Laduni.ID, Jakarta – Saya mendengar Habib Ali Al-Jufri pernah menyampaikan kisah menarik tentang Syaikh Said Ramadhan Al-Buthi. Saya catat sebagaimana terjemahannya di dalam bahasa Indonesia berikut ini:
Ini adalah kesaksian yang akan saya tanggung jawabkan di hadapan Allah. Sungguh jika bukan karena majelis ini adalah majelis ilmu, maka saya akan sebutkan nama-nama tokoh besar yang akan saya ceritakan ini.
Sebelum terjadinya pergolakan revolusi di Timur Tengah yang banyak menumpahkan darah, saya melihat dengan mata saya dan mendengar dengan telinga saya sendiri apa yang dilakukan dan dikatakan oleh banyak figur dan tokoh di hadapan para penguasa saat ada pertemuan, baik dalam rangka muktamar atau undangan acara tertentu.
Di banyak pertemuan itu, saya mendengar mereka memuji para penguasa dangan pujian yang berlebihan. Ada yang sampai membuat bait-bait puisi pujian untuk disampaikan langsung di hadapan penguasa. Bahkan ada tokoh yang terus memuji seorang pengusa di banyak pertemuan. Mereka melampaui batas wajar dalam memuji pemimpin, sampai saya “takjub” dengan keberanian mereka memuji dengan cara yang merendahkan nilai ilmu mereka di hadapan pemimpin. Betapa memalukan hal itu.
Lalu yang saya sayangkan adalah bahwa kemudian mereka menghina para penguasa ini di hadapan publik, dan juga tanpa malu mensyukuri tumbangnya kekuasaan mereka.
Saya temukan keadaan yang sangat berbeda pada sosok guru saya, Syaikh Ramadhan Al-Buthi As-Syahid