk santri-santri perempuan di pesantren yang didirikannya. Pada saat itu, pesantren yang didirikannya, baru diikuti perempuan-perempuan di desanya. Sang Guru, Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari yang mengetahui hal tersebut, Mbah Hasyim membiarkan dan mendukung apa yang dilakukan oleh muridnya.
Setelah wafatnya KH. Abdul Wahab Chasbullah 1971, KH. Bisri Syansuri diangkat sebagai Rais Aam Syuriah pimpinan tertinggi Nahdlatul Ulama. Saat ketika NU bergabung dengan Partai Persatuan Pembangunan beliau pernah menjabat sebagai Ketua Majlis Syuro. KH. Bisri Syansuri terpilih menjadi anggota DPR hingga tahun 1980.
Simak biografi lengkapnya di: KH. Bisri Syansuri
Simak chart silsilah sanad ilmu KH. Bisri Syansuri
KH. Muhammad Al-Maghfur
KH. Muhammad Al-Maghfur lahir pada tahun 1928 M di kampung Nyalempet, Cilaku, Cianjur, Jawa Barat. Beliau merupakan putra dari pasangan H. Sukandi bin H. Mansur dengan Hj. Umi Kulsum binti H. Nawawi.
Pada umur 21 tahun KH. Muhammad Al-Maghfur menikah dengan seorang gadis asal Cijambe, Cibaregbeg, Cibeber, Cianjur yang bernama Nyai Hj. Fatimah Masbarah binti Abdurrohim (H. Zakaria) bin H. Sapandi, padatanggal 4 Oktober 1949 M bertepatan dengan tanggal 11 Dzul Hijjah tahun 1368 H.
KH. Muhammad Al-Maghfur wafat pada tanggal 25 April tahun 1993 atau bertepatan pada hari Sabtu 2 Dzul Qa’dah 1413 H di Cijambe, Cibaregbeg, Cibeber, Cianjur, Jawa Barat.
Setelah fasih membaca Al-Qur’an KH. Muhammad Al-Maghfur belajar nyantri ke KH. Muhammad Musoffa Yahya di Nyalempet. Yaitu, ayah dari Aa Nyalempet KH. Ahmad Shofiullah. Di sana KH. Muhammad Al-Maghfur mengkhatamkan Kitab Safinah Al-Naja karya Syaikh Salim bin Sumair Al-Hadromi yang makamnya di belakang Masjid Al-Makmur, Tanah Abang, Jakarta Pusat, dan kitab Tijan Al-Darori karya Syaikh Nawawi Al-Bantani yang makamnya di Al-Ma’la, Makkah Al-Karamah.
KH. Muhammad Al-Maghfur mendirikan pesantren di Cijambe, Ciberegbeg, Cibeber, Cianjur setelah beliau menyelesaikan belajar di Cilaku sekitar tahun 1951 dan beliau pada saat itu berumur 23 tahun. Pesantrennya tidak diberi nama, tapi para santri datang dari berbagai penjuru meski tanpa publikasi. KH. Muhammad Al-Maghfur selain mengajar santri mempunyai lima majelis pengajian umum yang tidak pernah ditinggalkannya sampai akhir hayat.
Simak biografi lengkapnya di: KH. Muhammad Al-Maghfur
Simak chart silsilah sanad ilmu KH. Muhammad Al-Maghfur
Mari kita sejenak mendoakan beliau, semoga apa yang beliau kerjakan menjadi amal baik yang tak akan pernah terputus dan Allah senantiasa mencurahkan Rahmat-Nya kepada beliau.
Semoga kita sebagai murid, santri, dan muhibbin beliau mendapat keberkahan dari semua yang beliau tinggalkan.
https://www.laduni.id/post/read/525783/info-harian-laduniid-25-april-2024.html