Laduni.ID Jakarta – Masa Pembuangan ke Babilonia, yang dialami Bani Israel terjadi pada tahun 586-538 SM, setelah Kerajaan Yudah takluk kepada Kerajaan Babilonia Baru yang dipimpin Raja Bukhtanashar atau Bikhatunshar atau Nebukadnezar (630 – 562 SM)
Disaat itulah, Allah Azza wa Jalla mengutus Nabi Hazqial alaihis salam bin Budzi Al-Ajuz sebagai utusan Allah kepada Bani Israel. Sebagaimana ditulis Imaduddin Abul Fida Al-Hafidh Al-Muhaddits Ismail bin Umar Al-Quraisyi bin Katsir Al-Bashri Ad-Dimasyqi Asy-Syafi’i atau Imam Ibnu Katsir rahimahullah (1301 – 18 Februari 1373 M di Damaskus, Suriah) dalam Kitab “Qishashul Anbiya” (Kisah Para Nabi).
Baca Juga; Mengharukan, Ini Kisah Pendirian NU Afghanistan yang Membawa Kedamaian
Nabi Hazaiyal alaihis salam, seorang nabi yang diutus pada Bani Israel, setelah masa kenabian Musa dan sebelum Dawud alaihimas salam.
Kata Hazqiyal dibentuk dari kata akar ZK-EL. Kata ZK berasal dari Zakka (Thohir) yang berarti suci, sementara EL artinya Allah. Sehingga, arti dari Hazqiyal adalah “Allah Menyucikannya”.
Nabi Hazqial alaihis salam, dikenal juga dengan sebutan Hizqil dan Yehezkiel. Sebagaimana dituturkan oleh Datuk Indomo Prof. DR. H. Abdul Malik Karim Amrullah atau Buya Hamka rahimahullah (17 Februari 1908 M Sungai Batang – 24 Juli 1981 M, Jakarta) didalam bukunya Tafsir Al-Azhar.
Bagi sebahagian Bani Israel, Nabi Hazqial alaihis salam, kerap dianggap ekstatik, pengkhayal, bahkan sakit jiwa.
Syi’ar Di Pembuangan
Dimasa Pembuangan ke Babilonia, Nabi Hazqial alaihis salam tinggal di Tel Abib, di tepi Sungai Kebar. Beliau sempat berumah tangga sebelum Allah subhanahu wa ta’ala mengutusnya sebagaia Nabi. Setelah 5 tahun hidup di pembuangan, di usia 30 tahun, Nabi Hazqial alaihis salam, ditunjuk Allah subhanahu wa ta’ala menjadi Rasulullah.
Saat itu, Bani Israel selain mulai melakukan penyembahan terhadap berhala, yaitu kepada Dewa Ba’al, juga takut “Berjihad”. Apalagi dalam menghadapi wabah penyakit.
Wabah Penyakit Tho’un
Wabah penyakit ‘Tho’un’ berawal dari desa Mawardan yang kemudian menjangkiti desa-desa sekitarnya. Tho’un adalah sebuah virus ganas, dimana pagi sakit, sorenya wafat atau kebalikannya, sore sakit, paginya wafat. Akibatnya banyak penduduk desa melarikan diri dan memilih tinggal diperbatasan negeri.
Wabah ini berulang ditahun-tahun berikutnya, hingga suatu saat, Nabi Hazqial alaihis salam, mengunjungi daerah mematikan tsb dan melewati jasad-jasad itu.
Di lokasi tersebut, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman dan berdialog kepada Nabi Hazqial alaihis salam :
“Apakah engkau ingin Aku perlihatkan bagaimana menghidupkan mereka kembali?” Hazqiyal alaihis salam menjawab “Iya”.
Lalu, usai menggerak-gerakan jari-jemarinya dan atas seizin Allah subhanahu wa ta’ala, tulang belulang itu beterbangan dan bersatu kembali. Lalu, terdengar seruan agar daging dan anggota tubuh yang telah raib itu berwujud lagi.
Baca Juga: Kisah Karomah Mbah Ma’shoem Lasem
Dan, seruan terakhir menyerukan, “Wahai para jasad, Allah memerintahkan kalian untuk hidup lagi.” Mukjizat pun tampak.
Tulang-belulang yg berserakan itu kembali bersatu, lalu disempurnakan dengan bersatunya kembali daging, dan bagian fisik yang semula rusak. Mereka hidup kembali dan berjanji akan menaati Nabi Hazqiyal alaihis salam.
