Laduni.ID, Purworejo – Dalam rangka menyambut peringatan Hari Santri Nasional 2021, wakil Rais Syuriah PWNU Jawa Tengah, KH. Chalwani Nawawi mengatakan bahwa saratnya mengajarkan ilmu agar dapat diterima adalah ikhlas serta harus siap dalam mengajarkan ilmu harus mutholaah dulu.
“Harus persiapan dulu, contoh cerita dulu ketika dahulu saat Mbah Dimyati (seorang ulama besar) karena beliau sangat mementingkan mutholaah sebelum mengajar, saat beliau ada jadwal mengajar santrinya seketika ngaji diliburkan karena kebetulan beliau belum mutholaah terlebih dahulu sebelum mengajarkan kitab kepada santrinya. Maka dari itu makanya persiapan/mutholaah sebelum mengajarkan ilmu itu sangat penting agar muridnya tidak menjadi korban,” tutur KH Achmad Chalwani.
Hal itu disampaikan saat mengisi pengajian menyambut Hari Santri Nasional di acara Lembaga Dakwah PCNU Purworejo Ahad Legi (17/10/2021) lalu, di Gedung Pertemuan PCNU Purworejo.
Beliau setuju, bahwa Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) melakukan mujahadah Khizib Bukhari karena hal ini dikatakan dapat menanggulangi bencana.
Beliau menyampaikan, Nabi Muhammad pernah berkata bahwa ketika seseorang menyebutkan nama orang salih maka, belas kasih Allah SWT turun menyertainya.
“Seseorang yang menyebut nama orang salih maka Allah akan memberi belas kasih kepada orang tersebut dan kanjeng Nabi Muhammad adalah orang yang paling salih, jangan kan menyebut nama Nabi menyebutkan gelarnya saja Allah sudah turunkan belas kasihan, maka pada kesempatan maulid ini mari perbanyak membaca sholawat,” jelasnya.
Pada kesempatan tersebut, KH. Chalwani juga menyampaikan bahwa sebagai Kiai harus bijaksana harus bisa melihat situasi dan kondisi serta melihat siapa yang ada disana.
“Islam itu sangatlah luas, ulama dan orang-orang yang ngalim dibutuhkan sedangkan yang bodoh ngaji sebisanya yang penting tetap mengaji,” imbuhnya.
Ditambahkan, Islam itu rahmatal lil alamin, Kiainya pun harus mengatur dengan memperdulikan budaya masyarakat bukan dengan ilmunya sendiri, kata Syekh Abdul Qodir Jaelani jangan hadapi masyarakat dengan ilmu melainkan dengan welas asihmu.
“Kala itu Syekh Abdul Qodir Jaelani juga mendirikan pesantren yang santrinya dari berbagai kalangan bahkan ada yang selain Islam, tetapi kemudian mereka masuk Islam dan Ketika ditanya mengapa dia masuk Islam jawab mereka, mereka masuk islam karena kesadaran dirinya sendiri,” jelasnya.
Editor: Daniel Simatupang