Daftar Isi
1. Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1 Lahir
1.2 Wafat
1.3 Riwayat Keluarga
2. Sanad Ilmu dan Pendidikan Beliau
2.1 Mengembara Menuntut Ilmu
2.2 Guru-Guru Beliau
2.3 Mendirikan Pondok Pesantren
3. Perjalanan Hidup dan Dakwah
3.1 Karier Beliau
3.2 Karya-karya Beliau
4. Referensi
1. Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1 Lahir
KH. Muhammad Syanwani lahir pada 13 Agustus 1926 M atau pertepatan dengan tahun 1347 Hijriah. Beliau berasal dari Kampung Sampang, Desa Susukan, Kecamatan Tirtayasa, Serang, Banten. Putra ketiga dari pasangan KH. Abdul Aziz dan Nyai Salhah tumbuh besar dalam lingkungan yang religius.
1.2 Wafat
Sejak mengajar di kampus ini, beliau mulai menderita penyakit darah tinggi. Bahkan, beliausempat dirawat di beberapa rumah sakit. Setelah sakit-sakitan, aktivitas dakwahnya pun mulai dikurangi. Hingga akhirnya KH. Muhammad Syanwani berpulang ke rahmatullah pada 17 April 1993. Jenazahnya dikebumikan di tanah permakaman milik keluarga besarnya di Sampang.
1.3 Riwayat Keluarga
Beliau menikah seorang wanita sholehah dan dikaruniai beberapa anak.
2. Sanad Ilmu dan Pendidikan
Pada 1939, KH. Muhammad Syanwani mendapat kesempatan untuk belajar selama dua tahun di sekolah rakyat (volkschool). Di sana, beliau menjadi murid yang diperhitungkan oleh guru-guru. Sebab, anak lelaki ini memiliki kemampuan menulis dan berhitung yang paling bagus dibandingkan kawan-kawan sebaya.
Setelah belajar di sekolah formal, barulah KH. Muhammad Syanwani dikirim orang tuanya untuk mondok. Tercatat, beberapa pondok pesantren pernah menjadi tempatnya menuntut ilmu-ilmu keislaman. Ia mengawali rihlah intelektualnya di Pondok Pesantren Biyongbong, Undar-Andir, Serang. Selama dua tahun, beliau banyak mempelajari dasar-dasar ilmu keislaman kepada Kiai Jamin, pengasuh lembaga tersebut.
Setelah dari Pesantren Biyongbong, KH. Muhammad Syanwani muda kemudian melanjutkan perjalanan keilmuannya ke Pesantren Cengkudu, Baros, Serang. Selama lima tahun di pesantren ini, beliau mendapat bimbingan dari KH. Muhammad Sidik, seorang kyai karismatik dan alim di Banten. Banyak hikmah dan pelajaran yang diterima Syanwani dari gurunya tersebut.
Di Pesantren Cengkudu, KH. Muhammad Syanwani termasuk santri yang cerdas. Karena itu, Abuya Sidik mempercayakan padanya untuk mengajar para murid. Bahkan, ada beberapa ustaz yang mengaji sepekan sekali kepadanya. Sang abuya sangat membanggakan santri kinasihnya tersebut.
Keberlangsungan kajian di sana tidak terjaga. Sebab, Syanwani masih harus mondok lagi ke beberapa pesantren. Di antaranya adalah sebuah pesantren tasawuf yang diasuh Kiai Umar di Rancalang selama empat tahun. Selama di sana, putra daerah Banten itu menyelami dunia sufisme secara lebih aktual dan kontekstual. Dalam perjalanan kesufiannya, beliau tetap memegang Syarah al-Hikam sebagai pedoman laku spiritualitas.
Setelah dari Cengkudu, KH. Muhammad Syanwani remaja melanjutkan mesantren di Sondol Rangkasbitung Lebak dibawah bimbingan KH. Sayuda, seorang ulama besar yang termasuk kakeknya Syanwani dari jalur ibu. Di sondol ini KH. Muhammad Syanwani belajar selama 3 tahun.
Dari Sondol, KH. Muhammad Syanwani melanjutkan rihlah ilmiahnya di pesantren Kadu Peusing Pandeglang dibawah asuhan Abuya Abdul Halim, kyai besar murid dari Syaikh Nawawi al-Bantani. Selama 2 tahun di Kadu Peusing, beliau bergeser di daerah Cijahe masih wilayah Pandeglang untuk belajar dibawah asuhan KH. Junedi selama 2 tahun.
