Inilah 9 Ciri dan Cara Belajar Kepada Seorang Mursyid

Laduni.ID, Jakarta – Berbahagialah orang yang sudah menemukan guru pembimbing setingkat Mursyid. Dengan itu, seseorang itu dapat mudah mempelajari ilmu Tasawuf termasuk ilmu Tarekat, Hakikat dan Ma’krifat. Hadis Nabi Muhammad SAW:

مَنْ لاَشَيْخٌ مُرْشِدٌ لَهُ فَمُرْشِدُهُ الشَّيْطَانُ

Artinya: “Barangsiapa yang tiada Mursyid (Guru) yang memimpinnya ke jalan Allah, maka syaitanlah yang menjadi gurunya”.

Namun mendapatkan guru setingkat Mursyid ini ternyata tidaklah mudah. Oleh karena itu ada baiknya memahami dulu bagaimana arti terkait seorang Mursyid itu, karakter dan cara untuk mendapatkan ilmu darinya.

Pengertian Mursyid.

Bila dipahami secara mendalam, bahwa belajar ilmu tiada salahnya kepada siapapun. Orang yang belajar ilmu Allah SWT akan menyadari dirinya bodoh dan selalu tawadhu’ kepada Allah SWT dan orang lain.

Kadang kala disadari kebenaran tidaklah selalu datang kepada orang yang berpangkat atau hebat, malah didapat dari orang awam biasa. Orang yang diberikan ilmu Allah SWT bukan pada penampilan fisik berupa pangkat kekayaan, namun Ilmu Allah SWT hanya akan bersemayam kepada insan yang memiliki hati, iman dan selalu bertawakal. Sabda Nabi Muhammad SAW:

Artinya: “Barang siapa yang dikehendaki Allah menjadi baik, maka Allah akan memberikan kecerdasan pemahaman sebaik-baiknya dalam hal agama.” (HR Bukhari)

Diberikan atau tidaknya ilmu Allah SWT kepada seseorang adalah hak Allah, dan Allah yang menentukan sendiri bagaimana seseorang itu dapat menguasai ilmunya. Karena itu jelas ada orang yang dilebihkan atas insan yang satu dengan lainnya terkait dengan penguasaan ilmu Allah, dan disitulah Mursyid berada sebagai orang yang diberi kelebihan baik derajat dan kemuliaan terkait ilmu Allah SWT.

Ciri dan karakter seorang Mursyid.

Karena itu untuk mendapatkan guru setaraf Mursyid tidaklah mudah, Allah-lah yang menunjukkan sesuai kadar niat atau kesungguhan dan tingkatan keimanan seseorang serta ibadah yang dilakukannya. Beberapa ulama memberikan karakter sebagai berikut:

1. Sederhana, tidak selalu terkenal cenderung tersembunyi.

Ulama Mursyid tidak selalu sama dengan ulama yang dikenal luas atau terkenal, malah kadang-kadang tempatnya terpencil dan posisinya sangat sederhana serta selalu tawadhu. Ada sebahagian malah disembunyikan Allah.

2. Ucapannya terbuka, tidak mau benar sendiri.

Lalu kalimat yang terucap lebih banyak terbuka, tidak pernah menunjuk dirinya saya atau aku, apalagi mau benar sendiri. Semua hanya karena Allah SWT dan ajarannya memberi kesejukan di hati.

3. Memiliki ilmu hikmah.

Memiliki ilmu hikmah dalam artinya, mampu membaca ayat-ayat (Tafsir) terkait ciptaan dan kejadian Allah SWT yang terjadi di langit, bumi dan seisinya.

4. Mampu mengungkap rahasia Allah SWT.

Seorang Mursyid memiliki kemampuan mengungkap kerahasian Allah SWT (Terutama kalam Allah yang tidak berhuruf, bertulis dan bersuara). Dengan demikian ilmunya tidak selalu sarat periwayatan dan dalil-dalil yang panjang melainkan ringkas dan sederhana (Mudah dihadam) yang semuanya merupakan kebenaran yang Haq.

