Khutbah Jumat: Implikasi Ibadah Shalat dalam Membentuk Kepribadian Seorang Muslim

KHUTBAH I

اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِى أَمَرَنَا باِلْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ, أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ اِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِى بَصَرَنَا مِنَ الْعَمَى وَهَدَانَا مِنَ الضَّلَالِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ اِبْنِ عَبْدِاللهِ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ بِإِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ. أَمَّا بَعْدُ،

فَيَاعِبَادَالله أُوْصِيْكُمْ وَاِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ وَافْعَلُوا الْخَيْرَاتِ وَاجْتَنِبُوا السَّيِّئَاتِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ.

قَالَ الله تَعَالَى فِى الْقُرْآنِ الْعَظِيم أَعُوْذُ بِالله مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ بسم الله الرحمن الرحيم، اُتْلُ مَآ اُوْحِيَ اِلَيْكَ مِنَ الْكِتٰبِ وَاَقِمِ الصَّلٰوةَۗ اِنَّ الصَّلٰوةَ تَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَاۤءِ وَالْمُنْكَرِ ۗوَلَذِكْرُ اللّٰهِ اَكْبَرُ ۗوَاللّٰهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Pertama-tama marilah kita meningkatkan kualitas takwa kepada Allah SWT dengan sepenuh hati, dan bersungguh-sungguh tanpa basa-basi. Karena kesungguhan dalam bertakwa akan berimplikasi dalam perilaku keseharian kita, menjadi pribadi yang taat terhadap syariat dan menghindari segala bentuk maksiat.

Ketahuilah bahwa sesungguhnya syariat Nabi Muhammad SAW adalah kebenaran mutlak tanpa keraguan. Dan melaksanakan shalat, zakat, puasa, haji, serta ibadah yang lainnya merupakan sekian bukti formal ketaatan seorang Muslim dalam berislam.

Sidang Jumat yang berbahagia,

Shalat merupakan ibadah yang sangat penting bagi umat Islam dan akan menjadi penentu baik-buruknya amal. Maka, setiap Muslim wajib menaruh perhatian khusus dalam ibadah shalat.

Selain sebagai sebuah ritual ibadah, shalat merupakan bentuk eksistensi agama Islam. Shalat juga merupakan tiang agama sebagaimana dikatakan oleh Nabi Muhammad SAW.

الصَّلاةُ عِمَادُ الدِّيْنَ

“Shalat adalah tiangnya agama.” (HR. Al-Baihaqi)

Begitu pentingnya perintah shalat ini bagi umat Islam, sehingga diibaratkan secara singkat sebagai tiang agama. Jika tiang tersebut rusak, bagaimana mungkin keislaman seseorang bisa tegak dan kuat.

Pengertian tersirat terkait shalat yang sangat penting ini, tentu bukanlah hanya dalam arti verbal saja. Karena shalat juga menjadi sarana pembentukan identitas moral dan karakter sosial umat Islam.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Dalam melaksanakan ibadah shalat, setiap muslim harus memperhatikan kualitas, bukan hanya sekadar kuantitas saja. Ibadah shalat yang hanya difokuskan kepada kuantitas atau jumlah saja, akan menjadikan diri seorang muslim merasa terbebani dalam menjalankannya. Meski demikian, tidak boleh berputus asa jika masih belum dapat sempurna dalam melaksanakan ibadah shalat.

Jika kewajiban shalat kita kerjakan dengan memperhatikan kualitas, maka shalat yang dilakukan akan benar-benar bisa dinikmati dan akan berdampak pada perilaku serta kualitas kehidupan kita.

Rasulullah pernah mengingatkan dalam sebuah Hadis:

يأَتِى عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ يُصَلّوْنَ وَلاَ يُصَلُّوْنَ

“Akan datang suatu masa menimpa manusia, banyak yang melakukan shalat, padahal sebenarnya mereka tidak shalat.” (HR. Ahmad)

Hadis ini mengingatkan kepada kita untuk senantiasa menjalankan perintah ini dengan sebaik mungkin, mulai dari aspek fiqihnya sampai dengan aspek hakikat dari shalat itu sendiri.

Dari sisi fiqih kita harus mengetahui syarat dan rukun shalat dan berbagai hal lain yang terkait, seperti cara berwudhu, waktu-waktu shalat dan sejenisnya. Terminologi shalat ini menurut para ulama fiqih, sebagaimana dikemukakan oleh Syaikh Syamsuddin Ar-Ramli di dalam Kitab Nihayatul Muhtaj ila Syarhil Minhaj.