Dari Pandeglang, Syanwani muda melanjutkan pendidikannya ke Citangkil Cilegon, dibawah bimbingan KH. Syam’un, seorang ulama besar alumni Mekkah dan Al Azhar Cairo Mesir. Pada saat revolusi kemerdekaan Republik Indonesia, Kyai besar ini didaulat untuk menjadi Bupati Kab. Serang.
Dalam situasi Agresi Militer Belanda 1948, KH. Muhammad Syanwani meneruskan pendidikannya di Bandung dibawah bimbingan KH. Busyrol Karim di daerah Cimahi. Setelah 2 tahun di Bandung kemudian melanjutkan ke pesantren Sempur, Purwakarta. KH. Muhammad Syanwani mendapat sanad ilmu dari ulama besar yaitu Mama Sempur ( Syaikh TB. Bakri ) murid Syaikh Nawawi al-Bantani selama 2 tahun pula.
Masih di wilayah Pasundan, KH. Muhammad Syanwani melanjutkan ke Gentur untuk ngaji dibawah asuhan Mama Gentur atau Syaikh Syatibi, seorang ulama besar yang masyhur, murid dari Syaikh Nawawi al-Bantani.
Setelah dari Gentur, KH. Muhammad Syanwani tabarrukan pada seorang Mursyid tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah, yaitu Syaikh Mubarok di Suralaya Singaparna Tasikmalaya, seorang murid dari Syaikh Nawawi al-Bantani, sekaligus sufi besar pelanjut dari Syaikh Abdul Karim Tanara.
2.2 Guru-Guru Beliau
- KH.Jamin
- KH. Muhammad Sidik
- KH. Umar
- Abuya Abdul Halim
- KH. Syam’un
- KH. Busyrol Karim
- Mama Sempur ( Syaikh TB. Bakri )
- Mama Gentur (Syaikh Syatibi)
- Syaikh Mubarok Suralaya
2.3 Mendirikan Pondok Pesantren
Setelah belasan tahun berkelana menuntut ilmu di berbagai pesantren, akhirnya KH. Muhammad Syanwani pulang ke Sampang pada 1962. Beliau tampil menjadi kyai muda. Kiprahnya dimulai dengan mengasuh sejumlah santri. Setelah pelbagai persiapan, beliau mendirikan sebuah pondok pesantren kira-kira setahun kemudian.
KH. Muhammad Syanwani menamakan pesantrennya, Ashhabul Maimanah. Dengan itu, harapannya adalah bahwa pesantren tersebut dapat mencetak orang-orang beriman yang termasuk ahli surga. Pesantren ini dibangun di atas tanah wakaf keluarga Syanwani, ditambah dengan donasi masyarakat sekitar.
Awalnya, santri pesantren ini hanya sekira 80 orang. Seiring berjalannya waktu, jumlahnya bertambah banyak hingga mencapai ratusan. Mereka berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Dalam perkembangannya kemudian, KH. Muhammad Syanwani juga membangun gedung Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (Mts), dan Madrasah Aliyah (MA).
3. Perjalanan Hidup dan Dakwah
3.1 Karier Beliau
Karier Profesional
Pengasuh pesantren Ashhabul Maimanah
Karier Organisasi
Beliau juga aktif diorganisasi Ittihadul Muballighin sebagai ketua kabupaten serang. Sebuah organisasi di bawah Nahdlatul Ulama.
3.2 Karya-karya Beliau
KH. Muhammad Syanwani(1926-1993) adalah seorang ulama asal Banten. Ia memiliki bakat menulis yang tinggi. Ada banyak catatan, risalah ceramah, dan komentar kritis (syarah) yang dihasilkannya.
Karena itu, KH. Muhammad Syanwani bisa dipandang sebagai seorang dai yang cukup produktif dalam menulis. Di antara kitab-kitab karangannya:
- Kitab Al-Nahwu wa al-Shorfu.
- Tarkib al-Awamil wa al-Murod
- Imroni al-Shibyan fi al-Bayani al-Arkani
- Ta’sis al-Mawalid fil Bayan al-Aqoid
- Kitab al-Tauhid wa al-Fiqih
- Majmuat al-Taqrir
- Tasyrih al-Masail Inda al-Qouli al-Ulama