Jasser Auda, Maqashid, dan Tamsil Lalu Lintas

Salah satu pemikir kontemporer yang getol mengkaji maqashid syari’ah adalah Jaseer Auda. Bahkan ia menulis beberapa buku yang secara khusus membahas maqashid.

Yang menarik, dalam buku Maqashid Syari’ah A Beginner’s Guide, Auda menjelaskan maqashid dengan tamsil lalu lintas.

Auda membuka penjelasannya tentang maqashid, dengan membincang tingkatan mengapa/alasan (the levels of why), dengan tamsil percakapan seorang anak dengan ayahnya ketika berada di jalan raya.

Cerita diawali dengan sikap ayah yang memilih berhenti saat lampu merah rambu-rambu lalu lintas menyala.

“Kenapa ayah berhenti,” tanya anak tersebut dengan polos.

“Karena lampu merah menyala, dan itu menandakan harus berhenti,” jawab ayah.

Namun anak itu tidak puas. Ia masih bertanya lagi, kenapa kalau lampu merah menyala, harus berhenti.

Ayahnya menjelaskan, jika tetap melanjutkan perjalanan, maka akan ditilang oleh polisi.

“Kenapa demikian?,” tanya anak tersebut lagi.

Ayahnya pun menjawab lagi, bahwa menerjang lampu merah bisa menimbulkan bahaya.

“Kenapa bahaya?,”

“Iya bahaya, karena bisa menyakiti orang lain, dan sebagaimana kita, orang lain juga tidak ingin tersakiti. Bukankah Nabi Muhammad juga memerintahkan mencintai orang lain sebagaimana mencintai diri sendiri?,” ayahnya menjelaskan.

Anak tersebut masih melanjutkan pertanyaanya.

“Kita, manusia, itu sama. Tuhan adalah Maha Adil, yang menjadikan kita memiliki hak yang sama,” jawaban pamungkas ayah.

Baca juga:  Salat Jumat di Gereja

Pertanyan mengapa (why) sebagaimana diilustrasikan dalam kisah di atas, menurut Auda, kurang lebih sama dengan pertanyaan apa itu maqashid.

Di momen Idulfitri ini, kita semua berlalu lalang di jalan. Tamsil ini bisa menjadi refleksi kita untuk lebih hati-hati.

Semoga perjalan mudik atau balik kita lancar semua. Aamiin.

Katalog Buku Alif.ID

https://alif.id/read/zaim-ahya/jasser-auda-maqashid-dan-tamsil-lalu-lintas-b249214p/