Kemuliaan Bulan Muharram dan Amalan yang Dianjurkan di Dalamnya

Laduni.ID, Jakarta – Seiring dengan berputarnya bumi, waktu, hari, tanggal dan tahun pun berlalu dengan begitu cepat. Beberapa waktu silam, kita telah melewati momen-momen yang luar biasa, di dalamnya berisi karunia ilahi bagi siapa yang menggapainya semata-mata karena Allah SWT.

Di Bulan Dzulhijjah terdapat waktu, serta hari yang penuh dengan karunia yang Allah SWT anugerahkan kepada hamba-Nya. Ada hari Tarwiyah, Arafah, dan diakhiri dengan hari Raya Idul Adha.

Tak terasa, kita pun telah kembali memasuki tahun baru dalam kalender Islam, yaitu bulan Muharram. Bulan Muharram adalah bulan yang agung, karena karunia dan kemuliaan di dalamnya berlimpah ruah.

Muharram merupakan bulan yang paling utama untuk berpuasa setelah bulan Ramadhan, lalu diiringi dengan Rajab, Dzulhijjah, Dzulqo’dah dan Sya’ban.

Di bulan ini pula dianjurkan untuk bersemangat dalam melaksanakan amalan berupa puasa, membaca dzikir, membaca doa awal tahun dan amalan-amalan lain yang spesial dikerjakan pada Hari Asyura’ (10 Muharram).

Dalam sebuah Hadis yang diriwayatkan oleh Al-Hafidz Ibnu Hajar dari Hafshah Radiyallahu ‘anha, Nabi Muhammad SAW bersabda:

مَنْ صَامَ آخِرَ يَوْمٍ مِنْ ذِي الْحِجَّةِ وَأَوَّلِ يَوْمٍ مِنَ الْمُحَرَّمِ جَعَلَهُ اللهُ تَعَالَى لَهُ كَفَّارَةٌ خَمْسِيْنَ سَنَةً. وَصَوْمُ يَوْمٍ مِنَ الْمُحَرَّمِ بِصَوْمِ ثَلَاثِيْنَ يَوْمًا.

“Siapa yang berpuasa di akhir bulan Dzulhijjah dan di awal bulan Muharram, maka Allah SWT menjadikan hal tersebut pengampunan baginya selama 50 tahun. Dan puasa sehari di bulan Muharram, setara dengan puasa 30 hari di bulan lainnya.

Dalam keterangan lain, Imam Al-Ghazali menulis di dalam Kitab Ihya’ Ulumuddin, bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda:

مَنْ صَامَ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ مِنْ شَهْرِ حَرَامٍ، اَلْخَمِيْسَ وَالْجُمْعَةَ وَالسَّبْتَ كَتَبَ اللهُ تَعَالَى لَهُ عِبَادَةً سَبْعَمِائَةِ عَامٍ

“Siapa yang berpuasa tiga hari di bulan haram (Muharram): Hari Kamis, Jumat dan Sabtu, maka Allah SWT memberi ganjaran kepadanya seperti ibadah 700 tahun.”

Di dalam Kitab Nafahat An-Nabawiyah fi Fadhoil Al-‘Asyuriyah Syaikh Hasan Al-‘Idwiy Al-Hamzawi menyebutkan beberapa amalan yang sangat dianjurkan untuk dibaca pada Bulan Muharram. Beliau menerangkan sebagaimana yang disebutkan oleh Syaikh Abu Yasr Al-Qotton. Berikut redaksi keterangan tersebut:

