Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman

Saat ini, kita hidup di era disrupsi, sebuah masa yang penuh perubahan besar dalam berbagai aspek kehidupan: ekonomi, teknologi, sosial, bahkan moral. Teknologi berkembang pesat, informasi mengalir tanpa batas, namun nilai-nilai agama sering kali tergeser oleh kepentingan duniawi. Sebagai umat Islam, kita harus senantiasa berpegang teguh kepada agama di tengah derasnya arus perubahan ini.

 

Naskah khutbah Jumat berikut ini berjudul: “Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman“. Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini (pada tampilan desktop). Semoga bermanfaat! 

 

Khutbah I

 

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ. اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ حَمْدًا يُوَافِيْ نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ، يَا رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِيْ لِجَلَالِ وَجْهِكَ وَلِعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ سُبْحَانَكَ اللّٰهُمَّ لَا أُحْصِيْ ثَنَاءَكَ عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَصَفِيُّهُ وَخَلِيْلُهُ، خَيْرُ نَبِيٍّ أَرْسَلَهُ اللهُ إِلَى الْعَالَمِ كُلِّهِ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَاةً وَسَلَامًا مُتَلَازِمَيْنِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ أَمَّا بَعْدُ. فَيَاأَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ 

قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ. أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ: وَاعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللّٰهِ جَمِيْعًا وَّلَا تَفَرَّقُوْا ۖوَاذْكُرُوْا نِعْمَتَ اللّٰهِ عَلَيْكُمْ اِذْ كُنْتُمْ اَعْدَاۤءً فَاَلَّفَ بَيْنَ قُلُوْبِكُمْ فَاَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهٖٓ اِخْوَانًاۚ وَكُنْتُمْ عَلٰى شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ النَّارِ فَاَنْقَذَكُمْ مِّنْهَا ۗ كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اٰيٰتِهٖ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُوْنَ 

 

Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah Ta’ala

Sebagai hamba Allah yang telah dianugerahi nikmat yang tak bisa kita hitung satu-persatu, menjadi keniscayaan bagi kita untuk senantiasa bersyukur sekaligus menguatkan ketakwaan kita kepada Allah dengan sebenar-benar syukur dan takwa. Menjalankan perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya harus terus kita kokohkan dalam kehidupan, agar kita senantiasa berada di jalan yang diridhoi oleh Allah ta’ala. Terlebih di era penuh dengan perubahan yang cepat saat ini.

 

Prinsip takwa melalui kesungguhan dalam hati, lisan, dan dalam tindakan harus kita aplikasikan sampai akhir hayat dan kita tidak boleh meninggalkan dunia ini kecuali dalam keadaan Islam. Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat Ali Imran ayat 102:

 

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ 

 

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim.”

 

Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah Ta’ala

Pada kesempatan khutbah kali ini, khatib akan menyampaikan materi khutbah tentang pentingnya berpegang teguh pada agama dalam menghadapi perubahan zaman yang penuh dengan disrupsi atau perubahan besar-besaran dalam tatanan berbagai sektor kehidupan manusia. Jika tidak didasari dengan beragama yang kuat maka era disrupsi ini akan membawa kita terombang-ambing bagai buih di tengah lautan dan menghempaskan kita ke dinding karang yang terjal. 

 

Adalah benar kata-kata bijak yang menyebutkan bahwa “Dengan Teknologi, Hidup Jadi Mudah dan dengan Agama Hidup Jadi Terarah.” Di tengah cepatnya perubahan, kita merasakan bagaimana kia dimudahkan dalam menjalankan aktivitas kehidupan sekarang dengan berbagai penemuan teknologi. Kini seolah-olah dunia sudah ada dalam genggaman kita dengan hanya memegang smartphone. Bekerja, mencari kebutuhan, berinteraksi, beribadah, sampai dengan hiburan, semuanya sudah tersedia hanya dengan menggerakkan jari kita.

 

Menghadapi kondisi ini, kita harus menguatkan pegangan kita pada Islam sebagai agama yang mengarahkan dan membawa keselamatan hidup di dunia dan juga akhirat. Agama menjadi panduan yang memberikan arah di tengah kompleksitas dunia modern. Agama menjadi kekuatan transformatif yang mampu menjadi penuntun di tengah kegelisahan umat dan ketidakpastian zaman.

 

Di tengah modernitas ini, agama lebih dari sekadar pelipur lara. Agama menjadi energi positif yang menggerakkan kita menuju kehidupan yang lebih bermakna dengan menjaga stabilitas moral, nilai, dan panduan hidup di tengah perubahan besar yang sering membingungkan. Oleh karenanya, Allah telah mengingatkan kepada umat Islam untuk berpegang teguh pada agama sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an surat Ali Imran ayat 103:

 

وَاعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللّٰهِ جَمِيْعًا وَّلَا تَفَرَّقُوْا ۖ 

 

Artinya: “Berpegangteguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, janganlah bercerai berai,”.