5. Suluk mungkin berbeda, tetapi intinya mengajak dekat kepada Allah SWT

Seorang Mursyid membawakan jalan atau cara (Suluk) kepada salik yang berbeda, tidaklah selalu sama namun hakikatnya mengajak diri untuk lebih dekat kepada Allah SWT.

6. Sebagai pewaris Nabi.

Sebagai pewaris Nabi, biasanya memiliki silsilah atau keturunan kuat dan hanya diketahui diantara sesama Mursyid, sehingga ilmu ini terjamin kesahihannya, selalu diturunkan antara mursyid yang satu dengan penerusnya dan itu dijamin tetap ada sepeninggal Nabi Muhammad SAW atau hingga akhir zaman.

7. Memiliki karomah.

Didalam masa perjuangan Mursyid setaraf aulia dan wali tidak pernah marasa takut dan gentar dengan kurnia Allah SWT yang berupa karomah yang dimilikinya. Firman Allah  SWT:

Artinya: “Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (Pula) mereka bersedih hati.” (QS Yunus : 62)

8. Memiliki firasat yang tajam.

Kedekatannya kepada Allah SWT menjadi wajar bila seorang mursyid sebagaimana orang sholeh memiliki kemampuan dapat mengetahui beberapa hal yang tersembunyi terkait diri kita, bahkan dia akan tahu jauh sebelum kedatangan kita. Hal itu dikarenakan seorang mursyid itu memiliki firasat mengetahui rahasia Allah SWT yang diberikan kepadanya tentang suatu hal atau kejadian dari makhlukNya.

Sesuai hadis: Dari Abu Said Al Khudri, bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Takutlah terhadap firasat seorang mukmin, sebab ia melihat dengan cahaya Allah, kemudian membaca ayat Inna fi dzalika li ayatin lilmutawassimin.”(HR Tirmidzi)

9. Menyendiri tidak bergantung kepada orang lain.

Mampu hidup dirinya sendiri dengan keyakinan yang kuat pada rezeki Allah SWT, sehingga tidak bergantung kepada orang atau kelompok lain. Ini yang disebut “Iffah”, artinya dapat mencukupi dirinya dan memiliki keyakinan yang kuat akan rezeki Allah SWT kepadanya.

Cara belajar kepadanya.

Bila karakter ini ditemukan, tetapkan dan niatkan untuk belajar kepadanya, niatkan untuk patuh kepadanya. Patuh adalah syarat atau adab untuk mendapatkan ilmu batin ini. Mursyid adalah orang yang dicintai Allah SWT karena dengan mencintai orang yang dicintai Allah SWT maka Allah SWT akan menyayangi kita.

Beberapa kisah kepatuhan luar biasa pernah ditunjukkan seperti Sunan Kalijaga, Syekh abdul Qadir Jaelani dan Imam Syafi’i.

Hanya kepatuhan kepada Mursyid yang mampu melatih diri kita untuk patuh kepada Allah ﷻ. Mursyidlah yang mengajarkan kita mampu membuka hijab pada diri kita sendiri dan kemampuan untuk memandang kebesaran dan keagungan Allah ﷻ melalui tali perhubungan hikmah yang disampaikannya.

Hadis Nabi Muhammad SAW:

عن دود عن ابن مسعود قال رسول الله ص م : كُنْ مَعَ اللهِ وَاِنْ لَمْ تَكُنْ مَعَ اللهِ فَكُنْ مَعَ مَنْ كَانَ مَعَ اللهِ فَإِنَّهُ يُوْصِلُكَ اِلَى اللهِ

Artinya: “Sertakan dirimu kepada Allah, jika kamu belum dapat menyertakan dirimu kepada Allah, maka sertakanlah dirimu kepada orang yang telah serta Allah, maka ia akan menyampaikan kepada kamu pengenalan kepada Allah.” (H.R. Abu Dawud)

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَابْتَغُوا إِلَيْهِ الْوَسِيلَةَ وَجَاهِدُوا فِي سَبِيلِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah wasilah / jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya dan berjihatlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan.” (QS. al Maidah : 35)


Source: anangbanjar_22

https://www.laduni.id/post/read/74592/inilah-9-ciri-dan-cara-belajar-kepada-seorang-mursyid.html