Laduni.ID, Jakarta – Yang saya amati, ibadah sunah yang paling cepat terasa keberkahannya adalah membantu dan membahagiakan orang lain. Jadi misalnya ada satu orang yang rajin Shalat Dhuha dan satu orang lagi rajin bersedekah dengan harapan keduanya lancar rezekinya, maka yang biasanya lebih cepat terkabul adalah yang suka bersedekah.
Ini sebab berdoa adalah permohonan seorang hamba pada Allah, sedangkan balasan sedekah dan membantu orang lain adalah janji Allah pada hambanya, tentu yang kedua lebih kuat.
Kemudian yang saya amati, ibadah sunah yang sebenarnya luar biasa, seperti rutin berpuasa, banyak wiridan, rutin mengkhatamkan al-Qur’an dan seterusnya akan menjadi kurang keberkahannya seolah biasa saja apabila orangnya berperangai buruk pada orang lain. Misalnya bicaranya suka menyakiti, suka berburuk sangka, suka membahas aib orang dan sebagainya.
Jadi yang seharusnya ibadah sunah tersebut sudah mampu mengantarkan dirinya atau anak turunnya mencapai level yang tinggi, tetapi itu tidak terjadi sebab keberkahannya dia kurangi secara drastis dengan perangai buruk.
Inilah kenapa kadang terlihat ada orang yang sama-sama rajin berjamaah dan tadarus di masjid misalnya, tetapi pancaran auranya berbeda. Yang satu terlihat teduh, tenang, menyenangkan bersamanya dan hidupnya tidak begejolak, tetapi satunya lagi terlihat biasa saja seperti orang yang tidak rajin beribadah sunah dan kadang hidupnya terlihat penuh masalah. Biasanya cara keduanya dalam memperlakukan dan menghargai orang lain memang berbeda.
Bila diibaratkan pentol bakso, ibadah sunah yang bersifat pribadi antara hamba dan Tuhan adalah daging dan tepungnya sebagai bahan utama. Lalu ibadah sosial adalah garam dan bumbunya. Keduanya harus ada dan berimbang agar hasilnya memuaskan. Ini hasil pengamatan empiris, bukan teori.
Oleh: Kiai Abdul Wahab Ahmad
Dikutip dari unggahan FB Kiai Abdul Wahab Ahmad pada 14 Maret 2022
Editor: Daniel Simatupang