Laduni.ID, Jakarta – Dr. Elisabeth Kubler-Ross dalam bukunya yang berjudul “On the Death and Dying” (1969) menjelaskan lima tahap kesedihan, yaitu Denial-Anger-Bargaining-Depression-Acceptance atau biasa disebut Model Kuber-Ross.
Denial
Tahap ini merupakan tahap penyangkalan atau penolakan, di mana individu tidak menyangkal bahwa hal buruk telah terjadi. Individu berpura-pura bahwa tidak terjadi apapun, sehingga individu pada tahap ini akan menolak kesedihan. Contoh: Ayah Budi meninggal dunia, Budi menolak fakta tersebut dengan berpura-pura bahwa Ayahnya masih hidup.
Anger
Setelah menolak kesedihan, individu akan melampiaskan kesedihannya dalam bentuk marah. Saat marah, individu cenderung menyalahkan orang lain atau benda mati di sekitarnya. Individu akan merasakan kepedihan apabila diacuhkan saat menunjukkan rasa marahnya. Contoh: Budi menyalahkan Ibunya sebagai penyebab kematian Ayahnya.
Bargaining
Pada tahap ini, individu akan melakukan penawaran terhadap kesedihan yang dialaminya. Individu berandai-andai kemungkinan yang seharusnya dilakukan sebelum hal buruk itu terjadi atau hal yang akan ia lakukan apabila hal buruk berhenti terjadi. Contoh: Budi berkata “andai saja Ibu dapat menjaga Ayah dengan baik, hal ini tidak akan terjadi,” atau “apabila Ayah dapat hidup kembali, aku akan memperlakukannya dengan baik.”
Depression
Depresi dalam tahap ini bukanah depresi dalam artian gangguan mental, melainkan keadaan individu kembali ke realita. Individu merasa sangat tidak beruntung atas musibah yang dialami. Contoh: Budi mulai merasakan kesedihan dan selalu merenungi musibah yang menimpa dirinya.
Acceptance
Tahap terakhir adalah tahap penerimaan dimana individu menyadari bahwa yang hilang tidak dapat kembali lagi. Individu sadar bahwa ia harus melaluinya dan belajar atas musibah yang menimpanya dan ia tetap harus melanjutkan hidupnya dengan baik. Contoh: Budi menyadari Ayahnya telah meninggal dan Budi melanjutkan hidupnya dengan bekerja secara optimal.
Beberapa pakar mengatakan urutan tahap ini akan berbeda pada tiap-tiap individu, artinya bisa terjadi secara berurutan dan secara acak. Namun pada umumnya individu tetap akan melewati lima fase ini sebelum akhirnya terjadi penerimaan.
Referensi:
Kamus Besar Bahasa Indonesia
Goleman, D. (1999). Kecerdasan emosional. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Oleh: Rakimin Al-Jawiy – Dosen Psikologi Islam Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia dan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Editor: Daniel Simatupang
https://www.laduni.id/post/read/72734/ini-dia-lima-tahap-kesedihan-yang-harus-kalian-ketahui.html