Read Time:4 Minute, 51 Second
Oleh Evy Aldiyah | Guru IPA di SMP Negeri 202 Jakarta
RUMAHBACA.ID – Menghabiskan weekend dengan menyaksikan film musikal Mary Poppins bareng keluarga besar memang seru. Apalagi dengan stoples berisi kacang mete dalam pelukan. Sepanjang film diputar, tiada henti tangan ini memindahkan kacang mete dari dalam stoples ke mulut.
Tengah asyik mengunyah kacang mete tiba-tiba, aku tersedak. Keponakan kecilku nyeletuk bahwa kacangnya enak dan menanyakan seperti apa pohon kacang mete. Orang lagi asyik dengan tontonan kok bisa-bisanya dia bertanya hal di luar cerita film. Ah dasar anak kecil, mungkin rasa kacang mete itu terlalu dia nikmati.
Aku minta dia menyaksikan dulu film tersebut sampai habis. Adegan saling lempar buah sungguh sayang jika dilewatkan. Selesai menyaksikan Mary Poppins aku dekati keponakan kecilku itu, lalu aku jelaskan sedikit tentang pohon kacang mete. Mungkin pembaca juga ada yang bertanya-tanya seperti apa pohon kacang mete. Mari bicara kacang mete.
Kacang mete bukanlah jenis kacang seperti camilan kacang yang biasa dimakan, loh. Berbeda dengan kacang tanah yang bisa di dapat dari dalam tanah, kacang mete justru didapat dari biji sebuah buah. Adalah buah jambu monyet atau yang dikenal dengan jambu mete. Hanya saja, jambu monyet ini pun bukanlah dari keluarga tumbuhan yang berjenis jambu.
Secara ilmiah, jambu monyet bukan termasuk keluarga jambu-jambuan (Myrtaceae). Bukan pula dari keluarga kacang-kacangan (Fabaceae), meskipun salah satu produknya adalah kacang mete. Jambu monyet justru termasuk dalam keluarga mangga-manggaan (Anacardiaceae). Jambu monyet sendiri memiliki nama ilmiah Anacardium occidentale, dan merupakan tanaman asli dari Brazil, Amerika Selatan. Nah, pohon jambu monyet ternyata masih satu keluarga dengan pohon mangga ya, para pembaca yang budiman.
Masih dalam rangka menghabiskan weekend dengan keluarga, keesokan harinya aku mengajak keluarga berolahraga pagi di Ragunan Zoo, tempat yang asri dan indah dengan area yang sangat luas. Pada area belakang memang sudah diperuntukkan bagi para pengunjung yang ingin berolahraga jalan sehat, jogging, senam, ataupun bersepeda. Hingga pada suatu area dengan pepohonan yang tidak terlalu rapat kudapati ada tiga pokok pohon jambu monyet yang tidak terlalu tinggi. Tampak ada beberapa buah kecil yang muncul pada salah satu ujung batangnya. Yang tampak adalah sedikit bagian keras berwarna coklat berada pada bagian luar buah.
Bagai seorang tour guide aku menjelaskan tentang jambu monyet kepada anak-anak, terutama pada keponakan kecilku, agar bertambah wawasan mereka. Lantas kenapa buahnya dinamakan jambu monyet? Dengan posisi yang disebut sebagai biji berada di bawah buahnya jadi seperti kepala monyet yang bergelantungan terbalik. Itulah sebabnya ia dinamakan jambu monyet. Mungkin juga para monyet menyukai buah ini, makanya dinamakan buah jambu monyet.
Pembaca ingin tahu lagikah? Ada kisah, mungkin lebih tepat disebut dongeng, yang tidak terlalu masyhur tentang asal mula buah jambu monyet ini. Yuk simak.
Ceritanya dulu di pulau Jawa ada anak durhaka yang dikutuk ibunya menjadi buah jambu monyet. Konon diceritakan ada seorang ibu yang memiliki anak laki-laki yang sering memimpikan hal-hal yang tidak masuk akal. Dengan wajah yang tidak tampan, anak laki-lakinya itu banyak sekali keinginannya tetapi malas bekerja.
