Laduni.ID, Jakarta – Sebaik-baik manusia pasti tidak pernah terlepas dari khilaf dan salah sebagai makhluk hidup. Baik yang dilakukan sengaja maupun tidak disengaja, sebagai individu pasti kerap melakukan kesalahan dalam setiap harinya.
Kata yang musti kita ucapkan ketika salah terhadap seseorang adalah “maaf”. Musti kerap kali ketika hendak memaafkan kesalahan orang terasa sulit. Namun, perlu diketahui keutamaan bagi seorang yang memaafkan kesalahan orang akan diberikan pahala langsung oleh Allah SWT.
فمن عفا وأصلح فأجره على الله
Artinya: “Barangsiapa yang memaafkan dan mendamaikan maka pahalanya dari Allah SWT” (QS: Asy-Syura: 40.
Sebagai umat muslim yang baik kita perlu mentauladani akhlak mulia baginda Nabi Muhammad SAW sebagai manusia penyabar dan pemaaf. Aisyah RA pernah ditanya terkait watak pribadi Rasulullah, ia pun menjelaskan:
كان أحسن الناس خلقا، لم يكن فاحشا ولا متفحشا، ولا سخابا في الأسواق، ولا يجزي بالسيئة السيئة، ولكن يعفو ويصفح
Artinya: “Adalah Rasulullah SAW orang yang paling bagus akhlaknya: beliau tidak pernah kasar, berbuat keji, berteriak-teriak di pasar, dan membalas kejahatan dengan kejahatan. Malahan beliau pemaaf dan mendamaikan.” (HR Ibnu Hibban).
Di antara sifat Rasulullah SAW ialah suka memberi maaf. Beliau acapkali memaafkan orang yang membenci dan menyakiti perasaannya. Memaafkan kesalahan orang bukanlah perkara mudah. Pada saat itulah keimanan seorang diuji. Apakah ia akan memperturutkan egonya atau mengalahkan amarahnya dengan memberi maaf.
Sementara dalam hadits lain disebutkan yang artinya: “Tidaklah Allah SWT menambahkan sesuatu kepada orang yang memaafkan kecuali kemuliaan.” (Al-Muwatta’ karya Imam Malik).
Memberi maaf bukan berati pengecut, sebab Allah SWT memuliakan orang yang bersedia memaafkan kesalahan orang lain. Bahkan Allah sudah menyiapkan segudang pahala untuk orang tersebut. Pastinya, tidak ada kerugiaan bila kita berbuat baik. Memang pada saat memberi maaf, amarah kita tidak terlampiaskan. Tetapi sesungguhnya pada saat itulah keislaman kita tampak. Andaikan Nabi SAW seorang pemarah dan pendendam, mungkin pemeluk agama Islam tidak sebanyak sekarang ini Wallahu A’lam Bishawab.
Editor: Nasirudin Latif