أَقْوَالٌ وَأَفْعَالٌ مَخْصُوْصَةٌ مُفْتَتِحَةٌ بِالتَّكْبِيْرِ مُخْتَتِمَةٌ بِا التَّسْلِيْمِ بِشَرَائِطَ مَخْصُوصَةٍ

“Shalat adalah ibadah yang terdiri dari beberapa ucapan dan perbuatan yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam, dengan ketentuan yang khusus.”

Sementara dari sisi hakikat, shalat memiliki dimensi ibadah rohani yang di dalamnya berisi doa-doa untuk mendatangkan ketenangan dan ketentraman jiwa. Hakikat shalat adalah mengingat dan bermunajat kepada Allah SWT. Dan dengan mengingat Allah itulah hati akan selalu merasa tenang. Sebagaimana firman Allah SWT di dalam Al-Qur’an Surat Ar-Ra’d ayat 28:

الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tentram.”

Selain berbuah ketenangan bagi diri sendiri, shalat juga akan membuahkan ketentraman bagi orang lain. Karena orang yang melakukan shalat dengan baik dan benar akan membuahkan komitmen untuk tidak berbuat hal yang keji dan mungkar. Hal ini disebutkan dalam Al-Qur’an Surat Al-Ankabut ayat 45, Allah SWT berfirman:

اُتْلُ مَآ اُوْحِيَ اِلَيْكَ مِنَ الْكِتٰبِ وَاَقِمِ الصَّلٰوةَۗ اِنَّ الصَّلٰوةَ تَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَاۤءِ وَالْمُنْكَرِ ۗوَلَذِكْرُ اللّٰهِ اَكْبَرُ ۗوَاللّٰهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ

“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al-Kitab (Al-Qur’an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Jama’ah Jumat yang dirahmati Allah,

Berkaca pada ayat ini, tampak jelas ibadah shalat memiliki kaitan dengan “tanha ‘anil fakhsya’ wal munkar” yakni menjadi gerakan yang dapat mencegah segenap perbuatan keji yang merusak dan mencegah berbagai bentuk kemungkaran.

Dengan kata lain, shalat yang dilaksanakan dengan sempurna dapat membentuk pribadi yang bersih serta memiliki kekuatan memperbaiki kondisi sosial dalam kerangka besar semangat umat Islam untuk melaksanakan perintah “fastabiqul khairat” atau berlomba-lomba dalam berbuat kebajikan.

Namun batasan shalat seperti ini tampaknya masih kurang diserap maknanya secara mendalam oleh masyarakat kita. Berkembang suburnya budaya korupsi, kolusi, kekerasan, kezaliman, dan lain sebagainya, merupakan sebuah fenomena yang sangat memprihatinkan jika mengingat penduduk Indonesia yang mayoritas beragama Islam. Keadaan ini mencerminkan bahwa ibadah shalat atau bahkan mungkin juga ibadah-ibadah yang lainnya, hanya dipandang sebagai ritual dan formalitas belaka. Tanpa makna dan tidak ada kaitannya dengan masyarakat dan lingkungan hidup manusia.

Padahal, jika dipahami dengan baik, agama Islam diturunkan untuk membentuk manusia yang sadar akan jati dirinya sebagai seorang hamba sekaligus sebagai agama yang menjamin kemaslahatan hidup manusia itu sendiri.

Mestinya kita menyadari seutuhnya, bahwa kualitas keimanan dalam Islam selalu dikaitkan dengan amal sholeh. Shalat dilekatkan dengan mencegah perbuatan keji dan mungkar, puasa beriringan dengan spirit peka terhadap sesama, zakat bertalian dengan kesadaran akan hak-hak fakir miskin, dan haji dengan spirit kesetaraan manusia dan seterusnya.

Jama’ah Jumat yang dirahmati Allah,

Dari sini, mari kita memperhatikan dan meningkatkan kualitas ibadah, khususnya ibadah shalat. Sebab shalat menjadi spirit utama untuk membentuk kepribadian seorang muslim yang sholeh dan berkualitas dalam berbagai segmen kehidupan. Senantiasa memperbaiki diri dan secara positif menuju ke arah yang lebih baik untuk kehidupan di dunia dan di akhirat.

Semoga Allah memberikan taufik dan hidayahnya kepada kita semua, memberikan jalan taubat kepada kita semua serta menuntun kita dalam mewujudkan baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur. Dan juga semoga kita menjadi manusia baik yang beriman dan menjalankan amanah dengan benar sebagai khalifatullah fil ardhi, yang bertugas untuk menjaga lingkungan, menjaga persatuan, perdamaian dan ketentraman dalam kehidupan yang kita jalani ini. Amin Ya Rabbal’alamin.

