Kiai Abdul Wahab Ahmad: Riya’ itu Bukan Syirik

Laduni.ID, Jakarta – Banyak orang yang menarasikan riya’ sebagai kesyirikan, bahkan mereka menulis buku-buku dengan narasi tersebut. Intinya, kalau riya’ berarti dianggap masih syirik. Itu narasi yang tidak tepat.

Istilah yang tepat bagi riya’ adalah syirik kecil (shaghir) atau syirik samar (khafi). Embel-embel kata “kecil” atau “samar” ini jangan sampai dihilangkan sebab itu adalah inti yang membedakannya dari istilah syirik yang sesungguhnya yang tanpa embel-embel. Istilah syirik kecil atau syirik samar ini adalah kiasan dari ketidak-ikhlasan dalam beribadah.

Istilah syirik sendiri secara mutlak (tanpa embel-embel) adalah penyekutuan Allah dengan sesembahan selain-Nya. Di hati orang syirik bukan hanya Allah yang dianggap berhak disembah, tapi ada yang lain juga. Ini dosa terbesar.

Riya’ alias syirik kecil atau syirik samar lawannya adalah ikhlas. Sedangkan syirik lawannya adalah tauhid.

Riya’ seharusnya di bahas dalam tema pembahasan tazkiyatun nafs (penyucian diri). Syirik dibahas dalam tema pembahasan akidah.

Membahas riya’ dalam tema pembahasan akidah, seperti tradisi para penulis yang mengaku dirinya salafi, adalah kesalahan fatal. Bisa-bisa pembaca awam menganggap imam shalat yang membaca ayat dengan menirukan lagu Sudais agar dipuji indah bacaannya adalah orang yang akidahnya bermasalah karena syirik. Padahal akidahnya tidak bermasalah, hanya saja kurang ikhlas dalam membaca ayat.

Karena itu di dalam kitab akidah Ahlussunnah wal Jamaah (Asy’ariyah-Maturidiyah), akan jarang sekali bahkan nyaris tidak ada pembahasan soal riya’ sebab mereka tahu betul bahwa itu bukan tempatnya dibahas di sana. Mereka adalah ulama yang tahqiq (teliti) dan daqiq (detail) dalam membahas setiap persoalan, tidak asal mencampur aduk pembahasan hanya karena ada istilah yang mirip.

Oleh: Kiai Abdul Wahab Ahmad


Editor: Daniel Simatupang

https://www.laduni.id/post/read/72954/kiai-abdul-wahab-ahmad-riya-itu-bukan-syirik.html