Keutamaan Menikah di Bulan Syawal Sesuai Sunnah Rasulullah SAW

LADUNI.ID, Jakarta – Bulan Syawal yang menjadi bulan kesepuluh dalam penanggalan hijriah banyak dinantikan oleh umat Islam selepas menunaikan ibadah puasa Ramadhan. Selain hari raya Idul Fitri yang jatuh setiap 1 Syawal, bulan ini juga dinantikan pasangan yang ingin melepas masa lajang.

Mungkin kita semua sering mendengar baik dari kerabat, atau keluarga yang memutuskan menikah di bulan syawal karena diyakini sebagai bulan yang baik untuk menikah. Namun Selain pernikahan, Islam juga menganjurkan umatnya agar banyak melakukan ibadah sunnah lainnya di bulan Syawal.

Melangsungkan pernikahan di bulan Syawal juga dilakukan Rasulullah SAW saat menikahi Aisyah Radiyallahu ‘anhaa. Apa yang dilakukan oleh beliau adalah bagian dari tuntunan untuk umat Islam agar mengikuti sunnah beliau.

Lalu, apa saja keutamaan menikah di bulan Syawal? Berikut Kami rangkumkan dari Berbagai sumber.

Keutamaan Menikah di Bulan Syawal

Diketahui bahwa Rasulullah SAW menikahi Aisyah Radiyallahu ‘anhaa di bulan Syawal.
Hal ini diceritakan oleh Aisyah Radiyallahu ‘anhaa sebagai berikut:

  عن عَائِشَة رَضِيَ اللَّه عَنْهَا قَالَتْ: تَزَوَّجَنِي رَسُول اللَّه صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي شَوَّال، وَبَنَى بِي فِي شَوَّال، فَأَيّ نِسَاء رَسُول اللَّه صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ أَحْظَى عِنْده مِنِّي؟ قَالَ: وَكَانَتْ عَائِشَة تَسْتَحِبّ أَنْ تُدْخِل نِسَاءَهَا فِي شَوَّال

Dari ‘Aisyah Radliyallahu ‘anha berkata: Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam menikahiku di bulan Syawal, dan mulai mencampuriku juga di bulan Syawal, maka istri beliau manakah yang kiranya lebih mendapat perhatian besar disisinya daripada aku? Salah seorang perawi berkata, Dan Aisyah merasa senang jika para wanita menikah di bulan Syawal. (HR Imam Muslim dan Imam At-Tirmidzi).

Bantahan Rasulullah SAW Bahwa Syawal Adalah Bulan yang Sial.
Di dalam tradisi masyarakat Arab jahiliyah, mereka menganggap bahwa bulan Syawal adalah bulan yang sial, termasuk untuk melangsungkan pernikahan. Alasannya karena di bulan Syawal, unta betina mengangkat ekornya sebagai tanda bahwa mereka tidak mau menikah. Selain itu juga sebagai tanda bahwa untuk menolak unta jantan yang mendekat.

Oleh karena itulah, para perempuan juga menolak untuk dinikahi. Bahkan para wali juga tidak mau menikahkan putri mereka di bulan Syawal. Namun, Rasulullah SAW membantah anggapan dari masyarakat jahiliyah tersebut.
Berikut penjelasannya dari Imam Ibnu Katsir:

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menikahi ‘Aisyah untuk membantah keyakinan yang salah sebagian masyarakat yaitu tidak suka menikah di antara dua ‘ied (bulan Syawwal termasuk di antara ‘ied fitri dan ‘idul Adha), mereka khawatir akan terjadi perceraian. Keyakinan ini tidaklah benar.” ( Kitab Al-Bidayah wan Nihayah).

Sesuai dengan Anjuran dalam Hadis

Menikah di bulan Syawal tidak hanya sebagai tradisi yang dilakukan oleh masyarakat saja. Tetapi hal ini adalah bagian dari anjuran yang sudah dijelaskan dalam hadis nabi.

Berikut penjelasannya dari Imam An-Nawawi:

“ Di dalam Hadis ini terdapat anjuran untuk menikahkan, menikah, dan membangun rumah tangga pada bulan Syawal. Para ulama kami (ulama syafi’iyyah) telah menegaskan anjuran tersebut dan berdalil dengan hadis ini. Dan Aisyah Radiyallahu ‘anhaa ketika menceritakan hal ini bermaksud membantah apa yang diyakini masyarakat jahiliyyah dahulu dan anggapan takhayul sebagian orang awam pada masa kini yang menyatakan kemakruhan menikah, menikahkan, dan membangun rumah tangga di bulan Syawwal. Dan ini adalah batil, tidak ada dasarnya. Ini termasuk peninggalan jahiliyyah yang ber-tathayyur (menganggap sial) hal itu, dikarenakan penamaan syawal dari kata Al-isyalah dan ar-raf’u (menghilangkan/mengangkat).”

Menghilangkan Kesyirikan

Anggapan “merasa sial” atau “Thiyarah” adalah keyakinan yang kurang baik bahkan bisa mengantarkan kepada kesyirikan. Begitu juga praktek masyarakat kita yang kurang tepat yaitu yakin adanya hari sial, bulan sial bahkan keadaan-keadaan yang dianggap sial. Misalnya kejatuhan cicak, suara burung hantu malam hari dan lain-lainnya.

Keyakinan seperti ini bertentangan dengan ajaran Islam, karena untung dan rugi adalah takdir Allah SWT dengan hikmah.
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wassalam menjelaskan bahwa anggapan sial pada sesuatu itu termasuk kesyirikan.
Beliau Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda,

الطِّيَرَةُ شِرْكٌ، وَمَا مِنَّا إِلَّا، وَلَكِنَّ اللهَ يُذْهِبُهُ بِالتَّوَكُّلِ

“Thiyarah (anggapan sial terhadap sesuatu) adalah kesyirikan. Dan tidak ada seorang pun di antara kita melainkan (pernah melakukannya), hanya saja Allah akan menghilangkannya dengan sikap tawakkal” (HR. Imam Ahmad).

Beliau juga bersabda,

لَا عَدْوَى وَلَا طِيَرَةَ، وَيُعْجِبُنِي الْفَأْلُ الصَّالِحُ: الْكَلِمَةُ الْحَسَنَةُ

“Tidak ada (sesuatu) yang menular (dengan sendirinya) dan tidak ada “Thiyarah”/ sesuatu yang sial (yaitu secara dzatnya), dan aku kagum dengan al-fa’lu ash-shalih, yaitu kalimat (harapan) yang baik” (HR. Imam Al-Bukhari dan Imam Muslim).

Itulah beberapa keutamaan menikah di bulan Syawal. Sehingga tidak mengherankan jika ada banyak orang yang melangsungkan pernikahan di bulan Syawal karena bulan ini adalah bulan yang baik sekaligus menjalani sunnah Nabi SAW.

Sumber : Kitab Al-Bidayah wan Nihayah dan Hadis

https://www.laduni.id/post/read/517300/keutamaan-menikah-di-bulan-syawal-sesuai-sunnah-rasulullah-saw.html