Laduni.ID, Jakarta – Ulama Nusantara sejak dulu terkenal dengan kewalian dan karomah-karomahnya, tidak luput juga dengan KH Abdul Hamid Pasuruan yang dikisahkan selalu hadir ke acara Haul Syekh Abdul Qadir Jailani di Baghdad.
Dalam buku Mengenal Lebih Dekat Mbah Hamid Pasuruan, diceritakan bahwa KH Abdul Hamid sering bepergian ke Baghdad setiap tahunnya untuk menghadiri Haul Syekh Abdul Qadir Jailani. Kisah ini bermula dari KH Masyhudi Sanan Kulon, Blitar yang diceritakan sekitar tahun 2007 hingga 2008 sebelum beliau wafat.
Pada awal 1980-an, Kiai Masyhudi menunaikan ibadah haji. Seusai shalat Jumat di Masjidil Haram, tanpa sengaja beliau berkenalan dengan seorang syakh dari negeri Baghdad yang bernama Syekh Hasan. Keduanya pun terlibat perbincangan yang sangat akrab.
Semakin dalam perbincangan di antara keduanya, Kiai Masyhudi dibuat kaget saat Syekh Hasan menanyakan tentang sosok KH Abdul Hamid Pasuruan.
“Apakah anda mengenal Kiai Abdul Hamid Pasuruan?” tanya Syekh Hasan kepada Kiai Masyhudi.
“Beliau itu guru kami yang masyhur kealimannya. Ya Syekh Hasan, dari mana anda mengenal Kiai Hamid?” tanya Kiai Masyhudi heran.
Syekh Hasan menceritakan awal perjumpaan KH Abdul Hamid dengan dirinya, yang ternyata sang kiai selalu hadir pada acara Haul Syekh Abdul Qadir Jailani di Baghdad. Keduanya pun saling mengenal baik dan semakin akrab, bahkan tiap tahunnya KH Abdul Hamid selalu bermalam di kediaman Syekh Hasan.
Sebelum berpisah, Syekh Hasan menitipkan salam kepada KH Abdul Hamid dan beliau menunggu kedatangan KH Abdul Hamid pada Haul Syekh Abdul Qadir Jailani tahun depan.
Sesampainya di tanah air, Kiai Masyhudi langsung sowan kepada KH Abdul Hamid untuk menyampaikan salam dari Syekh Hasan. Sesampainya di kediaman KH Abdul Hamid, Kiai Masyhudi langsung dipersilahkan untuk masuk seolah telah mengetahui maksud dari kedatangannya. Bahkan KH Abdul Hamid menyapa dengan berbisik ke telinga Kiai Masyhudi.
“Nak Masyhudi, jangan cerita ke siapa-siapa ya kalau bertemu Syekh Hasan. Salam sudah saya terima, mohon jangan cerita siapa-siapa.”
Cerita ini memang sulit dicerna oleh nalar biasa, bahkan saat mengonfirmasikan kepada pihak keluarga, putra KH Abdul Hamid mengatakah bahwa sang ayah tidak pernah bepergian jauh kecuali saat menunaikan ibadah haji.
Dalam buku Ziarah Wali Kiai Hamid Pasuruan dan Tradisi Islam Nusantara karya Dr. Badruddin, M.HI diceritakan juga bahwa KH Abdul Hamid diberikan karomah oleh Allah weruh sakdurunge winarah (Tahu sebelum kejadian).
Suatu ketika ada seorang tamu dari luar kota yang hendak sowan kepada KH Abdul Hamid. Seperti tamu pada umumnya, orang tersebut hendak memberikan amplop atau uang sebagai bentuk penghormatan kepada KH Abdul Hamid.
Orang tersebut hendak memberikan uang sebesar 10 ribu rupiah kepada KH Abdul Hamid, namun sayang orang tersebut tidak memiliki uang pecahan dan hanya memiliki uang 20 ribu rupiah. Dirinya berencana memberikan kepada Kiai Hamid sebanyak 10 ribu, sisanya untuk ongkos pulang ke rumah.
Dia berusaha menukar uang tersebut kepada para tamu yang lain, namun tidak ada satupun yang memiliki uang kecil. Tiba-tiba Kiai Hamid keluar dan menemui para tamu, semua orang bergegas sowan dan duduk di depan Kiai Hamid, termasuk orang tersebut.
Setelah selesai, semua orang berpamitan kepada Kiai Hamid. Orang tersebut yang sedari tadi gugup pun langsung memberikan uangnya sebanyak 20 ribu kepada Kiai Hamid. Sebelum orang itu berpaling, KH Abdul Hamid merogoh sakunya dan memberikan orang tersebut uang sebesar 10 ribu rupiah.
“Ini kembaliannya 10 ribu,” kata Kiai Hamid sambal menyodorkan uang.
Orang tersebut kaget melihat KH Abdul Hamid memberikannya kembalian 10 ribu rupiah, padahal ia tidak pernah mengatakan kepada siapapun bahwa hendak memberikan Kiai Hamid 10 ribu.
Editor: Daniel Simatupang