 

Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah Ta’ala

 

Pentingnya berpegang teguh pada agama di era modern saat ini karena agama merupakan pondasi moral dan etika dalam bermuamalah. Di era disrupsi, teknologi dan perubahan sosial dapat membawa tantangan moral baru, seperti maraknya hoaks, bullying, pornografi, dan konsumerisme berlebihan. Agama memberikan panduan moral yang jelas untuk membedakan antara yang benar dan salah, membantu individu tetap teguh pada prinsip yang baik.

 

Perubahan yang cepat, sering kali mem​​​​​​​buat orang terjebak dalam tekanan kebingungan, kecemasan, dan kehilangan arah. Nilai-nilai agama seperti ketenangan dalam berdoa, syukur, dan tawakal memberikan ruang untuk merenung dan menjaga keseimbangan spiritual dan emosional. Dengan agama kita akan mendapatkan nasihat bagaimana langkah terbaik dalam menghadapi kehidupan ini. 

 

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Rasulullah bersabda:

 

الدِّيْنُ النَّصِيْحَةُ، قُلْنَا لِمَنْ؟، قَالَ صلى الله عليه وسلم: للهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِرَسُوْلِهِ وَلِأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِيْنَ وَعَامَّتِهِمْ (رواه مسلم) 

 

Artinya: “Agama memerintahkan nasihat,” ditanyakan kepada Nabi: Kepada siapa?, Nabi menjawab: “kepada Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya, para pemimpin kaum muslimin dan kepada kaum muslimin secara umum (yang bukan pemimpin).”

Ibnu Rajab, mengutip Al-Hafizh Abu ‘Amr bin ash-Shalah menjelaskan bahwa nasihat adalah kata yang padat makna, mencakup tindakan penasihat terkait yang dinasihati dengan berbagai macam kebaikan, dalam kehendak dan perbuatan. 

 

Dengan berpegang pada nasihat-nasihat yang ada dalam agama, kita akan mampu mengendalikan diri dan tidak terjebak dalam hal-hal yang merugikan. Kita perlu menyadari, kemajuan teknologi yang pesat bukan hanya membawa manfaat besar, tetapi juga risiko yang mengancam seperti kecanduan media sosial dan degradasi moral. Agama menjadi solusi dalam menghadapinya.

 

Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah Ta’ala

Berpegang teguh pada agama di era disrupsi bukan berarti menolak perubahan atau teknologi, tetapi menjadikannya alat untuk kebaikan. Dengan agama, seseorang dapat memanfaatkan kemajuan teknologi sambil tetap memelihara nilai-nilai luhur, menjaga integritas, dan menjalani hidup dengan penuh makna. 

 

Ingatlah bahwa teknologi adalah washilah (perantara) bukan ghayah (tujuan). Kita harus memanfaatkan teknologi dengan baik dengan nilai-nilai agama yang tertancap kuat dalam diri kita. Semoga kita senantiasa diberikan kekuatan dan petunjuk oleh Allah SWT dalam mengarungi kehidupan di dunia ini. Amiin.

 

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَيَا فَوْزَ الْمُسْتَغْفِرِيْنَ وَيَا نَجَاةَ التَّائِبِيْنَ

 

Khutbah II

 

اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ الْاِيْمَانِ وَالْاِسْلَامِ. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَيْرِ الْأَنَامِ. وَعَلٰى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْكِرَامِ. أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ الْمَلِكُ الْقُدُّوْسُ السَّلَامُ وَأَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَاحِبُ الشَّرَفِ وَالْإِحْتِرَامِ أَمَّا بَعْدُ. فَيَاأَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى اِنَّ اللهَ وَ مَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يٰأَيُّهَا الَّذِيْنَ أٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَ سَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا 

اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلٰى أٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فْي الْعَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ، اَللّٰهُمَّ وَارْضَ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ، وَعَنْ اَصْحَابِ نَبِيِّكَ اَجْمَعِيْنَ، وَالتَّابِعِبْنَ وَتَابِعِ التَّابِعِيْنَ وَ تَابِعِهِمْ اِلٰى يَوْمِ الدِّيْنِ اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْاَمْرَاضَ وَالْفِتَنَ مَا لَا يَدْفَعُهُ غَيْرُكَ عَنْ بَلَدِنَا هٰذَا اِنْدُوْنِيْسِيَّا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِ بِلَادِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ، رَبَّنَا اٰتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِي الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ

عِبَادَاللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَر

 

H Muhammad Faizin, Sekretaris MUI Provinsi Lampung

https://islam.nu.or.id/khutbah/khutbah-jumat-menjaga-nilai-nilai-islam-di-tengah-perubahan-zaman-WHHbM