Laduni.ID, Jakarta – Beberapa waktu lalu, kami rombongan beranggotakan tujuh orang mengunjungi Jombang. Empat dari kami adalah tim Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) dan tiga lainnya dari Yayasan Warisan Naskah Nusantara (Warna Nusantara). Selama beberapa hari tinggal di Jombang, kami menemukan banyak hal menarik terkait arsip, budaya, dan fragmen sejarah kota santri ini.
Setelah bertemu dengan keluarga dan pimpinan Pesantren Tebuireng, yaitu Gus Riza Yusuf dan KH. Abdul Hakim Mahfudz, kami melanjutkan diskusi dengan inisiator Titik Nol Soekarno, Binhad Nurrohmat. Pertemuan kami bukan sekadar diskusi, seorang budayawan kondang ini juga mengajak kami mengunjungi lokasi kelahiran Presiden pertama Indonesia yang ternyata hasil penelusurannya membuktikan terletak di Ploso, Jombang.
Selama perjalanan dari Tebuireng ke Ploso, kami disuguhi berbagai kisah lisan mengenai sejarah Bung Karno menurut riwayat masyarakat Jombang. Setibanya di lokasi, kami menyaksikan suasana “Gang Buntu,” tempat menuju reruntuhan bekas rumah Bung Karno, serta sumurnya yang masih utuh, dan titik di mana ari-ari Sang Proklamator ditanam.
Pengalaman ini mengingatkan akan penelusuran saya beberapa tahun lalu yang mengungkap betapa eratnya hubungan Soekarno dengan Jombang. Hubungan yang dalam ini tampak jelas dari warisan sejarah dan budaya yang masih terjaga di kota santri ini.
Sowan Kyai Hasyim
Salah satu tokoh sentral dari Jombang adalah Hadratussyaikh (Mahaguru) KH. M. Hasyim Asy’ari, atau Kyai Hasyim. Sebagai seorang eksponen Haramain yang memegang mata rantai keilmuan hadis di Nusantara, Kyai Hasyim meninggalkan warisan yang sangat berharga. Warisannya meliputi karya tulis, pendirian Pesantren Tebuireng, Nahdlatul Ulama (NU), dan keturunan hebat seperti KH. A. Wahid Hasyim dan KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur).
https://www.laduni.id/post/read/526194/jejak-relasi-bung-karno-dengan-kyai-hasyim-asyari.html