Suatu malam dia bermimpi menikah dengan seorang wanita cantik. Dia ingin mewujudkan mimpinya itu. Lalu meminta ibunya untuk bekerja keras untuk melakukan perawatan wajahnya hingga menjadi tampan, agar bisa menikahi wanita cantik. Setelah bertemu dengan seorang wanita cantik yang ditaksirnya, ternyata wanita itu menolaknya. Dia kecewa, mengurung diri dalam kamar dan terus meratapi wajahnya.
Dia pun memaki sang ibu sepanjang hari karena tidak mampu mengubah wajahnya menjadi tampan, meski sudah dilakukan perawatan. Hingga suatu hari sang anak tidak mendapati sang ibu di rumah dan dia menyusul ke kebun sambil terus memaki maki ibunya. Melihat kelakuan anak laki-lakinya itu, sang ibu naik pitam. Di bawah sebuah pohon sang ibu lalu mengutuknya menjadi buah jambu monyet.
Begitulah hingga cerita tentang jambu monyet menyebar. Makanya orang tua zaman dulu sering bilang ke anaknya, “Nek durhaka, dadi jambu kunyuk kowe lho”. Yang artinya kira-kira begini pembaca yang budiman, “Kalau durhaka, nanti jadi jambu monyet kamu lho”, untuk menakut-nakuti agar anak menurut pada orang tua.
Bentuk buah jambu monyet juga sangat khas ya, pembaca. Biji berada di bawah buahnya jadi seperti kepala monyet yang bergelantungan terbalik. Buahnya berasa asam manis dan sepetnya sungguh luar biasa. Selain itu, kulitnya juga banyak mengeluarkan getah yang berasa pahit. Getahnya juga tajam dan dapat membuat iritasi pada kulit. Ada rasa sensasi terbakar bila getahnya mengenai bibir dan rongga mulut.
Kadangkala buah jambu monyet ini membuat bingung, bagian mana sebenarnya yang dianamakan buah. Para pembaca yang budiman, bagian menonjol berwarna coklat dan berbentuk ginjal itulah yang merupakan buahnya, yaitu buah sejati. Sementara bagian lunak berair berwarna kuning, oranye, ataupun merah, itu adalah buah semu. Buah semu itu adalah dasar bunga yang mengembang setelah terjadinya pembuahan. Buah semu ini mirip dengan jambu bol yang berwarna merah. Jadi yang kita sebut sebagai biji jambu monyet itulah sebenarnya buah sejati.
Buah jambu monyet banyak mengandung vitamin C, mineral kalsium, fosfor, dan besi, serta lebih dikenal dalam hal pengobatan seperti obat sariawan dan obat diare. Daun tanaman yang masih muda banyak mengandung air, vitamin A dan C, juga mengandung mineral besi, fosfor, dan kalsium.
Daunnya memiliki aroma yang khas seperti halnya daun mangga, dan lebih sering dimanfaatkan sebagai lalapan. Hayoo, siapa di sini yang suka makan lalap daun jambu monyet? Untuk buah yang sudah tua dibiarkan jatuh sendiri dari pohonnya hinga getahnya mengering. Setelah itu barulah buah dipungut dan diolah menjadi camilan kacang mete yang mahal harganya. Daging buah semu dan daun-daun yang sudah tua sering digunakan sebagai pakan ternak.
Nah para pembaca yang budiman, itulah sekilas cerita tentang jambu monyet yang bukan jambu. Pohon jambu monyet sudah terbilang sebagai pohon yang cukup langka dan sulit ditemui. Tidak seperti pohon mangga ataupun pohon nangka. Seyogyanyalah kita turut menumbuhkembangkan pohon jambu monyet ini, meskipun memang bukan tanaman asli Indonesia.
Sambil berolahraga gembira kuingatkan anak-anak tentang “Nek durhaka, dadi jambu kunyuk kowe lho”. Bisa aja nih monyet. Eh, jambu monyet.[]