Ketika orang-orang tersebut telah dihidupkan kembali mereka berkata,
“Maha Suci Engkau ya Allah, segala puji hanya bagi-Mu, tiada Tuhan melainkan Allah.”
Mereka lalu kembali kepada kaumnya dalam keadaan hidup, padahal tadinya sudah dianggap meninggal.
Imam at-Thabari rahimahullah mengomentari kisah di balik tafsir surah al-Baqarah ayat 243 tsb. Kaum Bani Israel itu dipercepat ajal mereka dan lalu dihidupkan lagi sebagai bentuk siksa sekaligus pelajaran untuk umat mendatang. Siksa lantaran mereka mangkir dari perintah dan seruan jihad yang diperintahkan Allah subhanahu wa ta’ala melalui lisan Nabi Hazqiyal alaihis salam.
Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam bersabda, “Wabah tersebut pernah ditimpakan sebagai siksaan bagi umat-umat sebelum kalian, jika kalian mendengar berita tentang penyakit itu di suatu daerah, janganlah kalian memasuki daerah itu. Dan jika penyakit itu mewabah di daerah dimana kalian berada, janganlah kalian keluar darinya karena hendak melarikan diri darinya.” (HR Imam Ahmad Bin Hambal rahimahullah).
Nabi Dalam Al-qur’an Dan Al-hadits
Didalam Al-Qur’anul Karim, kisah Nabi Hazqial alaihis salam tertuang dalam firman Allah subhanahu wa ta’ala :
“Apakah engkau tidak memperhatikan orang-orang yang keluar dari kampung halaman mereka sedang mereka beribu-ribu jumlahnya karena takut mati. Maka Allah subhanahu wa ta’ala berfirman kepada mereka, ’Matilah kalian’, kemudian Allah menghidupkan mereka. Sesungguhnya Allah mempunyai karunia terhadap manusia, tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur.” (QS. Al-Baqarah : 243)
Sementara, didalam Hadist Shahih Riwayat Imam Bukhari rahimahullah dan Imam Muslim rahimahullah; Muhammad bin Ishaq bin Yasar atau Imam Ibnu Ishaq rahimahullah (704 M, Madinah – 768 M, Bagdad, Irak) menceritakan dari Imam Wahab bin Munabih bin Kammil Al-Abnawi Adz-Dzamari rahimahullah (655 M, Dhamar, Yaman – 738 M, Sana’a, Yaman), “Ketika Kalib bin Yofana kembali ke pangkuan Ilahi, yaitu setelah Yusya’, semua urusan Bani Israel diserahkan kepada Nabi Hazqial alaihis salam bin Budzi, putra Al-Ajuz yang telah mendoakan kaumnya sebagaimana telah disebutkan Allah subhanahu wa ta’ala dalam firman-Nya.”
Kisah dan syiar Nubuat Nabi Hazqial alaihis salam, dibukukan di dalam Kitab Yehezkiel, yang terdapat didalam Al-Kitab Ibrani dan Perjanjian Lama di Al-Kitab Agama Nasrani.
Baca Juga: Kisah Sang Putra Mahkota Mengawali Karir dari Dasar
Nabi Hazqiyal alaihis salam akhirnya meninggal. Namun sayang, Bani Israel ingkar terhadap komitmen dan perjanjian mereka untuk selalu taat dan tidak melakukan penyimpangan. Sepeninggal Nabi Hazqiyal alaihis salam, mereka kembali menyembah berhala, tak terkecuali Kaum Ba’al dan mangkir dari syariat. Allah subhanahu wa ta’ala lantas mengutus Nabi Ilyas alaihis salam bin Yasin bin Finhash merupakan salah satu keturunan Nabi Harun alaihis salam kepada mereka, yang menentang penyembahan berhala, yang bernama Ba’al, salah satu dewa penting dalam agama Kan’an kuno.
Nabi Hazqiyal alaihis salam, diperkirakan wafat sebelum 397 SM dan dikuburkan di Babel. Makam Nabi Hazqial alaihis salam terletak di daerah Al Kifl (adalah sebuah kota di Irak tenggara di Sungai Efrat, antara Najaf dan Al Hillah) Iraq.
Wallahu a’lam
Source: Pencinta Sejarah https://p2kp.stiki.ac.id dan lainnya Shared by Al-Faqir Ahmad Zaini Alawi Khodim Jama’ah Sarinyala
https://www.laduni.id/post/read/71943/kisah-nabi-hazqial-as-wafat-569-sm-iraq.html