LADUNI.ID, Jakarta – Bulan Februari, banyak momen yang dirayakan oleh sebagian orang di Indonesia bahkan dunia salah satunya hari valentine atau hari kasih sayang, selain itu banyak juga ulama dan tokoh-tokoh besar yang berpengaruh terhadap perkembangan peradaban Islam bisa dijadikan contoh serta inspirasi oleh umat Islam untuk berbuat kebaikan lahir di bulan ini.
Ironisnya kita sebagai generasi penerus tidak tahu atau bahkan pura-pura tidak tahu tanggal lahir dan kiprahnya untuk bangsa Indonesia bahkan dunia, kita justru asik dan terlena dengan acara hari kasih sayang atau valentine’s day, yang dirayakan dengan berbagai macam cara.
Ulama-ulama besar Indonesia yang pengaruh pemikirannya masih ada sampai hari ini banyak lahir pada bulan Februari. Sebagai generasi bangsa pada umumnya, umat Islam pada khususnya perlu tahu siapa saja ulama besar Indonesia yang lahir di bulan Februari.
Setidaknya ada Tiga ulama besar Nahdlatul Ulama yang lahir pada bulan Februari secara berurutan dimulai tanggal 14, 15 dan 16 Februari, di antaranya:
HADRATUSYAIKH KH. HASYIM ASY’ARI
KH. Mohammad Hasyim Asy’ari lahir pada 14 Februari 1871 (24 Dzulqaidah 1287H), putra ketiga dari 11 bersaudara dari pasangan KH. Asy’ari pemimpin Pondok Pesantren Nggedang di Desa Keras, Kecamatan Diwek, Jombang dan Nyai Halimah.
Dari silsilah keturunan ayahnya, nasab KH. Hasyim Asy’ari bersambung kepada Syaikh Maulana Ishak, Imam Ja’far Shadiq bin Muhammad Al-Bagir bin Ali Zainal Abidin dan memiliki garis keturunan sampai dengan Rasulullah SAW.
Sedangkan dari jalur ibu, nasabnya bersambung kepada pemimpin Kerajaan Majapahit, Raja Brawijaya VI, yang berputra Joko Tingkir (Mas Karebet ) Pendiri Kesultanan Pajang.
Hadratusyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari sosok ulama yang tidak hanya memiliki kecerdasan intelektual yang tinggi saja, namun juga memiliki jiwa organisasi serta semangat bekerja yang tinggi, dapat dilihat dari jasa-jasa beliau di dalam mewujudkan berdirinya NKRI.
Kontribusi beliau sangat besar tidak hanya untuk Islam tetapi untuk Indonesia bahkan dunia, beliau sosok di balik berdirinya organisasi terbesar di Indonesia dan dunia yang bernama Nahdlatul Ulama. Selain itu beliau merupakan pahlawan Nasional yang menjadi tokoh penting di balik peristiwa 10 November di Surabaya yang mencetuskan resolusi Jihad untuk melawan penjajah.
Beliau dikenal sebagai, ulama pembaharu dan dijuluki Hadratussyaikh yang berarti Maha Guru yang telah menguasai dan hafal 6 kitab hadis (Kutubus Sittah), serta memiliki gelar Syaikhul Masyayikh yang berarti Gurunya Para Guru. Selain sebagai pendiri Organisasi Nahdhatul Ulama Beliau juga pendiri Pondok Pesantren Tebuireng Jombang yang merupakan bentuk perlawanan atas modernisasi dan industrialisasi penjajah untuk memeras rakyat.
Seiring berjalannya waktu PP. Tebuireng dinobatkan sebagai salah satu pesantren tertua di indonesia yang mencetak ulama-ulama besar yanng mempunyai pengaruh di masanya dan sekarang, salah satunya dari anaknya yang bernama KH. Abdul Wahid Hasyim yang merupakan Menteri Agama pertama Republik Indonesia, sekaligus ayah dari Presiden ke-4 Indonesia KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur).