مَنْ قَرَأَ آيَة َالْكُرْسِيِّ فِي أَوَّلِ يَوْمٍ مِنَ الْمُحَرَّمِ ثَلَاثَمِائَةٍ وَسِتِّيْنَ مَرَّةً يُبَسْمِلُ فِي أَوَّلِ كُلِّ مَرَّةٍ، وَعِنْدَ الْفَرَاغِ مِنْ جَمِيْعِ ذَلِكَ يَقُوْلُ: اَللَّهُمَّ يَا مُحَوِّلَ الْأَحْوَالِ حَوِّلْ حَالِيْ إِلَى أَحْسَنِ الْأَحْوَالِ، بِحَوْلِكَ وَقُوَّتِكَ يَاعَزِيْزٌ مُتَعَالٌ، وَصَلَّى الله تَعَالَى عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَمَّ، فَإِنَّهُ يُوْقَى مَا يَكْرَهُهُ فِي جَمِيْعِ الْعَامِّ

“Siapa yang membaca Ayat Kursi hari pertama bulan Muharram sebanyak 360 kali, dan di mulai dengan membaca Bismillah di setiap memulai bacaannya, lalu setelah membaca Ayat Kursi sebanyak jumlah tersebut dilanjutkan dengan doa berikut; ‘Allahumma Ya Muhawwilal ahwal, hawwil haliy, ila ahsanil ahwal, bihaulika wa quwwatika ya ‘Aziz Muta’al, wa Shollallahu ‘ala Sayyidina Muhammad wa ‘ala Alihi wa Shohbihi wa Sallam.’ Niscaya ia akan terjaga dari segala hal yang tidak ia senangi di sepanjang tahunnya.”

Dianjurkan pula untuk membaca doa awal tahun di malam tanggal 1 Muharram. Berikut ini teks doanya:

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ، وَصَلَّى اللّهُ عَلَي سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ، اَللّهُمَّ أَنْتَ الآَبَدِيُّ القَدِيْمُ الآَوَّلُ وَعَلَى فَضْلِكَ العَظِيْمِ وَجُوْدِكَ المُعَوَّلِ وَهَذَا عَامٌ جَدِيْدٌ قَدْ أَقْبَلَ نَسْأَلُكَ العِصْمَةَ فِيْهِ مِنَ الشَّيْطَانِ وَأَوْلِيَائِهِ وَجُنُوْدِهِ وَالْعَوْنَ عَلَى هَذِهِ النَّفْسِ الآَمَّارَةِ بِاالسُّوْءِ وَالإِشْتِغَالِ بِمَايُقَرِّبُنِي إِلَيْكَ زُلْفَى يَاذَالجَلاَلِ وَالْإِكْرَامِ يَاأَرْحَمَ الرَّحِمِيْنَ وَصَلَّى اللَّهُ عَلَى سَيِّدِنَا وَمَوْلاَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَ سَلَّمَ

“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat dan keselamatan kepada junjungan kami Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya. Ya Allah Engkaulah Yang Abadi, Yang Dahulu, dan Yang Awal. Dan hanya kepada anugerah-Mu yang Agung dan Kedermawanan-Mu tempat bergantung. Dan ini tahun baru benar-benar telah datang. Kami memohon kepada-Mu perlindungan dalam tahun ini dari (godaan) setan, kekasih-kekasihnya dan bala tentaranya. Dan kami memohon pertolongan untuk mengalahkan hawa nafsu amarah yang mengajak pada kejahatan agar kami sibuk melakukan amal yang dapat mendekatkan diri kami kepada-Mu wahai Dzat yang memiliki Keagungan dan Kemuliaan. Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat dan keselamatan kepada junjungan kami Nabi Muhammad SAW beserta para keluarga dan sahabatnya”

Doa Awal Tahun Hijriyah ini dibaca ketika terbenamnya matahari dan telah memasuki waktu maghrib, malam 1 Muharram. Di dalam Kitab Kanzun Najah was Surur, Syaikh Abdul Hamid bin Muhammad Ali Kudus bin Abdil Qadir menerangkan bahwa dengan membaca doa ini sebanyak tiga kali, maka saat itu setan akan berkata: “Orang ini telah meminta pengamanan atas dirinya serta berserah diri, maka dua Malaikat akan menjaganya dari godaan setan dan para pengikutnya.”

