Laduni.ID, Jakarta – Hari ini Senin, 25 Maret 2024 bertepatan dengan hari wafat KH. Abdul Kholiq Afandi dan KH. Nahduddin Royandi Abbas.
KH. Abdul Kholiq Afandi
KH. Abdul Kholiq Afandi lahir pada hari Jum.at Legi tanggal 18 Syawal 1355 H/1 Januari 1937 M, di Desa Tritunggal, Kecamatan Babat, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur. Beliau merupakan putra ketiga dari 11 bersaudara, dari pasangan KH. Nur Salim dengan Nyai Kasiyat putri H. Siroj atau Kamso.
KH. Abdul Kholiq Afandi wafat pada Kamis legi 5 shafar 1425 H/25 Maret 2004 M ba’da Ashar. Beliau meninggal dunia di rumah sakit Islam Nasrul Ummah Lamongan. Jenazah beliau dimakamkan setelah shalat Jum’at di sebelah timur Pondok Putra Nurus Siroj. Hingga kini masih sangat banyak masyarakat dari berbagai kalangan berdatangan untuk ziarah dan memberikan penghormatan kepadanya.
Putra KH. Nur Salim bernama KH. Abdul Kholiq Afandi ini memang sudah kelihatan memiliki keunggulan sejak usia remaja. Seperti ketekunan, kerja keras, kepemimpinan dan kemauan yang keras untuk mencapai cita-cita. Kyai Abdul Kholiq meninggalkan rumah untuk menimba ilmu pada awal tahun 1950-an, berangkat menuju rumah KH. Abdul Hadi Zahid, saat itu menjadi Pengasuh Pesantren Langitan, Tuban, Jawa Timur.
Pada awalnya, ayah beliau, KH. Nur Salim tidak berkehendak mendirikan pesantren secara institusi seperti umumnya santri KH. Hasyim Asy’ari saat itu, cukup mendirikan mushala untuk berjamaah dan mengajar ngaji bagi masyarakat yang membutuhkannya. Itupun masih sangat sederhana, ngaji sorogan, bandongan sampai beliau wafat pada tanggal 09 Ramadhan 1386 H atau 22 Desember 1966 M.
Dalam pengabdianya dan menyebarkan ilmunya, KH. Kholiq tetap berusaha menata ekonomi keluarga, di antaranya mendirikan usaha-usaha seperti membuka toko di pasar Moropelang (1966), membuat penggilingan padi/selep (1980) di beberapa daerah, membuat setrum aki (1981), dan mendirikan pabrik tahu (1983).
KH. Abdul Kholiq Afandi termasuk seorang yang mempunyai kecintaan yang sangat dalam kepada tanah kelahiranya, seorang tokoh masyarakat yang mengabdikan hidupanya untuk desa tempat kelahirannya. Banyak kemajuan-kemajuan Desa Tritunggal berkat langkah-langkah strategisnya.
Simak biografi lengkapnya di: KH. Abdul Kholiq Afandi
Simak chart silsilah sanad ilmu KH. Abdul Kholiq Afandi
KH. Nahduddin Royandi Abbas
KH. Nahduddin Royandi Abbas atau yang kerap disapa dengan panggilan Mbah Din lahir pada tahun 1935 di Pondok Pesantren Buntet Cirebon. Beliau merupakan putra dari KH. Abbas Abdul Jamil dari istrinya yang kedua Nyai Hajjah I’anah.
Sesepuh Pondok Pesantren Buntet, KH. Nahduddin Royandi Abbas menghembuskan nafas terakhir di Barnet Community Hospital, London, Inggris, Rabu, 25 Maret 2018. Beliau wafat pada usia ke-84 tahun.
Pendidikan beliau dimulai dari lingkungannya sendiri di Pondok Pesantren Buntet. Sebagai anak bungsu, beliau bersama kakak-kakaknya melanjutkan pendidikannya dengan mondok di Pesantren Lirboyo, dalam asuhan KH. Abdul Karim. Saat mondok di Lirboyo, konon ada satu kisah, saat beliau bermain, KH. Abdul Karim sungkan mengganggunya mengingat beliau salah satu putra Kyai Abbas, sosok penting pendirian Pondok Pesantren Lirboyo.
Selepas itu, beliau merantau jauh ke Makkah Al-Mukarramah. Di sana, beliau mengaji pada Musniduddunya Syekh Yasin Al-Fadani dan Syekh Hamid Al-Banjari.
Di Saudi, beliau juga sempat menjadi pembimbing haji. Padahal saat itu, beliau masih usia 20 tahun. Untuk memuluskan pekerjaannya itu, beliau meminta sejumlah kain batik ke pengurus haji dari pemerintah Indonesia. Lalu beliau bagikan ke petugas haji dari Saudi. Mereka merasa senang dengan pemberian kain batik itu sehingga memudahkan Mbah Din muda untuk melaksanakan tugasnya sebagai pembimbing haji di sana.
Setahun sekali beliau pulang ke Indonesia sepeninggal kakaknya, KH. Abdullah Abbas. Beliau meneruskan tongkat estafet kepemimpinan Pesantren Buntet sejak tahun 2007. Tiba di Jakarta, beliau beberapa hari istirahat di kediaman putranya di Pejaten, Jakarta Selatan. Sejak tahun 2014, penulis selalu menyempatkan sowan ke beliau.
KH. Nahduddin Royandi Abbas senantiasa mengingatkan pentingnya ikhlas, jujur, dan tawadlu. Pesan itu disampaikan berulang kali dalam setiap momen. Tiga hal itu, sepertinya, pondasi penting Mbah Din dalam berkehidupan.
Simak biografi lengkapnya di: KH. Nahduddin Royandi Abbas
Simak chart silsilah sanad ilmu KH. Nahduddin Royandi Abbas
Mari kita sejenak mendoakan beliau, semoga apa yang beliau kerjakan menjadi amal baik yang tak akan pernah terputus dan Allah senantiasa mencurahkan Rahmat-Nya kepada beliau.
Semoga kita sebagai murid, santri, dan muhibbin beliau mendapat keberkahan dari semua yang beliau tinggalkan.
https://www.laduni.id/post/read/525694/info-harian-laduniid-25-maret-2024.html