بَارَكَ الله لِى وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِى وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَاِنَّهُ هُوَالسَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلى هَذَا فَأَسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

KHUTBAH II

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ

فيَآايُّهاالنّاسُ اتَّقُوا اللهَ تَعَالَى وَذَرُوا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَحَافِظُوْا عَلَى الطَّاعَةِ وَحُضُورِ الْجُمُعَةِ والْجَمَاعَةِ. وَاعْلَمُوا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ  فِيه بِنَفْسِهِ وَثَنَّى بِمَلائكةِ قُدْسِهِ. فَقالَ تَعَالَى ولَمْ يَزَلْ قائِلاً عَلِيمًا: إِنَّ اللهَ وَملائكتَهُ يُصَلُّونَ على النَّبِيِّ يَآ أَيّها الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وسَلِّمُوا تَسْلِيْمًا اللَّهمَّ صَلِّ وسَلِّمْ على سيِّدِنا محمَّدٍ وعلى آلِ سيِدِنَا محمَّدٍ  كَما صَلَّيْتَ على سيِّدِنا إِبراهِيمَ وعلى آلِ سيِّدِنَا إِبراهِيمَ في الْعالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ. اللَّهمَّ وَارْضَ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرّاشِدِينَ الَّذينَ قَضَوْا بِالْحَقِّ وَكانُوا بِهِ يَعْدِلُونَ أَبي بَكْرٍ وعُمرَ وعُثْمانَ وعلِيٍّ وَعَنِ السَتَّةِ الْمُتَمِّمِينَ لِلْعَشْرَةِ الْكِرامِ وعَنْ سائِرِ أَصْحابِ نَبِيِّكَ أَجْمَعينَ وَعَنِ التَّابِعِينَ وتَابِعِي التَّابِعِينَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسانٍ إِلَى يَومِ الدِّينِ. اللَّهمَّ لا تَجْعَلْ لِأَحَدٍ مِنْهُمْ فِي عُنُقِنَا ظَلَامَةً ونَجِّنَا بِحُبِّهِمْ مِنْ أَهْوَالِ يَومِ الْقِيامَةِ.

 اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلَامَ والمُسْلِمِيْنَ وأَهْلِكِ الْكَفَرَةَ والمُشْركِينَ، ودَمِّرْ أَعْداءَ الدِّينِ، اَللَّهمَّ آمِنَّا فِي دُوْرِنَا وأَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُوْرِنَا، وَاجْعَلِ اللَّهُمَّ وِلَايَتَنا فِيمَنْ خافَكَ وَاتَّقَاكَ، اللَّهمَّ آمِنَّا فِي دُوْرِنَا وأَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُوْرِنَا، وَاجْعَلِ اللَّهُمَّ وِلَايَتَنا فِيمَنْ خافَكَ وَاتَّقَاكَ.

اللَّهمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْياءِ مِنْهُمْ والْأَمْواتِ بِرَحْمَتِكَ يَا وَاهِبَ الْعَطِيَّاتِ. اللَّهمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ والوَباءَ والزِّنا والزَّلَازِلَ وَالمِحَنَ وَسُوءَ الفِتَنِ ما ظَهَرَ مِنْها وما بَطَنَ عَنْ بَلَدِنا هَذا خاصَّةً وعَنْ سائِرِ بِلَادِ الْمُسلمينَ عامَّةً يا رَبَّ الْعَالَمِينَ.رَبَّنا آتِنا في الدّنيا حَسَنَةً وَفي الآخرة حَسَنَةً  وقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

***

عِبادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ والْإِحْسان وإِيتاءَ ذِي الْقُرْبَى  ويَنْهَى عَنِ الْفَحْشاءِ والْمُنْكَرِوَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، فَاذْكُرُوا اللهَ العَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوهُ على نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَاسْئَلُوهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ أَكْبَرُ

Oleh Abd. Hakim Abidin, MA.
(Rais ‘Amm Pesantren Mambaus Sholihin, Gresik 2014-2015, dan Pendiri Zawiyah Ar-Rifaiyah, Ciputat)
___________

Editor: Atthallah Hareldi

https://www.laduni.id/post/read/517465/khutbah-jumat-implikasi-ibadah-shalat-dalam-membentuk-kepribadian-seorang-muslim.html