Ketika Sahabat Abu Dzar Ingin Bilal Menginjak Pipinya

sufinews.com. Banyak kisah tentang sahabat Rasulullah saw yang bisa dijadikan teladan bagi kita. Salah satunya adalah kisah tentang sahabat Abu Dzar al Ghifari dan Bilal bin Rabah. Kisah keduanya mencerminkan ketawadukan satu sama lain.

Disebutkan dalam Kita Risalah Qusyairiyah disebutkan bahwa Abu Dzar dan Bilal pernah saling bernatah-bantahan. Abu Dzar kemudian mencela sahabat Bilal dengan perkatana “hitam.” Kemudian Bilal tentang perkataan Abu Dzar yang berbau rasis itu.

Maka Rasulullah saw kemudian berkata,” Wahai Abu Dzar di dalam hatimu masih terdapat sifat sombong seperti kesombongan orang-orang jahiliyah.” Mendengar perkataan Rasulullah saw tersebut, Abu Dzar langsung menimpakan beban pada diri sendiri. Ia kemudian bersumpah untuk tidak mengangkat kepalanya sebelum pipinya diinjak oleh telapak kaki Bilal. Abu Dzar bahkan tidak akan mengangkat kepalanya sehingga Bilal melaksanakan apa yang diinginkannya.

Itulah kisah dua sahabat rasulullah saw yang di dalamnya terkandung nilai-nilai ketawadukan. Para sufi menempatkan sikap tawaduk dalam kesehariannya. Salah satu sufi masyhur Junaid Al Bagdadi pernah ditanya tentang apa itu tawaduk. Maka ia kemudian menjawab,” Merendahkan lambung ke orang lain dan bersikap lemah lembut kepada mereka.”

Sementara itu Abu Yazid al-Busthomi pernah ditanya:” Kapan orang itu tawaduk? Maka Beliau menjawab “Jika sudah tidak merasa ada kedudukan dan kemuliaan pada dirinya,dan dia tidak melihat makhluk (orang) lain itu lebih jelek/hina daripada dirinya.” ( Nurul Huda dari berbagai sumber)

http://www.sufinews.com/ketika-sahabat-abu-dzar-ingin-bilal-menginjak-pipinya/