Sedangkan amalan-amalan yang dianjurkan untuk dilaksanakan ketika masuk Hari ‘Asyura (10 Muharram), di antaranya adalah menghidupkan malam tersebut dengan ibadah, seperti membaca Al-Qur’an atau mendengarkannya, berdoa, berdzikir dan lain sebagainya.

Sebagian ulama mengatakan, ada 10 perkara yang dianjurkan ketika memasuki Hari ‘Asyura. Dalam keterangan lain, ada yang mengatakan 12 perkara. Di antara amalan yang dianjurkan adalah sholat, berpuasa, silaturrahmi, bersedekah, mandi dan memakai celak (sipat mata), mengunjungi orang yang berilmu dan menjenguk orang yang sakit, mengusap kepala anak yatim dan meluaskan dalam berbagi dengan keluarga, memotong kuku, dan membaca Surah Al-Ikhlas sebanyak 1000x.

Amalan tersebut oleh sebagian dihimpun dan disampaikan di dalam sebuah nadhom berikut ini:

فِي يَوْمِ عَاشُوْرَاءَ عَشْرٌ تَتَّصِلْ  * بِهَا اثْنَتَانِ وَلَهَا فَضْلٌ نَقُلْ

صُمْ صَلِّ صِلْ زُرْ عَالِمًا وَاكْتَحِلْ * رَأْسَ الْيَتِيْمَ امْسَحْ تَصْدُقُ وَاغْتَسِلْ

وَسِّعْ عَلَى الْعِيَالِ قَلِّمْ ظُفْرًا * وَسُوْرَةَ الْإِخْلَاصِ قُلْ أَلْفًا تَصِلْ

Al-‘Allamah Ad-Dairaby telah menyebutkan di dalam kitab-kitab faidahnya, begitu juga Sayyid Muhammad Al-Amir As-Shogir telah menyebutkan di dalam tulisannya tentang keutamaan-keutamaan Hari ‘Asyura, sebagaimana dikutip dari Al-Alamah Al-Ajhuziy. Berikut keterangannya:

أَنَّ مَنْ قَالَ يَوْمَ عَاشُوْرَاءَ حَسْبُنَا اللهِ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ، نِعْمَ الْمَوْلَى وَنِعْمَ النَّصِيْرُ (سَبْعِيْنَ مَرَّةً)، كَفَاهُ اللهُ تَعَالَى شَرَّ ذَلِكَ الْعَامِّ

“Siapa yang membaca pada saat Hari ‘Asyura: “Hasbunallah wa Ni’mal Wakil, Ni’mal Maula wa Ni’man Nashir” (70X), niscaya Allah SWT menjaganya dari kejahatan atau keburukan di tahun tersebut.”

Sementara itu, Al-Imam Ibnu Hajar Al-Asqolaniy mengatakan dalam Kitab Fathul Bari Syarh Shohih Bukhari, bahwa ada beberapa kalimat yang siapapun membacanya di Hari ‘Asyura, maka hatinya tidak akan mati. Berikut ini kalimat yang dimaksud:

(سُبْحَانَ الله) مِلْءَ الْمِيْزَانِ وَمُنْتَهَى الْعِلْمِ، وَمَبْلَغَ الرِّضَا وَزِنَةَ الْعَرْشِ، (اَلْحَمْدُللهِ) مِلْءَ الْمِيْزَانِ وَمُنْتَهَى الْعِلْمِ وَمَبْلَغَ الرِّضَا وَزِنَةَ الْعَرْشِ، (وَاللهُ أَكْبَرُ) مِلْءَ الْمِيْزَانِ وَمُنْتَهَى الْعِلْمِ، وَمَبْلَغَ الرِّضَا وَزِنَةَ الْعَرْشِ، لَا مَلْجَأَ وَلَا مَنْجَا مِنَ اللهِ إِلَّا إِلَيْهِ، (سُبْحَانَ اللهِ) عَدَدَ الشَّفْعِ وَالْوِتْرِ، وَعَدَدَ كَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّاتِ كُلِّهَا، (وَالْحَمْدُللهِ) عَدَدَ الشَّفْعِ وَالْوِتْرِ وَعَدَدَ كَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّاتِ كُلِّهَا، (وَالله أَكْبَرُ) عَدَدَ الشَّفْعِ وَالْوِتْرِ، وَعَدَدَ كَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّاتِ كُلِّهَا. أَسْأَلُكَ السَّلَامَةَ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ، وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ، وَصَلَّى اللهُ تَعَالَى عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ أَجْمَعِيْنَ، وَالْحَمْدللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.