KH. Hasyim Asy’ari wafat pada 25 Juli 1947. Beliau dimakamkan di pesantren Tebuireng, Jombang Jawa Timur.
KH. Yahya Cholil Staquf
KH. Yahya Cholil Staquf lahir 15 Februari 1966 Rembang, Jawa Tengah dari pasangan Ny. Muchisnah dengan KH. Muhammad Cholil Bisri, pengasuh Pondok Pesantren Roudlatut Thalibin di Leteh, Rembang, Jawa Tengah, dikenal sebagai politikus pendiri Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), selain itu beliau merupakan keponakan dari Pengasuh Pondok Raudlatut Thalibin, KH. Mustofa Bisri atau yang lebih dikenal dengan panggilan Gus Mus.
Walapun terlahir dari lingkungan pesantren, tidak lantas belajar di pesantrennya, beliau dikirim untuk belajar di Madrasah Al Munawwir Krapyak, Kota Yogyakarta, yang diasuh oleh KH. Ali Maksum. Selesai mondok kemudian melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada (FISIP UGM), dan aktif di organisasi mahasiswa Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Yogyakarta.
Sebagai kader NU tulen dikenal lebih dekat dengan Gus Dur sehingga dipercaya menjadi juru bicara Presiden ke -4 KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) berkuasa pada 1999-2001. Selain itu Beliau juga ditunjuk sebagai anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) pada 2018-2019, dan kerap menjadi pembicara di forum-forum internasional.
Kiprahnya tidak berhenti sampai di situ beliau juga salah satu inisiator pendiri institut keagamaan di California, Amerika Serikat, yang bernama Bayt Ar-Rahmah Li Ad-Da’wa Al-Islamiyah Rahmatan Lil Al-Alamin yang mengkaji agama Islam untuk perdamaian dan rahmat alam pada tahun 2014.
Pertengahan tahun 2018, slah satu yang sempat menjadi polemik yaitu kehadirannya sebagai pembicara dalam forum American Jewish Committee (AJC) di Israel, bertujuan untuk mengupayakan dan mengajak atau memperkuat gerakan perdamaian di tingkat akar rumput di masyarakat menjadi konsensus sosial.
Beliau merupakah salah satu tokoh NU yang kiprahnya tidak hanya untuk Islam tetapi untuk negara dan dunia, pernah menjabat sebagai Katib Aam Syuriah PBNU Masa Khidmat 2015-2020, dan menjabat sebagai Ketua Umum PBNU masa Khidmat 2021-2026.
Pengaruhnya yang besar menghantarkan beliau masuk dalam peringkat 19 dalam daftar 500 tokoh muslim paling berpengaruh dunia 2023 yang dirilis The Royal Islamic Strategic Studies Centre (RISSC).
Prof. Dr. AG. H. Muhammad Quraish Shihab, M.A
Tokoh NU ketiga yang lahir di bulan Februari Adalah Prof. Dr. AG. H. Muhammad Quraish Shihab, M.A.
Beliau adalah putra dari pasangan Habib Abdurrahman Shihab dan Syarifah Asma Aburisyi.
Tokoh yang juga merupakan ayah dari jurnalis ternama najwa shihab ini merupakan keturunan Arab-Bugis dan merupakan keturunan Nabi Muhammad dari marga Shihab. Beliau adalah seorang cendekiawan muslim khususnya dalam ilmu Al-Qur’an dan Al-Hadis. Beliau juga pernah menjabat Menteri Agama RI pada tahun 1998.
Beliau aktif dalam Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) dan juga penceramah di beberapa masjid di Indonesia, selain itu juga merupakan penulis. Hingga saat ini telah tercatat sebanyak 69 buku yang beliau tulis. Karya nya yang paling terkenal adalah “Tafsir Al-Misbah”yaitu sebuah buku yang menafsirkan makna dari Al-Qur’an.