Rasulullah SAW mengajurkan kepada kita untuk berpuasa pada tanggal 9 dan 10 di Bulan Muharram. Beliau mengatakan bahwa jika umurnya sampai di bulan Muharram lagi, maka akan berpuasa di tanggal 9 Muharram, yakni Puasa Tasu’a. Dan Puasa ‘Asyura di tanggal 10 Muharram juga sangat dianjurkan. Beliau pernah bersabda:

“لَئِنْ بَقَيْتُ إِلَى قَابِلٍ لَأَصُوْمَنَّ التَّاسِعَ.” فَمَاتَ قَبْلَ ذَلِكَ.

“Jika aku masih hidup pada tahun depan, niscaya aku akan berpuasa pada hari ke-9 (Puasa Tasu’a).” Tetapi Rasulullah SAW wafat sebelum tanggal tersebut.

Dari sini bisa dipahami bahwa meski Rasulullah SAW tidak sempat melaksanakan Puasa Tasu’a karena umur beliau yang tidak sampai menjumpai tahun selanjutnya, tetapi beliau telah berniat dan memastikan akan melaksanakan puasa di hari tersebut. Jadi sangat dianjurkan untuk berpuasa di tanggal 9 dan tanggal 10 di Bulan Muharram.

Adapun anjuran untuk tetap melaksanakan dua hari puasa di tanggal 9 dan 10 ini tidak lain adalah mengikuti Rasulullah SAW.

Namun, dalam sebuah riwayat Hadis Marfu’ dari Ibnu Abbas terdapat penjelasan terkait anjuran berpuasa di tanggal 9 dan 10 Bulan Muharram, atau tanggal 10 dan 11. Adanya penambahan hari setelah puasa Hari ‘Asyura ini adalah agar tidak menyerupai orang Yahudi yang juga berpuasa di Hari ‘Asyura.

صُوْمُوْا يَوْمَ عَاشُوْرَاءَ وَخَالِفُوْا الْيَهُوْدَ، صُوْمُوْا يَوْمًا قَبْلَهُ أَوْ يَوْمًا بَعْدَهُ

Berpuasalah pada Hari Asyura’, berbedalah dengan (kebiasaan) orang Yahudi, berpuasalah satu hari sebelumnya atau satu hari setelahnya.”

Sedangkan terkait dengan Puasa Hari ‘Asyura, jelas dianjurkan sebagaimana keterangan di dalam Hadis Shohih yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, dari Ibnu Abbas.

وَعَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَامَ يَوْمَ عَاشُوْرَاءَ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ

Dari Ibnu ‘Abbas r.a. bahwasanya Rasulullah SAW berpuasa pada hari Asyura’ dan memerintahkan untuk berpuasa pada hari tersebut. (HR. Bukhari dan Muslim)

Wallahu A’lam bis Showab. Semoga bermanfaat. []


Catatan: Tulisan ini telah terbit pada tanggal 09 Agustus 2021. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan dan penyelarasan bahasa.

___________

Penulis: Abdullah Matin As-Syatiri

Editor: Hakim

https://www.laduni.id/post/read/69336/kemuliaan-bulan-muharram-dan-amalan-yang-dianjurkan-di-dalamnya.html